Chp 90. Waktunya Untuk Tampil (1)

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Cuaca sore itu sejuk. Kesiur angin menghembus dedaunan pohon dengan lembut, menghembus para penggemar yang mengantri di luar studio TSP1 dengan berbagai spanduk idola mereka. Ada beberapa yang sudah menunggu dari siang, ada yang baru datang, ada juga yang sedang membeli tiket di tempat. Bermacam-macam fans yang antusias menunggu penjaga membuka gerbang.

Di antara penggemar, Yeosu dan Narae yang kecil tampak seperti ditelan lautan manusia. Mereka memakai seragam sekolah, tidak sempat pulang ke rumah untuk ganti baju dan menuju studio begitu bel pulang berdenting. Mana mungkin mereka melewatkan liveshow Star Peak.

Narae melirik Yeosu yang kurang semangat akhir-akhir ini. "Kita sudah di sini dan kau masih letoy seperti sayur sawi."

"Sudah lama aku tidak melihat Maehwa. Energi fangirl-ku kritis. Aku ingin cepat-cepat melihat Maehwa supaya rasa sepi di hatiku terisi," kata Yeosu memukul-mukul dadanya dramatik.

"Daripada sayu, mending kita menebak lagu yang dinyanyikan Maehwa. Aku nonton musim sebelumnya. Misi grup ketiga adalah pertarungan posisi. Yah, aku yakin Maehwa ambil vokal sih."

"Itu sudah jelas lah," balas Yeosu.

Sepuluh menit menunggu, penjaga membukakan gerbang membiarkan penonton memasuki studio. Mimik wajah penjaga terlihat terharu karena hari ini jumlah penonton juga ramai.

"Bisakah kau membayangkan bagaimana jika Maehwa tiba-tiba keluar dari posisinya?" Narae membuka topik baru selagi mencari tempat berdiri yang strategis. "Misalkan dia ambil rap—"

"Itu tidak mungkin! Maehwa vokalis tulen!"

Narae mengerjap kaget. Bukan karena Yeosu membantah dengan tegas, namun adanya suara lain yang juga mengatakan kalimat sama. Yeosu menoleh ke orang berpakaian serba hitam bagai malaikat maut berdiri di sebelahnya.

Astaga! Yeosu terlonjak, mundur dua langkah ke sebelah Narae. Dia tinggi, terlebih apa-apaan dengan fashion sense yang mencurigakan itu!

Tapi, melihat kamera besar berkualitas yang ditentengnya, dapat dipastikan orang ini bukan orang aneh melainkan seorang masternim. Lalu mendengar ucapannya barusan, dia...

Yeosu langsung sok elegan. "Halo, ini pertama kali kita bertemu ya? Kalau telingaku tidak salah mendengar, kau menyebut Maehwa."

"Iya. Aku stan Wintermoon."

Narae manyun demi menyaksikan mimik wajah temannya itu berubah menjadi seringaian. "Oh, kebetulan sekali. Kami berdua juga penggemarnya Maehwa. Jika tidak keberatan, mari berkenalan. Namaku Kim Yeosu, dia Park Narae."

Mereka berjabatan tangan. "Chul Sang-Hee."

Mata Yeosu terbelalak, langsung menepis uluran tangan Sang-Hee. "Kau Chul Sang-Hee? Fans fanatik yang membeli ratusan album, poster, merchandise mahal milik Wondrous Night? Lupakan percakapan barusan! Kita beda fanbase."

"Apa yang kau lakukan, Yeosu?" desis Narae.

"Kau tidak kenal dia? Direktur penerbitan buku yang sudah memiliki belasan cabang di luar negeri. Dia itu fanatiknya Wondrous Night, pernah hampir tertangkap karena membuntuti salah satu personilnya. Dia mungkin bisa menipu semua orang dengan pakaian kantor, tapi dia tidak bisa menyembunyikan aura-aura fans fanatik."

Sang-Hee menggaruk kepala. "Permisi, Kim Yeosu, sepertinya kau salah paham. Aku tidak lagi fanatik terhadap W. N. Kini aku menggemari Maehwa, bukan Wondrous Night. Walau susah, aku akan mencoba menjadi fans yang normal."

Yeosu mendengus. Dia tidak percaya semudah itu. "Apa bukti kau stan Wintermoon?"

"Aku memasang tiga iklan Maehwa di Hongdae, dua iklan di Sungin-dong, juga ada dua buah di stasiun Subway lalu..." Sang-Hee menghitung.

Orang dewasa kelas atas memang berbeda!

"B-baiklah, Kak Sang-Hee," kata Yeosu pakai honorifik. "Kau diterima dalam partai kami. Visi misi kami adalah membuat Maehwa debut!"

"Itu adalah tujuanku juga."

Narae menepuk dahi. Selamat, Maehwa. Dia mendapatkan dua penggemar gila. Narae harap dia bisa menjadi penggemar yang normal selamanya tanpa terkontaminasi kegilaan Yeosu.

Mesin pendingin menyala, membuat seisi ruangan menjadi dua kali lipat lebih sejuk daripada di luar. Tidak hanya ac saja, lampu juga menyala menyorot sosok Yihyun yang menaiki platform. Studio bergemuruh oleh tepuk tangan sambutan sampai terdengar ke ruangan rekaman.

"Selamat sore, Interstellar!" Yihyun menyapa ramah. Senyuman teduh terpatri di parasnya yang menawan. "Selamat datang di pertarungan posisi dimana trainee berusaha meningkatkan kemampuan mereka. Apa kalian siap untuk melihat sejauh mana perkembangan peserta didik?"

Para penggemar bersorak-sorai, termasuk Yeosu yang over semangat. Narae menghela napas. Siapa tadi yang letoy sebelum masuk studio?

"Interstellar, peraturannya sama seperti biasa. Kalian sudah menerima alat vote, kan? Anda sekalian mempunyai hak untuk memberikan vote suara kepada trainee yang menarik perhatian. Tapi perlu diingat, ada dua kategori yang dinilai. Yaitu keuntungan individu dan keuntungan tim. Setelah semua tim menyelesaikan performanya, Interstellar harap menulis tim favorit kalian dan mengumpulkannya ke kotak pemilihan."

"Kalau begitu tanpa menunggu lama, mari kita panggil tim yang akan menyanyikan lagu 'Memory of Nobody' oleh MIST, Tim Memoristy!"

Yeosu menggebu-gebu. "Ini tim vokal, kan? Aaa!! Maehwa! Dia tampil pertama—"

Betapa kecewanya Yeosu dan Sang-Hee ketika Tim Memoristy menaiki punggung untuk berpidato sebentar sebelum performa, dan...

Tidak ada Maehwa di sana.

Sementara itu, di ruangan rias...

Maehwa duduk selonjoran di kursi. Selagi teman setimnya sedang mengganti pakaian, dia justru bergelut dalam pikiran tentang quest yang diberikan sistem tadi malam.

Padahal dia gagal menendang Daejung sesuai tenggat waktu yang diberikan, kenapa di layar tertulis 'terpenuhi'? Apa ada peristiwa yang mentrigger pra-quest pengusiran Daejung di luar sepengetahuan Maehwa? Lalu sekarang dia disuruh menyelamatkan Jinyoung yang kemungkinan akan dikeluarkan dari Star Peak.

Maehwa curiga, quest Daejung dan Jinyoung saling berkaitan mengingat skalanya besar. Ibarat matematika, satu pertanyaan jawabannya beranak pinak. Lagian apa yang bisa terjadi terhadap Jinyoung, sang big three di Star Peak? Scarlett tak sebodoh itu membuang berlian. Kecuali mereka ingin rating acaranya menurun.

Semakin dipikirkan, semakin pusing kepala Maehwa. Karena hal ini, dia tidak bisa tidur tadi malam. Sudah bergaya akan mati, eh, di-prank. Kan dia dikira lagi puber! Mengingatnya kembali membuat Maehwa bersungut-sungut malu.

[Mau memulai quest perlindungan Do Jinyoung? Anda akan mendapatkan atribut pendukung.]

Maehwa menggeleng, menggeser jendela status. Untuk sekarang mari fokus pada performa dulu. Dia khawatir quest Jinyoung ini juga memiliki timer, jadi lebih baik dia pikirkan dulu situasinya. Tidak sekarang. Sekarang waktunya tampil.

Tapi... Maehwa menguap. Tidur beberapa menit tidak masalah, kan? Serius, dia mengantuk banget karena kepikiran selamat dari eksekusi tapi bebannya ditambah. Yang satu mendeportasi, yang satu menahan. Maehwa hanya satu.

Pintu ruangan terbuka saat Maehwa mau login ke alam mimpi. Siapa lagi kalau bukan timnya.

"Astaga, Kak Maehwa!" Suara Hong Jo bergema. "Kenapa kakak malah tiduran? Cepat ganti baju kakak! Penata rias tim kita akan datang!"

Jun-oh bersedekap. "Kau tahu Maehwa, dari semalam kau bertingkah aneh."

Maehwa menoleh, tersenyum nakal. "Oho, kalian terlihat tampan bahkan tanpa make-up."

Tidak salah dia mengusulkan pakaian street yang menonjolkan kesan bebas. Perpaduan warna merah dan putih itu cocok, apalagi Hong Jo berlengan pendek memperlihatkan bahwa dia center tim. Yang kurang adalah aksesoris...

Bodoh amat lah. Maehwa melambaikan tangan. "Aku mengantuk. Aku tidak bisa tidur semalam karena gugup. Biarkan aku istirahat beberapa menit dan bangunkan aku. Toh, tim kita tampil terakhir." Sepertinya Maehwa mendapatkan kutukan karena selalu tampil belakangan. Entahlah apa itu nasib baik atau nasib buruk.

Maehwa tidur. Benar-benar tidur.

Hong Jo dan Jinyoung saling tatap. Ya sudahlah. Mereka menonton penampilan tim lain di TV kecil pada ruangan itu sembari menunggu penata rias.

"Wah, suara Ahram ya, benar-benar khas."

"Kak Ha-yoon tidak hanya cocok di dance dan rap, vokalnya memang tidak bisa diragukan lagi. Trainee all-rounder sesuatu sekali..."

Daejung melirik Maehwa yang tidur, beralih menatap Jinyoung yang menonton semangat, tersenyum miring. 'Yah, terkagumlah sepuasmu, Jinyoung. Karena ini adalah performa terakhirmu!'

Tok, tok, tok! Pintu diketuk.

"Halo, saya Park Yoonseo, penata rias Tim SOLDAT. B-bolehkah saya masuk?"

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro