Game Over

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Epilog 1.1

"Sial! Sial! Sial! Clandestine sialan! Kenapa aku bisa kalah dari bocah tengil sepertinya! Apa dia sepintar itu? Dia hanya bocah! Seorang bocah! Argh, menyebalkan!"

"Berhentilah mengeluh, Flamehale. Selesaikan tugasmu dan kita pergi. Di sini bau."

"Aku tahu, ck. Sabar sedikit."

Come little boys
Come little girls
Here, this is for you, come up here

Mereka berlima terkesiap, menghentikan aktivitas masing-masing demi mendengar lantunan lagu tersebut, menoleh gemetar ke asal suara. Mendengar liriknya saja sudah terdengar horor.

Tak! Tak! Tak! Suara yang dihasilkan dari sepatu hak tinggi bertemu lantai. Seseorang berpakaian serba hitam berada di ujung lorong kamar mandi, kian mengikis jarak. Dia menyenandungkan lagu dengan bait yang sama berulang kali.

"Si-siapa kau? Apa yang kau mau?"

Tidak menjawab, sosok itu justru mengeluarkan sebuah kapak di tangan kanan dan pisau di tangan satunya, mempercepat langkah.

Don't run away
Don't cross the line
Yeah, this is nightmare

Mereka tidak sempat menghindar atau berteriak karena ketakutan merongrong kesadaran. Tiba-tiba darah sudah menyembur menghiasi lantai dan dinding kamar mandi.

Skip time.

"Ma, kenapa Mama menatap Ram kayak 'gitu sih?" Aku tak konsen menghabiskan serealku karena Mama terlalu memandangku lekat.

"Kamu mirip dengan Ayahmu, Ram."

"Ih! Kenapa Mama nyebut laki-laki itu lagi? Bukankah sudah jadi peraturan tak tertulis, dilarang menyebut Papa di rumah ini."

"Ram." Aku berhenti mengomel. Mama tersenyum sedih. "Meskipun Papamu tidak bertanggung jawab, meninggalkan kita, playboy garis keras, hal itu tak menutup kemungkinan Mama mencintainya. Kami saling mencintai dulunya."

"Lalu kenapa—"

Mama memotong lagi. "Ada penyebab mengapa Papa meninggalkan kita, Ram. Ada alasan mengapa kepribadiannya berubah. Jadi Mama harap kamu tidak terlalu membenci Papamu."

"Tidak akan! Papa hanya pria bajingan yang gemar gonta-ganti pacar. Bahkan Ram saja pernah dipermainkan. Alat bantu dengar milik Ram hampir dia rusak. Pokoknya Ram tak suka dia, seperti Dhave. Mama ngejanda 'aja selamanya! Awas pacaran sama Mangto."

Mama tidak menjawab. Menuangkan susu.

[Berita terkini! Enam remaja yang diduga melakukan aksi terorisme telah dibunuh! Pelaku membunuh mereka di kawasan tanpa kamera. Salah satu kepala korban diketahui menghilang. Saat ini pihak kepolisian masih melakukan pencarian.]

Aku menelan ludah. Lima Benteng Woodzn meninggal? Jangan bilang Klendestine yang membunuh mereka? Si kurang ajar itu!

"Nah, Ram, ayo berangkat. Nanti kamu telat. Biar Mama antar kamu."

"Boleh, Ma."

Tetapi Ram sama sekali tidak tahu. Ketika mereka keluar dari apartemen, pintu kamar Mamanya terbuka sendiri. Di dalamnya, tersandar seonggok bungkusan dengan pita pink yang berdarah-darah.

*

Epilog 1.2

"Ke mana saja kamu, Ram! Kenapa kamu baru datang hari ini, hah? Apa kamu sadar apa yang sudah kamu lakukan?" Ini pertama kalinya aku melihat Buk Prateek marah.

Aku menundukkan kepala. "Maaf, Buk."

Mana bisa aku beritahu pada beliau semua kejadian yang menimpaku selama ini. Bisa-bisa dunia game dan dunia nyataku tak bisa kuseimbangi lagi lalu akhirnya aku stres.

"Kamu tak memberi keterangan absen, Ibumu sama sekali tak menjawab panggilan sekolah. Kalian pindah rumah tanpa pemberitahuan. Ayahmu tidak sudi menjadi wali."

Buk Prateek mendatangi Ayah? Astaga, aku sepenuhnya lupa tentang sekolah!

Beliau memijat pelipisnya. "Bahkan Ibu mati-matian membujuk kepala sekolah dan Dewan Guru agar memaklumimu dengan memberimu kesempatan mengikuti Ujian Nasional susulan. Akan tetapi kamu, menghilang tanpa kabar."

Aku tidak bisa mengatur napas dengan tenang. Keringat membasahi seragamku.

"Maaf, Ram, Ibu dan pihak sekolah tak bisa menoleransi kesalahanmu lagi. Ini di luar kendali kami. Meski kamu adalah siswa andalan SD Hallow, kamu melewati batasmu sebagai murid."

"Apa maksud Ibu?" Aku menahan napas.

"Maksud saya, kamu dinyatakan tidak lulus dan terpaksa mengulang satu tahun lagi. Maafkan Ibu, Ram, Ibu sudah melakukan yang terbaik untuk mempertahankanmu."

Setelah mengatakan kalimat yang bagai kiamat bagi semua pelajar, Buk Prateek berlalu begitu saja, meninggalkanku yang membeku di ruangannya.

Aku tidak lulus?

Ternyata aku terlalu cepat berpikir ceritaku sudah berakhir. Ternyata aku terlalu senang pada identitasku sebagai "Clandestine" karena telah memberikan Marmoris padaku. Buktinya Clandestine adalah parasit dalam hidupku.

Aku meremas jemari. Menangis dalam diam.

*

Epilog 1.3

"Jadi, Woodzn dikalahkan Clandestine di real life? Mereka masuk penjara? Astaga, lucunya. Drama yang cukup menghibur." [ Ren, posisi: Ace. ]

"Marmoris lawan yang tangguh, heh. Mereka sama sekali tak bisa ditaklukkan. Lagian Woodzn juga salah. Membiarkan game mengendalikan hidupnya. Adakah orang bodoh selain mereka? Apanya Sembilan Benteng Woodzn. Yang ada Sembilan Badut Woodzn kali." [ Luluana, posisi: Assault. ]

"Kudengar Flamehale merekam kejadiannya. Apa kalian menemukan rekamannya?"

"Tidak. Aku rasa Clandestine bertindak cepat dan menghancurkan rekaman tersebut. Clandestine sigap dalam segala hal. Ah, aku jadi makin menyukainya." [ Moca, posisi: Ace. ]

"Hahaha! Clandestine benar-benar hebat, ya. Dia pernah mengalahkanmu sekali kan, Pemimpin?" [ D, posisi: Tank.]

"...."

"Oke, oke. Aku takkan mengganggumu. Cih, hidupmu serius banget. Pemimpin tak mau diajak bercanda sekali pun. Dasar dingin."

"Pemimpin~ Apa sudah saatnya kita beraksi? Aku ingin mencoba melawan mereka di RL. Marmoris pasti sesuatu sekali karena mengalahkan Woodzn yang ambisi. Siapa yang tak girang bertemu lawan seperti mereka?"

"Terserah kalian." [ Kafuu, posisi: Commander. ]

"Yah, Pemimpin pergi."

"Psst, kalian yakin soal Clandestine mengalahkan Pemimpin? Mereka pernah bertanding sebelumnya? Aku ingin mengecek riwayat pertandingannya!"

"Astaga! Apa-apaan ini? Nol menang, kalah dua ratus kali? Ini betulan akun Pemimpin?"

"Lupakan itu. Pemimpin barusan bilang terserah kita, kan? Berarti dia menyetujui ide kita dong, guys? Hore! Bisa bertemu Clandestine dan Marmoris di dunia nyata! Bagaimana rupa mereka, ya?! Aku tak sabar."

"Mari kita tunjukkan pada mereka siapa nomor satu yang sebenarnya."

[PRAY, mantan guild peringkat pertama.]







Senin, 31 januari 2022

N. B. Author sudah lelah bermain di belakang panggung. Nantikan sekuel Marmoris!









Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro