2/21

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

"Halo, adik-adik yang tampan!" tegur Kimoon sksd. Melompat bergabung ke pentolan itu. Tersenyum malu-malu. "Kakak mendengar percakapan yang menarik. Boleh kakak ikut?"

Mereka bersitatap heran. Siapa beliau ini? Kakel? Kenapa anak kelas 11 berada di gedung kelas satu? Demikian maksud ekpresi mereka.

"Jangan sungkan begitu." Kimoon menepuk bokong salah seorang dari mereka. "Aku tidak segalak kakel yang lain kok. Aku cuman tipe kepo sama gunjingan panas terkini."

Mangsa: Apocalypse.
Keluhan: orang hilang.

Bahkan Kimoon yang anti lebay-lebayan, terpaksa menurunkan gengsi dan keluar dari zona aman kepribadian. Dia harus bertingkap seperti kakel tak tahu malu demi informasi!

"Apa-apaan kau? Minggir sana."

Brak! Mereka berjengit ngeri melihat satu kaki Kimoom terangkat ke dinding, memblokir langkah mereka. Gadis itu mengeluarkan senyum iblis. Jangan macam-macam sama anak karate kalau tidak mau lehermu dikarate.

"Bisakah kalian memberitahuku?"

"K-kami tidak tahu garis besarnya, Kak! Kami mendengar selentingan kabar tentang Apocalypse dari Himpunan SMA Binar Emas!"

"Himpunan?" Perasaan, tidak ada yang seperti itu sebelumnya. Apakah semacam asosiasi?

"Aduh, kau seharusnya tidak membawa-bawa Himpunan. Kau mau mati?! Tamatlah sudah!"

"H-habisnya, aku tidak mau dipukul..."

Melihat reaksi mereka, tampaknya kelompok yang dinamai Himpunan itu bukan perkumpulan baik. Kimoom tak harus menyelidikinya. Dia tak mau ikut campur urusan orang lain.

"Jadi, bisa jelaskan siapa itu Apocalypse?"

Lagi, mereka bersitatap takut-takut. "I-itu nama julukan seorang petarung yang jadi legenda di Jalan Judasa... Ada desas-desus mengatakan bahwa Apocalypse menghilang."

"Petarung? Petarung jalanan maksudmu?"

"Kami juga tidak tahu kronologinya, Kak..."

-

Senandungan Belle menyita beberapa mubar cowok. Gadis itu bisa dibilang lumayan cantik, apalagi tingginya yang semampai. Tapi, sebaiknya mereka harus berpikir dahulu.

Setelah kenal jika beliau adalah Quabelle, maka mereka akan mundur sebelum menembak. Belle terkenal dengan sifat bobroknya yang tidak ketulung. Mana dia si paling terupdate.

"Kau ketua klub pencari orang hilang?"

"Ha?" Belle menoleh dengan nada tak bersahabat. Seketika wajahnya cemerlang. Alamak, cogan! Ditatanya helai rambut yang sedikit kusut dengan jari, berdeham. "Ada yang bisa kubantu? Wah! Kau adik kelas, ya?"

Sosok itu menyodorkan kertas formulir. "Aku mau bergabung. Apa butuh wawancara juga?"

Belle menatap wajahnya, menatap formulir tersebut, balik menatap cowok itu, loading. Seperkian detik kemudian, Belle terbelalak dan menganga. Tanpa ABCD, Belle menyambar kertas di tangannya. "Tentu saja tidak ada! Kau bisa langsung datang ke pertemuan nanti siang setelah jam istirahat kedua."

Hehehe, rezeki memang tidak ke mana-mana. Baru saja tadi pagi Buk Lala mengancam akan membubarkan Klub Missing, sekarang Tuhan turut membantu menyelamatkan klub itu.

"Hmm, mari kita lihat." Belle riang memeriksa formulir adkel baik hati di belakangnya. "Ravino Negandra... Panggilanmu Ravin? Eh?"

Kejutan. Cowok itu sudah menghilang dari pandangannya. Belle tergelak tak percaya. Ravin pergi begitu matanya teralihkan.

Sorot mata yang dingin. Mimik yang datar. Berbicara seperlunya saja. Pergi setelah urusannya selesai. Fix nih, tipikal cowok dingin. Geleng-geleng kepala Belle dibuatnya.

Paling tidak Ravin mau bergabung dengan klubnya tanpa banyak tetep bengek. Belle suka orang to the point. Kasih bintang satu.

"Hehehe, tersisa satu orang lagi. Akan kubuat Buk Lala terkejut dengan kemajuan ini!"

-









Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro