12

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Esoknya. Setelah menjelaskan keberadaan Deon pada Beaufort, akhirnya pamannya itu memberi izin. Hanya lima hari. Kalau telat pulang, maka jangan harap Beaufort akan memberi amnesti.

Entahlah. Beaufort itu sebenarnya sayang atau kejam sih pada keponakannya? Noelle pernah bertanya, mengapa kadang lembut kadang kasar terhadap Watson. Beaufort seperti remaja yang krisis identitas. Super sensitif.

"Tolong bantuannya, Inspektur. Jangan biarkan dia pergi sendirian. Anak ini susah diatur ketika sampai di TKP. Kebiasaan yang menyebalkan." Beaufort menatap Watson tajam agar sherlock pemurung itu menurut patuh. Responnya hanyalah desahan pelan.

"Aku mengerti, Tuan. Terlebih aku punya utang budi dengannya." Deon mengangguk.

Baru saja pamannya masuk ke rumah, Watson sudah melangkah pergi. Deon mencegat. "Mau ke mana, heh? Kamu tidak dengar, kamu di bawah pengawasanku untuk saat ini. Aku tak bisa membiarkanmu bergerak seleluasa itu."

Watson menulis cepat. 'Inspektur duluan ke rumah Aiden. Ada sesuatu yang harus kuambil di sekolah.'

"Apa itu benda penting?" Melihat Watson mengangguk, Deon membuka pintu mobil. "Masuklah, aku akan mengantarmu."

Ck. Tidakkah si polisi itu berpikir tindakannya membuang waktu? Watson sekali lagi menekankan agar Deon tidak usah repot. Dia hanya sebentar, tidak lama. Begitu Watson dapatkan rekaman asli, dia akan langsung pergi ke rumah Aiden.

"Tidak bisa. Atau kamu mau aku bilang pada pamanmu bahwa kamu tak mau patuh? Aku bisa berteriak sekarang." Deon mengambil ancang-ancang bersorak. Perintah adalah perintah. Tidak mungkin Deon melanggarnya.

Baiklah! Daripada dikurung oleh Beaufort dan membuat Jeremy kecewa, lebih baik Watson menyerah. Dia masuk ke mobil Deon.

Selama perjalanan menuju Madoka, mereka berdua bercakap-cakap ringan tentang pemulihan Haruna. Yah, Watson malas sih aslinya. Tapi tak apalah buat formalitas.

'Bagaimana operasinya? Apa berhasil?'

Deon fokus menyetir, menyalip mobil-mobil. Dia ganti-ganti menatap jalan dan buku komunikasi Watson. "Berkatmu. Kamu ingat dokter wanita yang menyetujui diagnosismu? Dia penasaran kamu akan mengambil jurusan apa di masa mendatang. Tampaknya dia ingin kamu menjadi dokter."

Watson memutar mata malas. 'Tidak tertarik.' Dokter bukanlah impiannya.

Sebentar, apa? Deon mengernyit. Tidak tertarik? Padahal dia punya ilmu medis. Apa Watson akan menyia-nyiakan bakatnya?

Sementara itu, Watson memikirkan hal lain. Jika Haruna mengidap melioidosis, bukankah itu seharusnya menular? Mungkin belum terlalu kronis. Para dokter di Atelier menindaklanjuti dengan cepat.

Sepuluh menit, akhirnya mereka sampai. Watson bergegas menuju klub, menyuruh Deon menunggu di gerbang sekolah. Tapi masalah baru datang bahkan sebelum dia memegang rekaman asli.

Watson bersedekap. Bagaimana cara membuka pintu ruang rahasia itu? Di mana mekanismenya terletak? Astaga, sherlock pemurung itu tidak berpikir panjang. Seingatnya, terakhir kali dia menarik kuat lantai sampai terlangah. Apakah dia juga harus melakukan hal serupa? Rasa-rasanya takkan berhasil deh.

Jadilah dia melakukan berbagai cara yang terpikirkan. Dimulai dari memukul-mukul, menduduki petak lantai, menarik-narik entah apa yang dia tarik—berharap bisa dibuka seperti malam itu. Tetapi nihil, pintu tersebut tak kunjung terbuka. Masa Watson pakai cara bombardir? Jangan gila deh.

"Hahaha!" Terdengar suara kekehan. Watson menoleh. Adalah Apol. "Bukan begitu caranya, Watson Dan. Kamu harus menekannya."

Menekan? Watson membiarkan Apol mengurus masalah pintu sialan itu, ternyata memang mudah. Lihatlah, Apol menyentuh permukaan petak lantai, menggencetnya perlahan, lantas pintu pun naik ke atas.

Just how?

"Kamu penasaran bagaimana aku tahu?" Apol tersenyum seolah membaca pikiran Watson. "Anlow yang memberitahuku," katanya melambaikan tangan. "Semoga beruntung terhadap kasus kali ini. Madoka berharap banyak pada kalian, klub detektif."

Si Apol itu, Watson tidak mengerti lagi apa isi pikirannya. Tampak mencurigakan setiap saat, namun dia terlihat hanya sekadar mata duitan. Lagi pula kapan Anlow memberitahu tentang ruang rahasia? Mereka sedekat itu? Tahu ah.

Watson memperhatikan setiap sudut pada ruangan rahasia. Bingo! Dia membungkuk mengambil benda yang dicari-cari.

Buru-buru keluar tak lupa mengunci klub dan menggantung papan 'Dalam Perjalanan Investigasi', kepala Watson tertoleh pada satu surat yang menjulur dari kotak permohonan. Itu dari Nyonya Lamberno, laporan peliharaan hilang.

Astaga, Watson mengusap wajah. Dia masih mencarinya? Ini sudah setahun lebih dia terus-menerus mengirim permohonan yang sama tiap musim. Tidak menyerah-nyerah juga. Anjingnya sudah tidak punya harapan hidup, hilang nyaris dua tahun. Mati kelaparan entah di mana.

Watson menghiraukan surat tersebut, melanjutkan langkah tertunda. Teman-temannya sudah menunggu.

-

Rumah Aiden.

"Kamu terlambat setengah jam, Dan! Apa yang membuatmu telat, heh?" Aiden menyambut dengan ekspresi menuntut. Hari ini rambutnya mode braid loops dengan pita merah berpadu putih. Helai rambut yang tak ikut terikat berjatuhan menambah kesan manis.

"Yang penting dia sudah datang, Aiden." Jeremy menengahi. Agak kasihan melihat Watson mabuk kendaraan karena Deon mengebut (takut terjebak macet). Sherlock pemurung itu tampak lemas.

Semuanya lengkap. Watson, Aiden, Jeremy, King, Dinda, dan Violet. Ah! Lupa memasukkan nama Deon, sebagai orang dewasa pengawas.

"Nona Muda Aiden, pesawatnya sudah siap."

Aiden mengangguk, memimpin rombongan selaku putri empunya rumah. Watson menatap sekitar. Ini mungkin ketiga kalinya dia berkunjung ke rumah Aiden. Tempat itu benar-benar luas bagai istana. Apa Aiden tak ribet punya kediaman seluas ini? Kan tidak lucu tersesat di rumah sendiri.

Watson duduk dengan Aiden.

Jeremy duduk dengan Dinda.

King duduk dengan Violet.

Tunggu, apa? Susunan macam apa ini?! Hellen bisa marah jika Jeremy dipasangkan dengan gadis lain! Watson bisa mati konyol mendengar tuturan Aiden—belum lagi dia belakangan merasa gelisah kala bersama Aiden. Entahlah, King bisa tahan bersebelahan sama Violet. Anak itu sepertinya ada sesuatu.

Jadilah dia menukar posisi duduk. Aiden-Dinda. Watson-Jeremy. King dan Violet plus Deon sebagai pembatas. Pesawat perlahan lepas landas, terbang ke langit temaram. Here we go!

Lalu, sepuluh menit kemudian.

'Kalian akan kuberi tugas masing-masing.' Watson membuka obrolan dengan tulisan pastinya. Diskusi di mana pun setiap saat.

Semuanya menyimak serius.

Untuk Aiden, dia disuruh menonton rekaman cctv asli yang disembunyikan oleh Fate. Lalu Jeremy, mencari latar belakang wakil kepala sekolah. Si Dinda dapat tugas merangkap daftar wanita-wanita yang hilang di Moufrobi. Dan terakhir Violet, dia disuruh memeriksa seluruh rumah bordil yang ada di Seoul.

"Tugasku?" celetuk King tidak dapat bagian.

Sebagai jawaban, Watson menyerahkan benda berbentuk buku. Begitu King membolak-balik halamannya, rupanya itu mirip seperti tesis atau esai berhubungan misteri/pembunuhan. "Apa ini, heh? Kamu menyuruhku membuat jurnal? Aku bukan mahasiswa."

'Selesaikan itu semua. Aku akan menilainya. Anggap saja evaluasi dadakan.'

"Ini tidak adil. Kenapa aku disuruh menjawab soal?" King jelas protes. Enak saja yang lain mendapat tugas seru dia malah mengisi titik-titik kosong.

Harusnya Watson menjawab; aku harus mempertajam kemampuanmu. Tetapi King lebih dulu mengembuskan napas, mencak-mencak mengambil pena, mulai tenggelam dengan PR-nya. Wow, dia bersikap dewasa.

Kalau Watson sih... Oh, dia lanjut baca novel Holmes dong. Tanggung tiga part lagi. Deon mendengus karenanya. Dasar detektif bossy.

Violet menyempatkan diri mengintip pekerjaan King yang fokus mencatat, berdecak kagum. "Wah! Tulisanmu cantik, rapi pula. Gambarmu juga bagus."

Blushing! Wajah King merah padam seketika, cegukan. Dia tak menyangka Violet mengajaknya berbicara.

Watson 'berdeham'. Jangan ganggu dia, Vi.

"Aku tidak ganggu kok. Aku hanya berkomentar. Dan coba kamu lihat deh, dia menjawab soal-soalmu dengan serius." Violet memuji lagi, tak tahu-menahu memberi damage besar pada yang dibicarakan. Kepala King berasap-asap hendak meledak.

Dinda yang peka situasi, menceletuk kejam.

"King suka sama Violet, ya?" []





Rabu, 9 februari 2022





Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro