chapter 14

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Clandestine menatap datar layar komputer. Semua panggilannya di-reject.

[Bagaimana ini, Kapten? Tobi tidak menjawab. Liga Guild akan dimulai sepuluh menit lagi.] -Mangto

[Aish, sial. Padahal dia sudah berjanji akan ikut main malam ini. Tak biasa-biasanya Tobi ingkar janji. Dia bukan tipe 'gitu.] -Northa

[Delapan menit tersisa menuju pertandingan. Apa yang harus kita lakukan, Kap?] -Castle

Clandestine mendesah pendek. "Aku akan mengambil alih. Kita perlu mengulur waktu sebanyak mungkin sampai Tobi online."

[Eh, kau serius Kapten? Tidak bijak memainkan peran ganda. Alur permainan bisa berantakan. Formasi tidak sejalan.]

"Jangan mengeluh. Apa kita memiliki EOD selain Tobi? Kita tak punya pilihan selain bertahan. Aku akan menjaga lokasi bom. Kalian support dari jauh. Jangan biarkan musuh memasang peledaknya. Mengerti?"

[Siap, Kapten.] Marmoris menjawab.

Clandestine melepaskan speaker-nya, bermonolog tanpa takut didengar. Spektrum suaranya yang bariton berubah drastis. "Kuharap kau punya alasan bagus untuk ini, Tobi. Aku berharap banyak padamu."

-

"Kalau Erol serius, dia pasti bisa menemukan si bungsu yang hilang itu. Erol kan genius."

Erol diam saja, ragu menjawab.

"Apa-apaan sih mereka? Padahal aku tak mengejek sama sekali." Sanju tak habis pikir akan tindakan kumpulan mantan teman sekelasnya itu.

Aku tidak peduli lagi masalah di sini. Entah si Eliza itu ketemu atau tidak, bukan urusanku. Pokoknya aku harus kembali ke kamar.

"Tapi sepintar apa pun Erol, dia tak bisa mengalahkan Watson Dan dari Klub Detektif Madoka," lontar Yume tiba-tiba.

Teman-teman hening, saling tatap, cengengesan canggung. "Y-yah, kalau Watson itu sudah berada di tingkatan berbeda. Kita mah bisa apa."

"Aku penggemarnya lho. Dia tipeku banget."

"Aku menyukai bendaharanya. Hellen Stern kan namanya? Dia manis-manis 'gitu."

"Aku sih suka Aiden Eldwers! Dia seperti seorang putri! Rambut pirang layaknya Rapunzel~"

"Eh, eh, Jeremy Bari lumayan juga lho."

Dan mereka pun asyik membicarakan Klub Detektif Madoka, melupakan percakapan sensitif barusan.

Aku menatap Yume yang mengekori Erol. Apa dia sengaja melakukannya? Aku mengernyit tak senang. Apa Yume mengasihaniku? Menyebalkan.

Lupakan itu. Aku menoleh ke Sanju, menatap sebal. "Oi, kau serius?"

Sanju mengangguk mantap.

"Kau jangan bercanda deh, San. Lagi pula aku bukan detektif." Aku mencak-mencak tidak terima. Mana mungkin aku bisa mencari seseorang yang tidak jelas asal-usulnya, yang bahkan aku sendiri tidak tahu rupanya, ciri-cirinya, tak pernah bertemu sekali pun, diculik mendadak. Bagaimana cara aku menemukannya? Kota ini luas. Si pelaku bisa saja membawanya berpindah-pindah ke sana-sini.

"Leh, siapa bilang kau detektif? Memangnya harus jadi detektif ya mencari seseorang?"

Aku mencoba sabar. "Baiklah, baiklah. Aku salah kata. Pokoknya katakan pada kakak itu bahwa aku tak bisa membantunya. Salahmu tidak berkompromi dulu padaku."
 
Sanju memutar bola mata. "Aku tahu sekali sifatmu, Tobi. Kau bisa menemukan apa saja jika kau punya niat untuk melakukannya. Kalau kau mau memikirkan masalah ini dengan serius, aku yakin kau pasti bisa."

Aku bersungut-sungut. "Pandai bicara kau."

Sanjy mengabaikan keluhanku. Toh, meski bersikeras menolak, aku nanti-nantinya akan ikut. Dia menatap kakak cowok di depannya. "Bisa kami lihat fotonya? Err, Kak Darvan, kan?"

Kak Darvan tersenyum penuh arti. "Iya, benar. Terima kasih banyak mau membantu. Tapi temanmu sepertinya terlihat tidak mau. Apa yang kalian bicarakan, hm?"

Sanju mengibaskan tangan santai. "Abaikan saja sifatnya, Kak. Walau banyak mengeluh, diam-diam bae, dia berbakat kok. Kakak jangan khawatir! Dia tidak melakukannya secara terpaksa. Oh ya, kami belum memperkenalkan diri. Namaku Sanju. Lalu temanku itu Tobi."

Aku mendesah. Sanju tak bisa dihentikan. []

    
    

   

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro