17

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Tik! Tik! Tik!

Watson menatap datar jam dinding, suara detiknya mengganggu. Pukul satu malam. Dia tertidur selama lima jam, dan itu masih belum cukup mengisi energinya.

Klek! Pintu terbuka. Deon masuk ke dalam sembari menyerahkan sebuah amplop. "Aku membawa yang kamu butuhkan, Watson. Apa yang akan kamu lakukan sekarang?"

Isi amplop tersebut adalah daftar buronan yang kabur dari penjara. Dominan pria, namun jumlah tahanan wanita juga tak bisa dihiraukan. Watson bergumam sendiri.

"Jika organisasi itu melakukan banyak transaksi dan operasi di berbagai negara, bukankah kasus Snowdown akan melibatkan banyak pihak?" Inilah yang Deon cemaskan.

Maka dari itu, mereka tidak boleh departemen pertahanan lainnya ikut campur. Hal ini bisa menuai kontroversi antar negara. Watson harus menyelesaikan kasus ini bagaimanapun juga.

Mulai membaca.

"DPO ini adalah pembaharuan ke-8," kata Deon mengarahkan. Ikut membaca. "Mereka sudah menghilang dua bulan, di antaranya bahkan berhasil bersembunyi tiga tahun. Aku tidak mengerti apa yang terjadi. Di mana sebenarnya buronan-buronan itu berada?"

Menggabungkan orang-orang hilang terhadap buronan yang kabur dari lapas... Hanya satu kata kuncinya. Watson mengambil buku komunikasi. 'Inspektur, kurasa ini penjualan identitas.'

"Apa?" Deon tercenung.

Masuk akal. Alasan mengapa para buronan itu tidak ketemu-ketemu adalah mereka mengubah penampilannya secara totalitas. Melakukan operasi plastik dan mengganti latar belakang dengan pemilik wajah asli. Itulah misteri di balik banyak sipil-sipil tertentu menghilang dari kota.

"Tunggu," Deon mengusap wajah. "Jadi maksudmu organisasi yang menculik orang-orang itu merupakan tempat penjualan identitas?!"

Watson mengangguk. Tangannya cekatan mempereteli rubik. Putar sana-sini, selesai, lalu dia ulangi. Deon sampai (diam-diam) berdecak kagum.

Ini tidak bagus. Bagaimana jika identitas Jerena sudah diperjualbelikan dan dipakai di luar sana? Mari coba berpikir positif. Setidaknya yang memakai identitas korban adalah bekas pelaku kejahatan. Mereka takkan melakukan tindak pidana yang bisa membahayakan identitas baru. Semoga saja begitu.

Krek! Rubik terhenti di warna merah. Watson mengepalkan tangan. Tapi hal itu tak menutup kemungkinan mereka akan melakukan kejahatan dengan identitas tersebut! Mereka tidak takut lagi berbuat onar sebab ada organisasi yang siap memberi mereka wajah baru.

Seperti sebuah kertas kosong yang dicoret. Penulis tak perlu khawatir kehabisan tempat untuk menulis karena masih tersisa banyak kertas kosong di sebaliknya.

Lagi-lagi, tapi, sebuah buku mempunyai lembar terakhir. Apa kiasan itu bisa dikaitkan ke dalam kasus? Apa organisasi akan berhenti menjual belikan identitas ketika pasokannya habis?

Tapi kenapa? Kenapa mereka membunuh Fate dan Manava? Apa hubungannya dengan wakil kepala sekolah? Siapa si pembeli dan target personalia? Mungkinkah konsumen merasa kualitas 'Manava' jelek dan berubah pikiran?

Tes! Tes!

Ah... Watson menyeka hidungnya. Cairan merah mengalir, jatuh ke seprai kasur.

"Astaga, Watson, kamu mimisan." Deon menyodorkan tisu, membantu sherlock pemurung itu membersihkan darah di hidungnya. "Kamu terlalu memaksakan diri. Istirahatlah. Aiden dan Jeremy sangat khawatir padamu."

Itu bukan pertama kali Watson mendengarnya. Dia memang tipe yang harus diperhatikan karena suka kebablasan.

'Inspektur, awasi anak-anak itu. Aku ingin memeriksa sesuatu. Jangan lupa kunci pintunya.' Watson mengangkat alat komunikasinya.

Deon menghela napas. "Dasar keras kepala." Watson menjatuhkan buku acak agar polisi pemarah itu menoleh. "Apa lagi?"

'Bisakah Anda meminjamkanku busur?'

Skip time.

[Wah! Ini benar-benar kasus luar biasa, Watson. Aku menemukan apa yang kamu suruh. Ponsel Manava Mara. Itu terjatuh di tanaman rambat gerbang sekolah.]

Sudah kuduga. Watson melempar-tangkap ponselnya yang tersambung dengan informan misterius. Sialan, siapa sih orang itu?!

[Apa langkah selanjutnya, Watson?]

Watson membalasnya lewat ketikan. 'Tolong carikan rekaman cctv di Distrik Snowsnow sepuluh tahun silam. Kurasa ada sesuatu di balik kecelakaan Kak Jerena. Entah disengaja atau ada hal lain. Satu lagi. Jangan lupa, selidiki kepala sekolah Madoka. Aku rasa ini lebih dari satu tali.'

[Oke, got it.]

Nah, King, sisanya kuserahkan padamu.

-

"APA?! PENJUALAN IDENTITAS?!"

Sama seperti yang dijelaskan oleh Watson ke Deon, King juga memberitahu pada Aiden beserta teman-teman tentang poin utama dalam kasus Snowdown. Mereka tengah berkumpul di sebuah toko roti, hendak membeli cemilan untuk detektif yang sakit (siapa lagi kalau bukan si sherlock gadungan, ah salah, pemurung maksudnya).

Jeremy menginjak kaki Aiden, melotot. Apa dia berusaha menakuti tamu toko? Lihatlah para pengunjung itu, tidak tahu-menahu bahwa salah satu dari mereka ada kelompok detektif yang sedang mendiskusikan prahara serius. Mereka hanya fokus membeli kue untuk kerabat atau apalah.

"I-itu berarti, mereka memakai wajah korban untuk membuat identitas baru? Jadi Kak Rena sudah meninggal?!" bisik Dinda susah payah kalem.

Jeremy harap-harap cemas. Semoga saja...

Demi melihat King menggeleng, Jeremy mengembuskan napas lega. "Kupikir tidak karena korban-korban culik berguna untuk dijadikan pesuruh semacam kerja rodi. Mereka hanya mengandalkan seorang ahli bedah plastik dan prostetik. Meniru wajah korban lantas membuat replikanya."

"Tapi King," Violet mengelus dagu. "Jika konsumen organisasi itu berupa buronan kepolisian, bagaimana cara mereka membayar identitas-identitas tersebut?"

King berpikir sebentar, langsung tersentak. "Organ! Mereka melakukan transaksi gelap dengan mengorbankan organ masing-masing. Semakin tinggi nilai organ yang didagangkan, maka semakin bagus identitas yang mereka dapatkan."

"Lalu korban disekap di mana?"

"Aku belum tahu. Mungkin di suatu tempat, jauh dari mana pun. Jangan-jangan di sebuah pulau yang sudah disiapkan oleh organisasi."

Aiden mengacak-acak rambut. "Kasus ini kenapa rumit sekali sih?"

King ingin membuka mulut, menyambung analisisnya namun dia urung. Sebenarnya kasus ini sederhana jika Watson bisa bicara. Dan sepertinya, King curiga Watson menyembunyikan sesuatu. Apakah dia memiliki semacam tendensi terhadap 'menahan'? Kenapa Watson suka menunda hipotesanya?

"Masalahnya kita buta arah. Kita tidak tahu di mana organisasi sialan itu. Apakah ada cara mencari tahu posisinya?"

King menoleh ke Violet. "Apa kamu bisa?"

"Bisa jika Watson memberiku pengarahan yang tepat. Tidak bisa jika kita hanya menebak-nebak. Lebih baik kita tunggu dia."

Cekrek! Cekrek!

Sebuah drone kuning terbang di antara salju, mengambil banyak gambar klub detektif Madoka, berputar menjaga jarak agar objek potret tak menyadari ada benda kecil nakal mengintai.

Tapi pengendali benda tersebut tidak tahu bahwa ia juga sedang diawasi.

Adalah Watson. Dia berdiri di rooftop gedung yang terletak tepat di depan toko roti dengan menenteng panah sewaan Deon. Watson dapat melihat teman-temannya berbincang-bincang. Dia menatap datar drone kecil yang berputar-putar di sekitar toko. Yosh, jantungnya aman.

Satu anak panah. Satu tembakan.

Tanpa basa-basi Watson langsung mengambil kuda-kuda membidik, perlahan menarik senar panah, dan wush! Trak!

Panah yang dililit EMP sukses menjatuhkan drone itu. Kehilangan tenaga listrik, ia jatuh ke bawah kaki seorang tukang bersih-bersih. Menoleh ke sekeliling (apakah benda itu punya pemilik atau tidak) beliau tersenyum senang, segera mengemasnya.

Umpan sudah dilempar. Bagaimana? Apa kalian masih mau bermain petak umpet?

Selesai dengan urusannya, Watson pun melangkah turun tak peduli rambutnya penuh butiran salju. []



Selasa, 15 februari 2022




Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro