11

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Violet baru saja sampai di Moufrobi, tapi kini dia sudah harus bepergian lagi? Mengingat yang bersamanya itu Watson tidak mungkin sherlock pemurung tersebut membual.

"Seoul? Kenapa mendadak ingin ke sana, heh? Aku tahu Korea adalah tempat yang cocok menikmati musim dingin, namun aku tak menyangka kamu ingin bermain-main. Sudah bosan berteori nih?" Alis Violet naik-turun meledek.

Siapa bilang kita akan bermain-main? Demikian maksud Watson. Tidak ada kata bermalas-malasan di kamus sherlock itu. Selagi ada tujuan bertandang ke negara orang, untuk apa berpelesir?

"Lalu mau ngapain ke sana, hah?"

Rasanya curang mengenai "kemampuan" Violet memahami gestur Watson tanpa perlu catatan atau gerakan isyarat. Aiden dan Jeremy hanya bisa menebak-nebak arah percakapan. Sama sekali tidak mengerti "obrolan" dua orang itu.

Kita punya orang yang harus dicari dan kasus yang harus dipecahkan. Kali ini pusatnya di Korea. Demikian jelas Watson singkat.

"Hei, hei, yang kumaksud bukan itu." Violet merangkul Watson, berbisik bisnis. "Aku sedang membicarakan perkara biaya. Kamu pikir tak butuh uang datang ke Moufrobi? Kecuali kalau kamu," dia mengutik-ngutik jemarinya, "memberiku sedikit ongkos."

Watson mengembuskan napas panjang. Dia pikir gadis itu punya masalah besar atau kendala pelik, ternyata cuman hal sepele.

Langsung saja Watson mengeluarkan sepetak kartu kredit, lantas menyerahkan itu pada Violet. Jangan boros. Begitu arti mimik wajah datarnya.

"You are indeed the most understanding friend in the world, Watson. Thank you." Violet menembakkan kepingan-kepingan balon cinta. Berjengit senang. Siapa yang tidak gembira ditraktir pakai kredit.

"Kalian ini sebenarnya sedang membicarakan apa sih?" Aiden gemas bertanya.

Watson menyenggol bahu Violet, menunjuk dengan dagu. Gilirannya membantu. Violet cengengesan, berdiri gagah. "Watson bilang, kita akan menyelesaikan kasus di Korea sekaligus mencari orang hilang." Beralih menoleh ke Dinda sedari tadi kayak anak ayam bersama King. "Sinyal orang yang hilang itu terlacak di Seoul, kan?"

Dinda mengangguk.

"Tunggu, Watson," Jeremy selaku 'klien' menyela percakapan. "Bagaimana dengan wakil kepala sekolah dan Fate? Aku senang kamu memprioritaskan pencarian kakakku, namun rasanya tak enak menelantarkan kasus mereka begitu saja."

"Dari sekian banyak kata, kenapa kamu harus memakai kata menelantarkan sih..."

Watson tidak langsung menjawabnya, malah menatap poster lomba yang dia temukan di ruang wakepsek. Tampaknya misteri keduanya berhubungan atau boleh jadi lebih dari itu.

"Sekarang Watson belum tahu tapi nanti dia akan tahu. Bukan begitu, Detektif?"

Iyain deh biar cepat. Watson mengangguk.

"Kalau begitu kita pergi pakai jet pribadiku saja!" seru Aiden. Oh lupa, gadis itu kan tajir melintir. "Aku bisa pesan satu pesawat pada Ayah untuk perjalanan ini, jadi kita tak perlu repot soal pengeluaran. Kita ke Seoul secara GRATIS."

Watson mengambil kembali kartu kreditnya yang masih di tangan Violet. Aku ambil ini lagi.

"Eh, hei, kamu tak bisa mengambil sesuatu yang sudah kamu pinjamkan." Violet mencebik tak terima. Kan dia mau shopping di Korea. Membeli macam-macam barang.

Aku baru ingat kartuku sedang dibekukan oleh Paman. Watson hampir melupakannya. Beaufort mengunci dana sherlock pemurung itu sebab memboros membeli novel Holmes.

"Jahat! Kamu membuatku patah hati!"

Astaga, gadis ini. Apa yang harus kulakukan padanya? Watson mengusap wajah frustasi. Sudah pikiran kusut tentang misteri ... Tunggu. Watson mengangkat kepala. Mereka belum memberi nama pada kasus itu. Aiden dan Jeremy menyebut-nyebutnya 'Mayat Wanita yang Menghilang'. Terlalu panjang dan norak. Lalu terdengar sadis. Apa pandangan orang-orang nanti jika tak sengaja mendengar?

Sementara itu, Aiden berkacak pinggang berdiri di tengah-tengah ruang klub. Tampaknya dia akan membuat pengumuman.

"Persiapkan diri kalian, teman-temanku tercinta! Tujuan kita adalah Seoul! Korea Selatan! Mencari kakak Jeremy serta menangkap pelaku pembunuhan Fate!"

"Kurang satu, Aiden..."

"Terlalu panjang dan ribet. Aku malas jadinya. Yang lain bagaimana, punya ide untuk nama kasus ini tak?"

Semua orang menoleh ke Watson. Objek tatapan mendengus. Perihal nama doang mesti meminta bantuannya? Dasar kumpulan tidak mau berpikir!

"Snowdown." King yang bersuara. Semua orang pindah menatapnya (seolah Watson tidak menarik lagi untuk ditatap). "Secara korban melarikan diri saat turun salju. Kecuali kalau kalian punya ide lain—"

"Ide bagus, King!" potong Aiden tuman.

Dinda bersedekap. "Kupikir kamu sakit gigi atau jadi karakter mute mendadak, ternyata tidak juga. Tadi sempat kesambet jin, ya?"

"Ya, begitulah." King mengalihkan wajahnya supaya tak memandang Violet.

Jeremy hanya diam menyimak. Snowdown adalah nama pantinya dahulu kala.

-

"Melihatmu berkemas, apa kamu akan pergi menangani kasus lagi?" Beaufort bertanya, menghela napas kasar melihat Watson mengangguk. "Tidakkah terlalu sering? Noelle berkali-kali mengkhawatirkanmu."

'Tapi aku harus pergi. Ini penting. Aku tak bisa mengabaikannya.' Watson menulis seadanya. Bagaimana jika terjadi pertumpahan darah di negara tak bersalah? Aduh, jangan sampai. Watson harus menangkap pelakunya.

"Cederamu saja belum sembuh. Apa kamu ingin menambah luka baru?"

'Kemarin orangnya sedikit. Sekarang banyak orang.' Watson membalas rambang yang membuatnya dan Beaufort sama-sama mengernyit bingung. Itu anak menulis apaan?

Selesai berkemas, Watson hendak turun namun Beaufort menahan lengannya. "Aku tak bisa membiarkanmu pergi. Pikirkan tantemu. Dia bisa stres melihatmu terus terluka tiap mengurus kasus-kasus sialan itu. Kamu terlalu egois."

'Lalu, Paman ingin melarangku? Pelaku itu akan melakukan pembunuhan berantai di kota orang. Aku tak bisa tinggal diam. Aku harus melemparnya ke penjara.' Begitu tulis Watson setelah Beaufort melepaskan tangannya.

"Untuk anakku, aku bersedia mengorbankan dunia. Begitulah pesan orangtua kebanyakan. Kali ini kamu tak kuperbolehkan pergi."

Tunggu, apa? Sebelum sempat mencerna, Beaufort mendahului Watson keluar dari kamar, kemudian mengunci pintu. Suara gaduh pun mendatangi rumah.

Paman! Buka pintunya! Watson menepuk-nepuk daun pintu. Dia tak bisa bersuara, hanya mengeluarkan suara lenguhan tak berdaya.

"Ini demi kebaikanmu, Watson."

Aish! Watson menendang daun pintu, menghempaskan tubuh ke kasur. Dia mengacak-acak rambut. Berdecak sebal. Beaufort tidak mau bekerja sama. Dasar orang tua rempong!

Hah! Beaufort pikir Watson tak bisa melompat dari balkon apa? Sherlock pemurung itu beranjak bangkit guna membuka jendela. Sedikit melongok untuk menghitung jarak, nyalinya sudah ciut. Astaga, tingginya. Jantung Watson seketika mengalami palpitasi. Kenapa rumah ini harus dibangun dua lantai sih? Pemborosan uang!

[Note: Palpitasi, kondisi dimana seseorang merasakan kerja jantung yang kuat, cepat, atau tidak teratur.]

Maniknya bermain ke meja belajar, mendapati kartu tanda pengenal Deon. Ah, benar! Masih ada Deon. Polisi satu itu bisa berguna untuk mengatasi kerisauan pamannya. Sudah saatnya menagih utang.

Ingin memungutnya, Watson menjatuhkan sebuah kamera cctv. Ah, itu kamera klub yang dia bawa pulang. Watson tak sempat-sempat memeriksa rekamannya karena banyak yang terjadi.

Timingnya tepat.

Lupakan sejenak soal masalah Beaufort. Dia melangkah ke lemari buku, menyentuh sesuatu di rak keempat. Sebuah ruangan terbuka dari klik tersebut.

Di sinilah kamar rahasia Watson tempat dia menyimpan benda-benda penting. Buku-buku, mesin autopsi, perkakas kesehatan, dan berbagai barang lainnya. Bahkan dinding pun diisi oleh peta, coretan, dan benang-benang merah.

Watson duduk di kursi, menyalakan rekaman. Dua menit kemudian, alisnya bertaut. Tidak ada apa pun di cuplikan video.

Apa ini? Rekamannya palsu. Atau mungkinkah Fate menukarnya karena tahu akan ada yang datang untuk mengambilnya? Lalu di mana rekaman aslinya berada? Watson terdiam. Tidak salah lagi.

Benda itu pasti tertinggal di ruang bawah lantai klub. []





Selasa, 8 februari 2022

Jadi, begitulah. Series Jeremy ganti judul jadi 'FAIL SNOWDOWN' berkat usulan King.



Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro