Epilogue

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Tiga bulan kemudian...

"Yes! Kita bertiga satu kelas lagi!"

Roas berkacak. "Sepertinya kita sudah ditakdirkan untuk tetap bersama deh."

Hunju memutar mata malas. "Jijik."

Ini benar-benar menakjubkan. Padahal aku yakin peringkat kami bertiga berbeda sama sekali. Kukira kami akan dipisahkan, eh rupanya disatukan lagi. Apa ini ulah guru karena melihat kami selalu bertiga ke mana-mana? Mereka mengasihani kami?

Huhuhu. Aku jadi terharu. Terima kasih sudah membuat kami tetap satu kelas! Meski aku tidak tahu siapa orangnya!

"Eir, Roh Jahat level 9 telah terdeteksi."

"Oh, Kak Attia! Di mana posisinya?"

"Seperti biasa, di ibukota Melawa. Kami duluan, Eir! Jangan sampai terlambat."

Aku tersenyum miring. "Yakin? Itu level 9 lho. Tanpaku, kalian kekurangan kekuatan tempur. Lebih baik tunggu aku deh—"

"Martin katanya ikut berburu. Bye-bye!"

Mataku melotot. "T-tunggu...! Itu curang! Kenapa tiba-tiba Putra Mahkota ikut campur ke aktivitas Keeper?! Inikan misi—"

Senya mematikan saluran telepatinya.

Sialan. Ini benar-benar keliru!

Semenjak Martin memutuskan mundur dari takhtanya dan memberikan posisi Putra Mahkota ke Andrew yang sudah kusembuhkan, dia menjadi pemuda super bebas dan menganjurkan diri sebagai pelopor Keeper di dunia nyata.

Yang anehnya, Pak Maxel menyetujui lagi. Walau Martin tidak diperbolehkan ke Upside Down, dia sudah puas asal bersama Attia-nya yang tercinta. Attia sendiri tiga bulan ini menjadi ekspresif. Keberadaan Martin amat memberi perubahan padanya.

Hunju berkacak. "Pergi menangkap hantu jahat lagi? Tak ada habis-habisnya."

Aku menggaruk kepala. "Iya nih."

Roas menepuk bahuku. "Utramu hampir cukup membeli tiket ke masa lalu, kan? Pergilah, Eir. Kau pasti merindukan tante. Oh, benar juga. Kalau kau kembali ke masa lalu, titip salam ke Gellius ya!"

"Terima kasih kalian berdua!"

*

"Kau terlambat sepuluh menit, Eir!"

Pak Kematian menatap Paman Evre masam. "Kau tak berhak memarahi Eir padahal sendirinya juga bermalas-malasan."

"Upside Down tidak sama dengan dunia nyata, Maxel. Banyak hal yang bisa kita lakukan di sini. Kenapa aku harus diam? Apalagi kita punya pemandu hebat di sini!" Paman Evre merangkul pundak Martin.

"Teman Attia temanku juga!"

Attia menyikut pinggang Martin. "Diamlah."

Bibi Mikaf keluar dari Upside Down. Aku tersenyum menyambutnya. Pasti beliau terlambat karena sibuk menyiapkan barang-barang yang akan dia bawa ke masa lalu. Aku sudah memberitahu soal Gellius padanya. Hal itu membuat Bibi Mikaf jadi semangat mengejar Roh Jahat.

"Bagaimana, Mikaf?" tanya Senya.

"Dia mulai bergerak. Apa perintahmu?"

Senya bersedekap. "Tentu saja kita harus menghajarnya. Jangan biarkan Roh Jahat menyentuh manusia dan berbuat onar!"

"Siap, Bibi/Kapten Senya!"

Pletak! Senya menggeplak kepalaku.

"Kau kira aku tak mendengarnya, Eir?"

"Kenapa kau marah?!! Bukankah pertama kali kau menyuruhku memanggilmu 'bibi'?"

"Hmmph! Siapa juga mau dipanggil begitu di situasi keren seperti sekarang?"

Jadi intinya semua tergantung suasana? Aku tak percaya Senya ternyata memperhitungan kapan dia akan beraksi.

"Jangan buang waktu lagi. Bergerak!"

"SIAP, BIBI/KAPTEN SENYA!"

"Sudah kubilang jangan panggil aku begitu, Eir! Aku akan menjitakmu nanti!"

Aku hanya tertawa. Bersiap bertarung.




Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro