3/21

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

"Hee?!! K-kenapa kau tiba-tiba batal masuk?"

"M-maaf, Kak... Sebenarnya saya berminat dengan ekstrakurikuler lain. Sekali lagi, maaf sudah memberi harapan palsu!" Adik kelas berambut legend laksana karakter anime itu membungkuk sedalam-dalamnya. Dia merasa bersalah padahal sebelumnya sudah yakin akan bergabung dengan klub Palang Merah.

Lalu dia mendadak berubah pikiran.

Setiap pelajar diwajibkan mengikuti kegiatan klub. Terserah mereka hendak bergabung satu dua atau tiga ekstrakurikuler asal memiliki manajemen waktu. Dan tampaknya pembagian waktu cowok pemalu itu sedikit berantakan.

Usai mengucapkan salam, dia pun berlalu pergi, menyisakan para kakel klub PMR yang mendesah kecewa. Setelah sekian lama klub tersebut tidak mendapatkan anggota baru, eh malah di-php. Sungguh tidak beruntung.

"Sangat disayangkan. Padahal bakat anak itu luar biasa. Kira-kira dia join klub apa, ya?"

"Entah. Aku tidak tahu apa yang dia pikirkan."

Yang dibicarakan sedang berdiri di luar kamar UKS, merenyukkan formulir pendaftarannya. Pribadi, dia juga tak mau begini. Tetapi, jika dia tidak melakukannya, bisa menjadi masalah.

Buk Lala melewati dirinya, membuatnya kaget. Langkah beliau lurus ke Klub Missing.

-

Dinda menanggalkan headset bluetooth-nya, menatap Ravin dari atas sampai bawah, pandangan meng-scan. Ketika Belle bilang dia berhasil menemukan member, Dinda tak percaya. Tapi pagi ini, seorang adkel masuk ke ruang klub. Apakah hari ini hari yang baik?

"Kau tidak mengiming-imingi Ravin, kan? Sesuatu yang membuatnya tertarik dengan klub ampas kita." Dinda bersedekap curiga.

"Tidak, astaga! Dinda, kau curigaan banget deh. Adkel kita yang tampan membahana ini mendaftar dengan nurani sendiri. Tidak ada unsur paksaan kok. Iya, kan, Ravin?"

Ravin tidak menjawab, seenaknya duduk di kursi. "Apa kegiatan kalian sekarang?"

Nih anak pengen dibacok, ya? Sekiranya demikian maksud ekspresi Dinda. Masih adik kelas belagunya kebangetan! Pengen tak hih.

"A-ah, mengenai itu..." Belle cengengesan.

Hayoloh, mau jawab apa hayoo. Bilang mereka TIDAK ADA pekerjaan apa-apa? Tidak! Ketertarikan Ravin pada Klub Missing bisa berkurang dan dia akan langsung keluar. Sial, andai saja ada laporan mengenai orang hilang.

"Hohoho." Kimoon membenarkan posisi kacamatanya yang bercahaya. "Mencari kasus, Wahai Bestie Ulala-ku? Maka akan kukabulkan permintaanmu, Wahai Manusia yang Budiman!"

"Apa sih?" Belle berkacak pinggang, menatap Kimoon malas. Paling tuh anak menghalu lagi nemu kasus di luar sana. "Aku lagi tak mood meladeni bualanmu. Ganggu Dinda saja sana."

"Tidak, kali ini bukan sekadar bualan! Bukan kaleng-kalengan! Aku benar-benar menemukan kasus untuk klub kita yang menyedihkan."

"Oh, ya? Apa itu?" Dinda mulai tertarik.

"Tentang Apocalypse. Sosok misterius yang menghilang semenjak satu bulan lalu."

Tubuh Ravin seketika mematung, menatap Kimoon tegang. Apocalypse? Dia menggigit bibir. Rumor soal Apo ternyata sudah sampai ke Binar Emas. Dia harus melakukan sesuatu.

Klek! Pintu terbuka.

Buk Lala melengos masuk ke dalam. Suara klotak sepatu high heels-nya terdengar bergema. Dia menatap datar Belle dan Kimoon. "Oke, waktu kalian habis. Segera tutup klub kalian dan kosongkan ruangan ini."

"Eh, Buk, bukankah perjanjiannya sore? Ini masih pagi! Sportif dong!" Kimoon protes.

"Oh, kalian belum tahu? Nanti ada rapat tentang pengaktifan jadwal sekolah sore (tambahan) untuk anak kelas 12. Makanya DL-nya ibu percepat," jawab beliau santai.

"Tapi, bagaimana ya, Buk?" Belle menyeringai. "Kami sudah dapat anggota baru nih," lanjutnya menunjuk Ravin seperti barang iklan endorser. "Ibu tak bisa membubarkan klub!"

"Ahh~?" Beliau tersenyum. "Tapi, bagaimana ya, Bel? Bukankah kemarin Ibu bilang harus ada lima member? Kalian masih berempat."

"Y-ya kami juga mau cari member kelima, lalu tiba-tiba Buk Lala datang. Kami kudu ottoke."

"Tidak ada ottoke-ottoke. Ibu sudah lelah menoleransi. Mana tidak ada aktivitas sama sekali di ekstrakurikuler kalian. Karena anggota yang tak cukup, Klub Missing--"

"P-permisi," celetuk seseorang masuk secara hati-hati. "A-apa saya masih bisa mendaftar... Oh?" Tatapannya jatuh pada Ravin. "Kau...! Orang yang menolongku waktu itu! T-terima kasih. Aku tak sempat-sempat mengatakannya."

"Ekhem!" Buk Lala berdeham, menatap cowok itu tajam. "Siapa kau? Anak kelas satu?"

"I-iya. Saya mau bergabung ke Klub Missing."

-








Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro