begin

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

New Year, New Story. Why not? Ehehehe.
Anggap saja pelampiasan pas gak ada ide ngelanjutin Marmoris (ayolah, aku malas nyambungnya).

***HAPPY READING***

"Lihat! Lagi-lagi Erol juara satu teman-teman! Ya ampun, dia tak terkalahkan."

"Mana nilainya 100 semua. Erol, aku padamu."

Erol, si juara satu, menggaruk tengkuk seraya cengengesan. "Ini tidak seistimewa itu kok. Aku hanya bekerja keras."

"Tidak ada yang bisa mengimbangimu, Rol. Nilai-nilaimu sangat sempurna. Aku yakin masa depanmu sudah ditentukan."

Erol gelagapan, mengibas-ngibaskan tangan. "A-ada kok. Coba lihat Tobi. Nilainya beda tipis dariku lho," ucapnya sambil menunjukku.

"Tobi memang pintar, tapi kau sepenuhnya mengendalikan nilaimu, Rol!" Teman-teman sekelas memandang Erol dengan tatapan memuja.

"Sudah tampan, baik, bijak, pintar, jago berkelahi. Astaga, Erol idaman semua wanita!"

"Kalian berlebihan."

Aku keluar dari kelas yang ramai sarat akan kekaguman. Tanganku meremas nilai rapor, membuangnya ke tong sampah. Mengeluarkan headset, aku pun meninggalkan kelas.

Sebenarnya aku tidak menyalakan musik. Hanya saja telingaku pekak mendengar huru-hara semua teman sekelas. Bahkan sampai menarik perhatian murid-murid dari kelas lain.

"Wah, Erol juara satu lagi? Dia genius."

"Iya, ya. Bagaimana dia bisa menempati posisi pertama lima kali berturut-turut? Brilian! Anaknya ganteng, elok dalam bicara, ramah. Perfecto! Pantas seantero sekolah kenal dia."

Aku melewati mereka. Jalan lurus. Tak boleh terlambat. Hari ini ada event besar. Kapten bisa memarahiku.

"Ng?" Salah satu dari mereka memungut kartu pinjaman buku terjatuh di lantai. "Permisi Tobi, kamu menjatuhkan ini..." Matanya terbelalak demi melihat daftar buku di kertas tersebut.

Aku menoleh, meraba-raba tas—ternyata resletingnya terbuka. "Terima kasih Kak," ucapku membungkuk, melanjutkan langkah yang terhenti.

Saat punggungku menjauh, mereka berdua berbisik-bisik. "Apa-apaan dia? Kau lihat kan tulisan di kartu?"

"I-iya, aku sempat melihatnya."

"Dia meminjam buku pelajaran untuk kelas tiga, padahal baru kelas dua. Apa yang dia pikirkan? Selain itu, dia juga meminjam 10 buku pengetahuan lainnya. Dia pasti kutu buku."

Namaku Tobi, dan aku tidak pernah dianggap. Kehadiranku tertimbun oleh seseorang yang terkenal di kelas. Ini kisahku mencoba mendapatkan perhatian dari teman-temanku. []

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro