3

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Clandestine Kill WoodznTheEnd, Clandestine Kill SoloTheBest, Clandestine Kill KingOfSolo, Clandestine Kill MeowRanger, Clandestine Kill Monopolize.

[Ih, Kapten. Bagi-bagi dong. Kok ngebantai semua sih? Kapten lagi kesal, ya?] Hermit menceletuk melihatku membunuh 5 pemain dalam sekali serangan.

[Jangan cerewet, Hermit. Ini event perang guild. Kita fokus nyerang member saja. Biarkan Ketua mengurus para pemimpin.] Mangto menegur, gesit menembaki musuh.

Clandestine Kill Kafuusa

Ng? Kafuusa? Bukankah ini pemain peringkat kesembilan di top global? Dan kenapa banyak sekali pemain dengan nickname 'solo' sih? Buktinya mereka mengikuti guild tuh. Ada-ada saja.

Oh? Aku tersenyum miring. Ada beberapa pemain yang kerja sama dan berniat membunuhku dari sisi depan dan belakang.

Ya ampun? Aku terkekeh pelan. Mereka meremehkanku. Mereka pikir sudah berapa kali aku sering dibuli antar player? Bahkan ada 5-9 pemain bekerja sama untuk membunuhku.

Headshot! Double Kill!

Clandestine Kill Katatakataka, Clandestine Kill MilyTurtle.

<Time Out!>

MARMORIS WIN!
KILL = 239 PLAYER
DEATH = 15
DAMAGE TOTAL = 10962310

"Fiuh!" Aku menghela napas singkat, menyeruput susu panas di meja, amat puas akan skor akhir. "Kalian sudah bekerja keras, heh. Aku tercengang, damage keseluruhan sebesar ini."

[Merekanya yang terlalu sampah.] Northa berkata dingin. Ukh, yang satu ini anak raja tapi mulut anak preman.

[Northa, jangan kasar seperti itu. Kita tidak boleh menyombong karena game ini akan terus berkembang ke depannya. Bagaimana nanti ada server untuk luar negeri? Kita akan melawan pemain dari LN lho. Skill mereka pasti lebih jago.] Mangto, astaga! Bijak sekali! Itu baru wakilku.

Terdengar kekehan remeh. [Boleh-boleh saja sih. Aku akan meladeni mereka dengan damai sopan; Halo, aku Pangeran Northa. Aku hendak mengajakmu duel. Sudikah engkau anak luar negeri bermain denganku dan bersiap kalah telak? Gitu.]

Aku menepuk dahi. Teman-teman MARMORIS yang lain tertawa, kecuali Mangto yang menghela napas. Tabiat Northa, suka meremehkan orang. Mentang-mentang anak orang kaya ya! Tak tahu lagi deh nasihat apalagi yang harus kukasih ke dia.

"Ng?" Lagi-lagi pesan dari anonim masuk ke kotak pesan. "Siapa sih ini sebenarnya? Orang iseng? Aneh."

[Kenapa, Kapten?] Sialnya Mangto mendengar ucapanku barusan.

Nah, harus jawab apa aku? Berbohong? Tapi Mangto mendengarnya lho. Dia pasti akan langsung tahu kalau aku berbohong. Lagi pula, isi pesan anonim ini ada unsur teror. Apa kubilang saja, ya? Hitung-hitung aku masih anak-anak kalau diteror kan nanti masalah jadi besar.

"Begini...," Aku menggaruk kepala. "Ada pesan masuk tapi aku tidak tahu dari siapa."

[Dari fans Kapten kali. Kapten kan femes.] Hermit berseru. Aku bisa mendengar suara gigitan apel dari headset.

[Diam dulu, Hermit. Memangnya isi suratnya apa, Ketua?]

"Happy Halloween. Trick or Treat." Aku membaca isi pesan itu. Pasti ini ada hubungannya dengan halloween merujuk besok tanggal 1 oktober, minggu-minggu menjelang halloween.

[Hanya itu?] tanya Mangto yang langsung kuiyakan.

[Berarti hanya pesan iseng, Kapten. Jangan terlalu memikirkannya. Ayolah, play lagi.] Northa berkata santai.

Benar juga. Mereka (member guild) saja tidak tahu siapa aku sebenarnya, apalagi seluruh player kancah dunia game. Mereka hanya tahu tentang Mangto (CEO perusahaan) dan Northa (anak bangsawan) saja. Tidak ada yang tahu tentang Kapten MARMORIS.

Tidak ada yang tahu tentang leader guild paling ternama di game mendunia adalah seorang anak SD.

Tidak ada secuil info mengenai Clandestine adalah bocah bernama Ram.

*

"Selamat kepada Ram! Dengan nilai ulangan paling tinggi, 100!" seru Buk Prateek membagikan lembar ulangan harian yang terakhir. "Ya ampun, Ram, Ibu sangat bangga denganmu. Pertahankan ya!"

100? Masa? batinku tidak percaya, tersenyum paksa saat menerima lembar ulangan. "Te-terima kasih, Buk Prateek."

"Anak-anak, kalian sebentar lagi ujian akhir kelulusan kelas. Sebentar lagi juga kalian akan meninggalkan sekolah ini. Ibu sarankan sering-seringlah meniru ketua kelas kalian. Ram juga, bantulah teman-temanmu dalam belajar."

Aku mengangguk. "Siap, Buk."

Satu murid mengangkat tangan. "Termasuk meniru tulinya, Buk?"

Sekelompok anak di meja belakang tertawa meledek. Aku mengulum senyum. Jengkel.

"Enyahlah kau, Ideot," sembur Billy menambah huruf T di akhir nama Ideo.

Buk Prateek mendesah lemah. "Ideo, kamu tidak boleh menghina kekurangan orang. Lagi pula Ram itu tunarungu, bukan tuli. Tuli adalah sebutan untuk orang yang tidak bisa mendengar bawaan lahir. Bagaimana kalau kau juga mendapat musibah dan kehilangan fungsi telingamu, hmm?"

"Setidaknya Ram punya teman, Buk! Hahaha!!!"

Buk Prateek menepuk dahi. Anak-anak lain menatap kesal—suara mereka terlalu kencang dan berbisik.

Aku berdecak, kembali ke kursi tak acuh.

Billy berbisik, "Jangan masukkin ke hati. Sesuai namanya, Ideo(T) itu tidak punya otak. Dia hanya iri padamu."

"Berisik, Bill." Aku berkata ketus. "Sejak kapan aku mau baper karena omongan bocah itu. Dia tak sepadan."

"HEI!" seru Billy memekakkan telingaku.

"Apa yang kau lakukan!" bentakku menjitak kepalanya. Ya ampun, benda ini bisa melukai telingaku. "Kau lupa apa yang kupakai, hah?"

"Aku membelamu! Tapi kau malah ketus padaku! Tak adil!"

"Maksudmu sekarang, kau ngambek?" ujarku mendesah tak percaya. "Oh, Bill!"

Sudahlah. Lupakan soal Bill. Kurasa ada yang disampaikan oleh Buk Prateek. Ini sudah jam pulang. Aku bisa mendengar derap kaki anak-anak di koridor. Tetapi beliau masih berdiri di depan kelas.

"Sedikit informasi untuk bulan oktober." Buk Prateek membuka pengumuman. "Sekolah akan mengadakan pesta spesial hari-hari halloween dimana PBM diselenggarakan malam hari. Sekolah akan ditutup pagi sampai jam enam sore, dan akan dibuka pukul tujuh. Sebulan, kalian akan belajar malam hari."

"APA?!"

Oh tidak... Waktu-waktu gaming-ku dalam bahaya.

*

Aku menendang kerikil di jalan, sebal. Sebulan? Belajar malam hari? Hei! Waktu ngegame-ku bisa rusak! Mana bisa aku main siang! Silau, tak peduli sudah kututup dengan selimut.

Yah, bukannya aku takut dimarahi Mama sih. Takutnya badanku ini, kelelahan saat pulang dan langsung terlelap. Maklum, tubuh anak-anak. Aku harus belajar minum kopi selama sebulan ini.

Aku meronggoh kunci, membuka pintu, masuk ke dalam sambil menahan jengkel. Sepertinya aku tak bisa main serius nanti.

"Ram pul—" Langkahku terhenti, menatap jijik.

Lihatlah, ada pemandangan yang tak patut dilihat oleh anak SD sepertiku.

"Oh my god!" Mama melepaskan pelukan pria sebaya asing itu. "R-ram...! Mama pikir kau pulang telat hari ini," katanya kikuk memasang celana yang tinggal separuh. "Apa kau lapar? Mama akan memasakkan sesuatu. Makanan kesukaanmu."

Aku tertahan di pintu, seolah enggan masuk. Perutku tak enak.

"Ingat Dhave, kan?" kata Mama lagi menepuk pria di sebelahnya. "Sorry, Mama tidak bilang dia akan datang padamu."

"Hai, kawan!" sapa Dhave sok akrab. "Apa kabar? Kau semakin besar saja."

Aku mundur keluar dari pintu sebelum pria itu, Dhave, menyentuh kepalaku. Aku meninggalkan tas di pintu, memasang hoodie jaket. "Aku akan pergi ke luar."

"Eh? Ke mana?"

"Main bola."

Pintu kututup. Aku menghela napas panjang, menatap langit biru. Hari ini aku sungguh sial. Sudah dapat pengumuman sebulan belajar malam menyita waktu game-ku, sekarang ada parasit di rumah membuat waktu game-ku semakin berkurang.

Aku tidak mengerti kenapa Mama masih saja berdekatan dengan Dhave. Pria itu bukan pria baik. Dia itu berengsek. Dia pasti akan meninggalkan kami seperti Ayah. Menyebalkan.

Berlari meninggalkan rumah, aku pergi ke warnet. Tak lupa merubah penampilan.

Aku mendapat bangku nomor 19. Syukurlah. Jauh terletak di ujung. Dan kebanyakan yang main abang-abang. Gawat juga tidak ada yang seumuran denganku.

"CK! LIHATLAH SI MANGTO BANGS*T INI! LAGI-LAGI DIA MENGALAHKANKU TANPA MEMBERIKU SERANGAN BALIK SEDIKITPUN!" teriak seseorang memenuhi langit warnet.

Oh? Ternyata ada yang main Runic Chaser toh. Tentu saja. Game itu kan sedang populer. Dan yang paling populer adalah Guild Marmoris. Dia baru saja meneriaki Mangto, bukan? Berarti anak-anak sudah online. Aku harus buru-buru nih.

"Bukan hanya Mangto," celetuk orang di kotak 8. "Seluruh anggota guild itu pemain haram semua. Mereka pasti bermodal uang, terutama kapten mereka tuh! Clandestine! Dengar tidak, Mangto di dunia nyata seorang direktur. Jangan lupa Northa, anak bangsawan."

Aku terkekeh dalam diam. Aku? Main game beli item pakai uang? Hello? Mending aku belikan susu cokelat panas di kantin sekolah. Lagi pula jajanku tidak sebanyak itu untuk top-up. Mereka terlalu nethink.

Welcome to Runic Chaser. Masukkan ID dan Password.

Ah... Sepertinya tidak aman pakai akun Clandestine di sini. Nanti ada yang lihat. Pakai akun lain saja.

"Kuharap mereka semua mati! Hahaha!!"

"Modal uang bangga! Noob!"

"MARMORIS sampah!"

Ckckck. Aku geleng-geleng kepala. Dasar, kepala setan semua. Orang syirik ya beginilah. Langsung nuduh fitnah karena dikalahkan berkali-kali, karena tak bisa mengalahkan.

Aku melambaikan tangan, tenggelam dengan game.

***TBC***

A/N: 8 Oktober Kamis, 2020.

Oke sip! Udah mulai-mulai kebau nih konfliknya. Anak SD sekolah malam, ide ampas macam apa itu woi! *demo

Tapi tak apa. Toh di anime ada tuh yang sekolah sampai tengah malam /itu drakor bodoh/

Dan asyikkk aku jadi kameo!! Dikalahkan karakter sendiri!! Hahaha (tawa hambar) hebat sekali kau, Nak. Mari kugetok pala kau dengan gulali raksasa.

Kidding.

KAFUUSA

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro