chapter 1

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

"Fuh, selesai juga."

Aku sengaja datang pagi-pagi supaya bisa membersihkan kelas. Tidak sia-sia aku memasang dua alarm. Kelas bersih kinclong olehku. Hati ini berseri-seri.

"Kau datang lebih awal lagi, huh?" celetuk seseorang menggeser pintu kelas. "Aduh, Tobi, bukan kau yang piket hari ini. Kenapa rela melakukan hal merepotkan?"

Aku mendengus jengkel. "Kelasmu tidak di sini lagi. Ngapain bertandang, heh?"

"Ck, aku bertanya A kau jawab B. Khas banget."

"Terserah aku mau ngapain. Aku hanya... terbiasa bersih-bersih," kataku mengarang balasan.

"Tobi, berhentilah bersikap menyedihkan."

"Aku tidak menyedihkan, Sanju. Ini tugasku sebagai anggota kelas, membantu sesama rekannya. Kenapa kau overthinking padaku?"

"Kau selalu melakukan hal-hal seperti ini, kan? Menggantikan yang piket dengan dalih sudah terbiasa, apa kau budak kelas? Mereka bahkan tidak memuji perbuatanmu. Mereka hanya mengidolakan Erol."

Aku tahu itu. Aku sangat tahu itu. Aku melakukan segala hal demi mendapat perhatian teman-teman sekelas, namun lagi-lagi Erol dan Erol. Aku mau dianggap sebagai teman, bukan hanya sekadar sesama anggota kelas. Kenapa sangat susah?

Sanju menepuk bahuku. "Mulailah menjaga kesehatan tubuh. Jangan repot-repot melakukan hal begini lagi."

Dan Sanju pun pergi. Sebenarnya dulu Sanju adalah anak di kelasku. Orangtuanya memohon memindahkan Sanju ke kelas lain saking parahnya kelasku ini. Aku rasa Sanju membenci seluruh penghuni kelas.

"Ah, aku terselamatkan!"

Aku menoleh, menyapa ramah. "Pagi, Tani."

Dia terengah di depanku. "Terima kasih, Tobi. Berkatmu aku selamat dari amukan guru. Aku belum mengerjakan PR."

Aku segera mengaduk-aduk isi tas. "Kau bisa menyalin tugas—" Kalimatku menguap. Wajah senangku dipuji menghilang seperkian detik.

Tani duduk di kursinya, menyalakan layar hape. "Di saat seperti ini hanya Erol yang bisa membantuku. Ukh, semoga dia mau memberi contekan."

Aku tersenyum miris. Ah, benar juga. Mana ada yang mau percaya PR buatan murid di bawah peringkat satu. Dunia sangat kejam. Beberapa detik aku terbang ke langit, detik berikutnya aku langsung dijatuhkan ke daratan.

Apa sesusah itu mendapat perhatian?

-

"Kyaaa, itu Kak Erol! Astaga, dia kalau pakai baju dobok kerennya nambah!"

Erol memang mengikuti kegiatan klub taekwondo di sekolah. Awalnya dia berada di klub mading, namun karena suatu insiden, Erol pun memutuskan belajar berkelahi.

"Aku heran kenapa mereka berkerumun mengikutiku," gumam Erol menerima sodoran handuk. "Dipikir aku artis apa."

"Hahaha! Mereka itu ngefans denganmu, Rol. Sama seperti teman-teman. Sama sepertiku."

"Kurasa aku tidak pantas untuk digemari."

"Siapa bilang, heh? Tampan, iya. Rajin, iya. Pintar, iya. Bijak, iya. Jangan merendah dong!"

"Kau terlalu berlebihan, Yume."

Yume tertawa renyah, tersentak teringat sesuatu. "Benar juga! Apa kau sudah menandatangani proposal ke Museum Feat?"

"Ah, aku lupa soal perjalanan itu. Kapan terakhir suratnya dikumpulkan?"

"Lusa."

Aku melihat Erol dan Yume dari luar ruangan. Memotong pembicaraan bukanlah hobiku, apalagi ada Yume, tapi aku harus menyerahkan surat izin pada Erol selagi dia ada di sini.

Ayo buang gengsi. Aku mengangguk kepala, melangkah masuk ke ruangan. Samsak demi samsak bergelayut di langit-langit. Aku seperti dikepung "raksasa" sebab tubuhku kecil.

"Hai Tobi," sapa Erol teduh, "Apa yang membuatmu datang kemari?"

Tanpa beradu kontak dengan Yume, segera kuserahkan surat izinku. "Aku hanya ingin memberikan ini. Permisi dulu," ucapku langsung pergi begitu Erol memegangnya.

"Tunggu dulu, Tobi! Ah, dia pergi."

Aku mengembuskan napas panjang. Sumpah demi apa, aku menahan napas! Untung saja aku berhasil menjaga ekspresiku. Kalau tidak, Yume bisa canggung.

Mantan sahabatku...

Aku mengatupkan rahang. Yosh, tidak ada air mata lagi, Tobi! Yang memutuskan berpisah kan Yume bukan aku. Kami tidak punya hubungan apa pun sekarang. Mari bersikap santai.

Drrt! Waduh. Rupanya pesan dari bos tempat kerja paruh waktuku. Kuharap beliau tidak memberi tugas yang berat.

"Kau dapat tugas. Klienmu seorang ketua mafia yang ingin pindah rumah sakit." []

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro