Chp 87. Pernyataan Perang

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

(Sebenarnya males up, tapi ya sudahlah mumpung mood bagus. Genshin itu ntar malem aja. Jangan lupa like dan komennyaaa.)

***IDOL PLAYER***

Tim SOLDAT kembali ke tempat duduk dengan ekspresi gelap termasuk Daejung yang pura-pura sedih. Ados berseru memanggil tim berikutnya yaitu Baronet, tim rap Hangang.

Saat Hangang dan Maehwa berpapasan, Hangang berbisik, "Mengantuk ya? Tidur gih di rumah. Tempat ini bukan untuk orang pemalas."

"Kau boleh tertawa sepuasmu untuk saat ini." Maehwa menyusul langkah teman-temannya.

Hangang mencibir, tak tertarik dengan provokasi Maehwa yang menurutnya lemah dan tak berdaya. Dia melangkah yakin ke tengah-tengah posisi karena dia center Tim Baronet. Melihat ekspresinya yang percaya diri, sepertinya dia berniat mendapatkan suara benefit.

"Tim! Tidak usah dipikirkan," kata Jun-oh membesarkan anggota tim yang patah hati. "Kita masih punya waktu lima hari untuk memperbaiki kesalahan. Lagi pula mentor bukannya tidak suka dengan koreo kita. Hanya kurang pada durasi kok. Kita bisa melakukannya!"

Hong Jo mengangguk, namun tidak dengan Jinyoung yang kehilangan semangat. Dia kini sadar kalau barusan Maehwa tidak menyela perkataannya, dia pasti akan jatuh mental.

Maehwa bergumul dengan pikirannya, menatap stiker L di dadanya. Sesuai dugaan, Jun-oh lebih pantas menjadi leader daripada dirinya yang suka ragu dan tidak memiliki ketegasan. Jun-oh bisa menghibur rekan tim, tidak seperti Maehwa yang buntu hendak mengatakan apa.

Kenapa orang sepertinya bisa ditunjuk menjadi pemimpin? Maehwa menghela napas. Dia tidak mengerti apa yang dipikirkan Jun-oh.

Kembali lagi dengan Tim Baronet. Musik telah diputar dan mereka bernyanyi rap secara bergiliran. Sungguh sebuah kesalahan besar bagi Hangang mengabaikan peringatan Maehwa.

Kenapa? Pertanyaan bagus!

Saat giliran Hangang tiba, dia membuka mulut, tidak ada satu pun yang keluar.

Eh? Hangang mengerjap. Anggota timnya bersitatap bingung. Para mentor mengernyit. Dia mencoba mengeluarkan sepatah kata, tapi nihil. Tidak ada satu pun yang keluar! Sialan, apa yang terjadi sih. Kenapa suaranya mendadak hilang begini padahal tadi masih baik-baik saja.

"Lee Hangang, apa kau tidak menjaga pola makanmu? Seorang idola tidak boleh memakan makanan pedas dalam porsi berlebihan apalagi minuman bersoda yang memiliki banyak kafein. Itu bisa menyebabkan dehidrasi dan membuat tenggorokanmu kering," kritik Gallagher.

Apa ini karena tempo lalu Hangang merokok dan mengonsumsi alkohol? Tapi sumpah, tadi pagi suaranya masih baik-baik saja kok! Hangang tidak sebodoh itu membunuh diri sendiri. Pasti ada penyebabnya kenapa suaranya—

Tak sengaja Hangang menoleh ke barisan tim yang sudah selesai dievaluasi, membeku melihat Maehwa tersenyum di bawah tatapan puas.

Maehwa...? Jadi ini ulah si bajingan itu?! Tapi, bagaimana cara dia melakukannya?

Mana mungkin Hangang tahu triknya. Secara, ini menyangkut kemampuan supernatural. Insiden di toilet tadi, dia pikir Maehwa mau diam saja apa direndahkan seperti itu oleh bocah kencur.

[SubQuest: Jangan melawan Lee Hangang. Reward: Anda dapat membuat suara orang yang anda inginkan menghilang selama 30 menit.]

Terima kasih pada sikap jemawa Hangang yang telah membantu Maehwa menyelesaikan quest. Kalau tidak, Maehwa bisa balik menghajarnya. Tapi dia tahan untuk momen balas dendam yang epik dan itu adalah saat tim Hangang dinilai.

Tangan Hangang terkepal, gemetar menahan marah terutama saat Maehwa menggerakkan tangan secara samar membentuk deretan kata:

'Hahaha. Feel it, trash!'

Sial! Maehwa ingin cepat-cepat ke kamar dan mengabadikan momen terindah ini di diari ponselnya supaya bisa dikenang selamanya. Ekspresi Hangang sungguh sesuai ekspetasi!

Bagaimana, huh? Tidak bisa meledak karena ada kamera, tidak bisa bebas menunjukkan reaksi apa pun karena dikepung kamera. Tertekan, bukan? Itu juga yang Maehwa rasakan!

[Anda terlihat senang sekali.]

"Yeah, berkatmu telah memberikan quest itu." Maehwa berbisik. Untuk pertama kalinya dia mau mengerjakan quest dengan ikhlas.

[Soalnya saya sudah gregetan dengan sikap keterlaluan Lee Hangang yang makin hari makin melewati batas. Berani-beraninya dia melukai pelanggan kami yang berharga! Dia pikir harga untuk menarik keluar tubuh Han Maehwa dari game itu murah? Makanya saya pakai tabungan saya untuk membeli quest itu yang kebetulan lagi obral. Mana ucapan terima kasihnya?]

Maehwa mengangguk. "Terima kasih, Danyi."

Bukan Danyi namanya kalau tidak menagih.

Layar status menggambarkan emot riang yang berbunga-bunga. Sepertinya Danyi suka dipuji.

Sama seperti SOLDAT, tim Baronet juga tidak mampu membuat Gallagher tersenyum tertarik. Mereka bubar dengan beragam ekspresi.

Sesi evaluasi sementara telah berakhir.

Selagi tim SOLDAT rapat untuk pembuatan koreografi bait terakhir, Maehwa izin ke toilet yang sebenarnya ingin berbincang-bincang dengan Danyi. Dia bisa dianggap aneh kalau bicara sendiri dengan udara kosong di tempat yang ada kamera di mana-mana. Benda sialan itu menjadi momok dalam hidup Maehwa.

Maehwa menyalakan dua kran sehingga tidak ada yang mendengar percakapannya. Tak lupa memastikan tidak ada orang di bilik wc.

"Jadi bagaimana?" Maehwa bersedekap, bersandar ke wastafel. "Apa kau bisa membujuk GM untuk menambahkan stat rap?"

[Itu tidak mudah asal anda tahu. Anda harus menukar stat yang lebih tinggi karena anda masih belum bisa memperoleh poin stat.]

Maehwa mengelus dagu. Ini negosiasi yang mudah. Asalkan jangan Dance dan Vokal yang dikurangi, semua statnya hanya sampah. "Kalau begitu ganti dengan Charm-ku saja."

[Apa anda gila? Bagaimana mungkin anda mengorbankan daya tarik anda? Rambut anda bisa kembali ke bentuk semula.]

"Danyi, apa kau lupa? Aku akan terlihat tampan dan manis mau bagaimana mode rambutku."

[Halah. Kebanyakan gaya hasilnya ampas.]

"Terlebih, aku sudah menemukan ide konsep untuk stage kami." Maehwa mengetuk kepala. "Lagi pula topik 'Maehwa Keriting' hanya bertahan sebentar lalu hilang seperti angin lalu. Kau mungkin tidak tahu tapi aku tersiksa."

[Aneh. Menurut buku 'Idol yang Baik', saya yakin rambut keriting akan menjadi booming.]

"Hah? Buku apa? Siapa penulisnya?"

Danyi mewujudkan buku yang dia baca.

[Saya membelinya di suatu toko buku saat anda meminjam sistem reinkarnasi.]

"Kafuusa? Pantas. Danyi, kau akan disesatkan jika mempelajari buku orang ini. Bakar buku itu dan cepat tukar stat Charm-ku jadi rap. Akan kukejutkan Gallagher yang seleranya tinggi itu."

[Sistem mendeteksi kehadiran Lee Hangang.]

Cih! Tidak ada jera-jeranya tuh anak. Maehwa melirik ke sekitar, mencari sesuatu yang bisa digunakan sebagai senjata perlindungan.

Itu benar. Hangang bertanya pada Daejung dan Daejung menjawab Maehwa ada di toilet. Dia langsung melesat ke sana. Pilihan tempat yang bagus! Hangang bisa sepuasnya bermain tangan. Sudah diperingati, orangnya justru membalas.

Kali ini Hangang akan menghabisi Maehwa.

Hangang melengos masuk, menatap liar ke arah Maehwa yang mematikan kran dengan santai. Tanpa basa-basi, dia pun menarik Maehwa dan mendorongnya kuat ke dinding lantas menekan bahunya. Tatapan penuh amarah.

"Kau, apa yang kau lakukan padaku?"

"Hei?" Maehwa menatap tidak mengerti. "Aku tidak melakukan apa pun. Aku mengantuk dan ingin tidur. Bisakah kau lepaskan aku—"

"Jangan berpura-pura bodoh! Kau pikir aku tidak tahu kau melakukan sesuatu sehingga suaraku menghilang saat evaluasi?!"

Maehwa tersenyum miring. "Heh, apa kau baru saja mengatai diri sendiri? Aku bukan pecundang yang memanfaatkan pion manusia untuk dijadikan batu pijakan karena terlalu takut menginjakkan kaki ke kubangan lumpur."

Maehwa menepis tangannya, menepuk-nepuk bahunya seolah baru saja disentuh hewan menjijikkan. "Aku hanya meminta pertolongan pada dewa dan dewa mengabulkannya."

Hangang mengepalkan tangan begitu Maehwa melewatinya, berbisik puas. "Bahkan dewa pun tahu, siapa yang buruk di antara kita berdua."

Pecah sudah emosi Hangang. Dia berbalik hendak menghajar Maehwa namun Maehwa cekatan mengambil tongkat pel di dinding, menodongkan ujungnya ke leher Hangang.

Hangang menelan ludah. "M-mau apa kau?"

"Apa kau pernah bermain anggar sebelumnya? Aku tidak pernah, tapi aku pernah main game laga dan sering memakai karakter pengguna pedang anggar. Walau tubuh tak pernah melakukannya, sekali otak menerima teorinya, sangat mudah untuk mempraktekkannya.

"Jika kau mendeklarasikan perang padaku, maka aku terima pernyataan perangmu. Jangan anggap aku orang bodoh tak berdaya yang bisa kau injak semaumu, Lee Hangang."

~To be continued~
Don't forget like, comment, and follow
♩✧♪●♩○♬☆

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro