5

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

"P-pobia disentuh? King?"

King tak menjawab, hanya mengalihkan perhatian sembari mengusap lengannya yang dipegang Watson. Mimik jengkel masih tersisa di wajahnya.

"Kamu serius, Watson?"

"Bari menceritakan seorang wanita aneh saat mereka pergi ke toko baju. Dia bilang reaksi Krakal tidak wajar kala itu. Seperti tatapan trauma. Awalnya kupikir itu berasal dari keluarganya. Kekerasan terhadap anak."

"Kamu bahkan tidak tahu apa pun tentangku!" King menyela kesal.

"Oh, Krakal. Beberapa detik lalu kamu sudah memberi banyak informasi padaku. Kalian kembar, tapi marga kalian berbeda. Bukankah itu artinya keluarga ayah dan ibumu berselisih?"

King hendak menyanggah lagi, tapi dia telah skakmat. Watson menyebut poin yang tak bisa dibantah.

"Curang ah, Pak Ketua!" King merengut.

Sherlock pemurung itu mengelus dagu. Mengingat King tidak pernah sekali pun menceritakan masalah internalnya, terlebih hubungannya dengan Chalawan baik-baik saja, itu menandakan King tak peduli jika dikacang keluarganya.

Jadi satu-satunya alasan mengapa King tampak takut dengan wanita di toko, apalagi kalau bukan suatu insiden. Ditambah poin terbesarnya adalah sentuhan. Dia tak peduli dengan hinaan atau kekerasan yang dilakukan keluarganya, namun trauma dengan tatapan si wanita di toko. Itu artinya...

"Kamu korban pelecehan ya, Krakal? Dan pelakunya wanita itu?"

"Pak Ketua! Kamu keterlaluan--"

Brak! Violet menggebrak meja, mengagetkan mereka berdua. Dia mengatupkan rahang. "Jalang mana yang berani melakukan itu?" geramnya.

"Vi! Bahasamu!"

"Tak bisa begini. Aku akan mencarinya."

"Tunggu, hei! Tunggu dulu!"

Violet tak menggubris panggilan King, bergegas pergi. Kacau! Watson mengacaukannya. Dia benar-benar lupa masih ada Violet di meja itu.

Watson kenal betul sifat gadis itu. Dia tak takut membunuh merujuk Violet berteman dengan Aleena, anak mafia. Mencari seseorang takkan sulit untuk seukuran informan kawakan sepertinya.

"Kita harus bagaimana, Pak Ketua?"

"Susul dia. Cegah dia ke warnet atau ke tempat yang ada komputer. Bahaya membiarkan Violet berkeliaran saat ini. Kita berpencar..." Watson diam sejenak, berpikir cepat. "Di mana tempat tinggalmu sekarang, King?"

"Kenapa tiba-tiba membahas alamatku?"

"Umumnya seorang informan akan mendahului pencarian individu yang dirasa mencurigakan di sekitar tempat tinggal target dari pengintaiannya. Apalagi kamu bilang wanita itu sedang mencarimu. Pasti dia meninggalkan sebuah jejak. Entah apa bentuknya."

King mengangguk. "Lagi pula aku sudah pindah sementara waktu."

Watson mengirim pesan pada Hellen agar dia melacak ponsel Violet untuk jaga-jaga dari segala kemungkinan.

-

"You serious?"

Watson mendongak menatap hotel Staciara Oriental yang menjulang tinggi di hadapannya, terkekeh datar. "Kamu tinggal di sini? Sejak kapan?"

"Sudah dua minggu. Di apartemen 209."

Kepala Watson tertoleh ke King, tatapan tak percaya. "Tapi kenapa harus hotel ini? Kamu juga tidak bilang apa pun padaku sebelumnya."

"Aku juga terkejut, Pak Ketua. Ayahku yang menyuruhku tinggal di sini. Mana kutahu ternyata CEO-nya pamanmu. Aku pikir ayahku dan paman Pak Ketua punya suatu hubungan partner."

Watson memijat pelipis. Bahkan dia belum memulai, tapi masalahnya sudah kapiran. Beaufrot punya koneksi dengan Chalawan, kepala sekolah Madoka? Hubungan seperti apa? Jangan-jangan kerja sama tamu ilegal lagi. Aigoo!

"Satu, dua, tiga..."

"Eh, hei! Itu milikku!" King melotot. Berhitung membuat pikirannya tenang dan sudah menjadi kebiasaan King. Jelas dia tidak terima seseorang mencurinya.

"Apakah ini waktu yang tepat untuk protes? Lagi pula bukan kamu yang menemukannya." Watson mendesah, mengacak-acak rambut hitamnya.

"Lho, Watson?" Penjaga yang mengenali Watson datang menghampiri. "Ada apa datang kemari? Mau bertemu CEO?"

Sherlock pemurung itu mengibaskan tangan, terkekeh paksa. "Tidak, tidak. Aku hanya mau memeriksa sesuatu. Bolehkah kami mengecek ruang CCTV?"

"Boleh, silakan. Aku akan memberitahu Ketua Unit Keamanan nanti."

"Terima kasih, Tuan." Watson menepuk bahu King yang malah bengong. "Ayo!"

Mereka melesat ke kamar keamanan. Belasan papan monitor menempel di dinding, mengawasi seluk beluk hotel baik di luar maupun di dalam juga arena basemen (parkir mobil tamu).

"Apa yang bisa kubantu, Nak Watson?"

"Kami hendak melihat rekaman hari ini. Sebenarnya kami sedang mencari seseorang dan aku pikir orang itu sempat melewati hotel."

"Ah, begitu? Silakan cari."

Watson memutar rekaman CCTV. Dipikir-pikir, dia dan King menyusul Violet dengan perbedaan waktu sekitar lima menit. Dalam waktu segitu, Violet bisa ada di mana saja. Mengingat rute atau gang sempit adalah kelebihannya.

"Tidak ada. Vi belum datang kemari. Apa kamu pernah memberitahu alamat barumu padanya, Krakal?"

King diam tak menjawab.

Mengernyit, Watson kembali menoleh ke layar. Seorang wanita berdiri menatap lurus ke arah kamera CCTV seolah tengah menatap mereka secara langsung kemudian menyeringai.

"Aneh sekali. Wanita itu sering terlihat di sekitar hotel akhir-akhir ini. Dia bukan tamu, bukan juga penyewa. Dia hanya memelototi kamera dan pergi. Haruskah saya panggil polisi?"

Firasat Watson tidak tenang untuk ini.

-

Brak! Pintu ruang CEO terbuka. Watson menerobos masuk ke dalam. Sebenarnya dia tidak mau mengganggu jam kerja Beaufrot, tapi keadaan memaksanya.

"Paman! Kita harus bicara! Ini penting..."

Semua orang di dalam ruangan menoleh kepadanya. Ah, sial. Lagi ada rapat rupanya. Watson meringis malu.

"K-kalau begitu silakan lanjutkan... Aku permisi dulu," gumam Watson hati-hati menutup pintu. Aduh, mereka pasti menandai wajahnya. Ahhh, malunya!

"Bicara saja." Beaufrot berkata.

"Ya?" Watson berhenti melangkah.

"Kenapa? Kamu bilang itu penting," sahutnya tak peka raut wajah Watson yang memelas. Masa dia bicara di depan tamu-tamu Beaufrot? Tidak sopan.

"Yah, itu... Sebenarnya..."

Drrt! Panggilan masuk di timing yang krusial. Menambah kemaluan Watson.

Sherlock pemurung itu berbalik. "Stern, waktunya tidak tepat. Aku akan menghubungimu lagi nanti--"

[Apa terjadi sesuatu pada Violet?]

Mendengar nama Violet disebut, Watson seketika berdiri tegak. "Apa maksudmu?"

[Aku melacaknya seperti yang kamu suruh, tapi Violet berada dekat denganmu dan King kok. Hotel Staciara Oriental. Bukankah itu hotel tempat pamanmu bekerja? Apa yang kalian bertiga lakukan di sana sih?]

Tubuh Watson menegang. "Apa? Violet di sini? Sudah sejak kapan?'

[18 menit lalu.]

Itu adalah waktu Watson dan King tiba di hotel. Aish, sial! Sherlock pemurung itu membuat kesalahan kedua kalinya. Bagaimana bisa dia lupa? Tentu Violet tahu tentang SO! Dia sering ke sana! Gadis itu pasti menyelinap di tempat yang tidak berkamera.

"Kalian bertiga bersiaplah. Kita akan mendapat kasus baru." Watson mematikan ponsel, menghela napas.

"Apa yang terjadi, Watson? Kamu terlihat sangat gelisah." Beaufrot menghampiri keponakannya yang berdiri gundah di depan pintu.

"Kurasa... akan terjadi sesuatu di sini, Paman. Entah kapan hari H-nya."

"Apa yang kamu bicarakan?"

Beaufrot mengangkat tangan, menyuruh rekannya yang menceletuk barusan untuk diam. "Apa maksudmu? Sesuatu seperti apa? Kamu sedang menyelidiki kasus berbahaya lagi?"

"Bukan begitu Paman--"

Watson mematung. Semua orang di ruangan menoleh ke jendela, terkesiap.

Seorang wanita jatuh dan melintasi jendela lantai 21. Pakaiannya sama dengan sosok di rekaman CCTV.

"KYAAAAA!!!!" []








Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro