-Lima Belas

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Terkadang hal-hal ajaib terasa sangat jauh darinya, tetapi bagi sebagian orang itu adalah hal biasa
.

Siapa yang tidak gemetaran menunggu jam?

Terutama menunggu makhluk aneh yang hanya bisa aku lihat. Ditemani juga oleh teman-teman terlalu baik yang untungnya tidak menganggapku gila.

"Sudah pukul tiga," kata Lyona mengamati jam dinding kamar kami.

Saat ini kami sedang duduk bersandar di punggung masing-masing, di tengah ruang kamar ini karena tidak tahu akan dari mana Ash muncul.

Sampai akhirnya Ash muncul melalui pintu walau ia tidak membukanya. Benar-benar menembus begitu saja sampai sering kali aku berpikir bahwa ia adalah sosok hantu pendendam yang bisa kulihat. Aku memang tidak bisa melihat roh orang mati, tetapi ketika roh tersebut memiliki dendam yang sangat dalam aku bisa melihatnya. Makanya, terkadang aku benar-benar menganggap kalau Ash adalah hantu pendedam yang satu dunia dengan Pixie, peri, Jennie greenteeth dan banyak hal lainnya.

Meski Willy sudah mengklaim kalau dia masih bagian dari dunia manusia entah apa jenisnya yang terkadang itu membuatku takut meski iba.

"Kau bersama teman-temanmu," katanya begitu dengan tatapan mata kosong. Aku jadi was-was kalau dia menyosor tiba-tiba. Kuputuskan untuk berdiri dan membuka tanganku lebar-lebar agar pandangannya teralih padaku. Meski juga membuat Esme dan Lyona ikut berdiri menanyai apa yang kulakukan.

"Mereka bukan gadis itu. Percayalah padaku. Kalau kau percaya padaku, duduklah di hadapanku sini dan mari kita mulai mengobrol. Teman-temanku juga bisa membantumu."

"Meski mereka tidak bisa melihat atau mengobrol denganku?"

Aku mengangguk meyakinkan.

Ash akhirnya duduk bersila menghadapku sedangkan Esme dan Lyona duduk mengapitku sembari memegang tanganku takut aku ada apa-apa.

"Akan aku ceritakan bagaimana bisa aku berada di sini."

Aku mengangguk dan ia mulai bercerita.

Katanya dia terbangun di jalanan yang sangat panjang dengan tidak ingat apapun. Di jalanan itu dia terus berjalan dan berjalan sampai pada satu titik ia ingat sesuatu. Tentang puding dan pai yang sangat ia benci dan tentang gadis itu. Dia ingat penampilan dan ekspresi gadis itu. Namun, ia tidak ingat rupanya. Dari penampilannya yang merupakan seragam akademi Rendwench ini ia akhirnya pergi ke sini setelah berjalan dan berjalan begitu saja. Dia tidak bisa mendefinisikan waktu tepatnya, karena selama ini ia sudah tidak memiliki pikiran apapun selain tentang gadis itu dan kebenciannya.

Katanya sempat ada yang pernah melihatnya tetapi tidak ada yang bisa sampai mengajaknya mengobrol sepertiku.

Pada bagian ini entah kenapa aku sedikit menghangat. Setelah apa yang diceritakan Ash selesai. Aku melanjutkan apa yang diceritakan Ash pada teman-temanku.

"Dia seperti roh tersesat. Kita harus mencari anak yang bisa melihat roh kematian," kata Esme.

Namun, aku tidak setuju. Aku sangat yakin kalau Ash bukan roh tersesat. Seperti yang kupakemkan dari awal. Aku tidak bisa melihat hantu, dan roh tersesat adalah bagian dari hantu. Aku hanya bisa melihat roh yang memiliki dendam, manifestasi mereka lebih nyata dan itu berlaku juga pada Ash. Ia bisa menyentuh manusia dengan bibir kotornya itu, yang entah sudah berapa kali ia gunakan menyosor.

"Kalau begini juga sedikit susah. Kita hanya tahu petunjuk kalau dia sekolah di sini mengenai identitasnya, dan tidak bisa mengetahui lebih lanjut lagi," kata Lyona yang sangat kusetujui.

"Isla. Dia berada antara dua dunia kan? Dunia manusia dan juga dunia makhluk mistis. Mengapa tidak kau tanyakan pada mereka, roh-roh yang membuatmu bisa melihat dunia mistis?"

Aku ingat pernah menceritakan pada Esme dan Harvey mengapa aku bisa buta dan tuli dulu, juga bagaimana aku bisa sembuh sampai aku bisa melihat berbagai makhluk.

"Itu ide bagus, tetapi kau tahu sendiri kan? Butuh tahun kabisat untuk menemukan mereka. Itu butuh sekitar 2 tahun lagi."

"Aku bisa menunggu dua tahun lagi untuk itu," kata Ash yang rupanya mengamati kami dari tadi.

"Aku tidak tahu waktu itu berapa lama karena bagiku semua sama saja. Toh identitas ku tidak penting, yang hanya perlu kucari adalah gadis itu saja," katanya.

Aku sedikit tidak terima dengan pernyataan Ash. "Identitasmu itu penting. Memangnya siapa yang akan mengenalmu jika kau tidak punya identitas. Kau perlu identitas untuk menemukan dia!"

"Dia berkata apa?" tanya Lyona yang sejenak menyadarkanku dari kelupaan kalau teman-temanku tidak bisa melihat atau mendengar Ash.

"Dia berkata dia tidak butuh identitas tetapi hanya butuh gadis itu, dan aku marah," kataku yang kupersingkat.

"Halo tuan yang lebih menyebalkan dari kutu busuk. Tolong sadar diri, itu tidak hanya akan menyelesaikan identitasmu saja. Dengan Isla bertemu dengan mereka, kau bahkan mungkin saja dapat mengingat semua ingatanmu, juga dapat kembali ke asalmu yang antah berantah," kata Esme yang tidak sabaran menatap kosong apa yang ada di depannya. Esme salah menatap tetapi aku diam saja karena sepertinya ucapan Esme mempengaruhi Ash.

"Ya, aku tahu itu. Tapi memang benar aku tidak bermasalah dengan waktu, toh itu sama saja. Jika kalian merasa kesal dengan tingkahku mencari gadis itu dengan caraku sendiri ... Aku tidak akan melakukannya lagi. Akan kutunggu dua tahun berdasarkan perhitungan kalian itu. Setelah itu...."

Ada jeda panjang di ucapan Ash, dan aku tidak sabar dengan jedanya yang mungkin sebuah pertimbangan.

"Setelah itu?"

"Akan kulakukan dengan caraku sendiri terlepas kalian akan mengancamku dengan puding dan pai aku tidak akan peduli lagi."
Dia berkata dengan menatapku mantap. Sudut matanya terlihat kalau ia berapi-api. Seperti menahan amarah tetapi juga berharap besar padaku dan teman-teman.

"Aku dan teman-temanku tidak akan membiarkan sampai itu terjadi. Kau sudah cukup membuat banyak ketakutan. Meski kau tidak terlihat, sensasi yang mereka rasakan terutama bagi mereka yang peka. Itu menakutkan sekaligus itu pelecehan."

Aku berkata sejujurnya memangnya siapa yang tidak takut? Lagipula itu pelecehan. Jika dia manusia seutuhnya dia bisa saja sudah masuk kantor polisi saat ini.

"Ya, itu benar. Selagi menunggu Isla dapat bertemu mereka. Kami akan membantumu mencari melalui album kenangan di tahun berapa kau bersekolah di sini," tambah Lyona yang meski tidak tahu apa yang tengah aku perbincangkan dengan Ash, ucapannya ada benarnya. Dengan begitu cara itu dapat membantunya menemukan gadis itu sebagai rencana cadangan kalau kalau roh-roh kelahiran dan kematian tidak bisa membantu kami.

"Baiklah. Aku akan pergi dulu sekarang. Kau dapat menemukanku di perpustakaan. Aku akan ada di sana sepanjang waktu," katanya singkat sembari berlangsung pergi dan menghilang dari balik pintu. Begitu dia benar benar lenyap aku menjatuhkan diriku di karpet.

"Akhirnya kita bisa menunda masalah."

"Dia sudah pergi?" tanya Esme. Aku mengiyakan dan bercerita sedikit tentang tadi. Aku juga membiarkannya ikut merebahkan diri di karpet yang mana kemudian disusul Lyona.

"Jadi, sekarang bagaimana?" tanya Esme. "Andai saja dia manusia aku ingin mencubit ginjalnya. Sungguh keterlaluan dia. Yang kau ucapkan benar Isla, ini sudah pelecehan!" tambah Esme berapi-api. Dia berkomentar bisa-bisanya Ash tidak peduli apapun selain gadis yang ia cari.

"Tentang yang kau sebut mereka saat bulan kabisat...." Lyona bertanya pelan-pelan. Sepertinya ia ingin tahu.

Esme mempercayai Lyona sepenuh hati, padahal Esme adalah orang yang sangat meragukan sifat orang lain. Jadi, kuputuskan untuk bercerita tentang masa laluku padanya. Esme yang di samping kananku manggut-manggut dengan cerita yang kusampaikan. Ya, dalam pertemanan memang tidak boleh ada rahasia kan?

Meski aku tahu, ada satu hal yang tidak bisa kuceritakan ke siapa pun bahkan Esme. Kupikir aku akan menceritakannya bila waktu sudah tepat.

"Desa kalian benar-benar ajaib. Termasuk kalian sendiri juga sebuah keajaiban," kata Lyona takjub setelah mendengar hal mengenai portal, aku, Harvey dan Esme.

"Itu karena desa kami desa yang indah. Hal-hal indah terkadang menyimpan kemagisannya sendiri kan? Dan wujud kemagisan desa kami adalah hal-hal ajaib seperti itu," kata Esme bangga, "dan aku juga jadi merindukan dirinya."

Nada Esme merendah, kami terlalu fokus pada masalah yang besar sampai lupa dengan masalah yang ada di dekat kami.

"Sepertinya ini waktu yang tepat untuk bercerita pada kalian, tetapi aku tidak tahu harus mulai dari mana," katanya sedih.

"Harvey ..."

~

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro