chapter 17

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

"Ada satu kucing di luar, Pak. Aku menemukan dia bersembunyi di semak-semak," ucap pria berotot itu mendorongku ke depan bos dari pembajakan hotel.

"TOBI!" Sanju berseru panik.

"I'm fine." Aku mengusap-usap lengan. Tarikan orang itu lumayan juga. Tidak bisakah lembut sedikit, ck. Dasar orang dewasa kasar.

"Ikat dia dan satukan ke tawanan."

Lagi-lagi aku didorong setelah kedua tanganku diikat. Mana di sebelahku Yume lagi. Aduh. Kenapa pria berotot sialan itu mendorongku di dekat Yume?!

"Apa kau baik-baik saja?" tanya Yume. Ada denting kekhawatiran di intonasi suaranya.

Dia mengkhawatirkanku? Aku menggelengkan kepala. Heh! Apa-apaan pemikiranmu barusan, Tob?! Dia hanya melakukan formalitas.

"Iya. Apa yang terjadi?" tanyaku berbasa-basi busuk. Dia formalitas aku juga bisa.

"Entahlah. Setelah Eliza Amore ditemukan, tiba-tiba orang-orang berjas hitam itu muncul di mana-mana. Kak Anrod berusaha membalas dendam pada Kak Darvan."

"Kak Anrod?" Aku mengulangi.

Yume mengangguk. "Teman Kak Darvan. Dalang dari semua insiden ini."

Lantas, apa hubungannya Anona Guri dengan semua kekacauan ini?! Jelas-jelas semuanya berpusat pada keluarga Amore. Kenapa Anona meminta bantuan Guardiola?! Ya Tuhan, kepalaku pusing banget.

"Jangan khawatir." Aku menatap ke depan. Kulihat Anona berbisik-bisik dengan seorang lelaki. "Kau tahu Guardiola, kan? Salah satu agennya akan datang menyelamatkan kita."

"Siapa laki-laki di samping Anona?" gumamku tak sengaja keceplosan.

"Dia si anak tengah. Marc Dumein Amore." Yume tak keberatan menjawab. "Eh, kau kenal gadis itu?"

"Ah, yeah..." Aku gelagapan. Hayo mau jawab apa. Aku menelan ludah. Karang alasan! "Aku pernah berpapasan dengannya beberapa kali sampai ingat namanya."

Baiklah, aku paham sekarang. Jadi itu alasan mengapa Bos bilang klise. Anona pasti menyukai laki-laki bernama Marc itu sampai-sampai memohon pada ayahnya menyewa agen dari musuh perusahaan. Kampret. Harusnya kutolak permintaannya. Kenapa aku harus melindungi klien bucin. Tak ada dalam kamusku. Aku menggerutu dalam hati. Yume menatapku heran karena goyang-goyang kayak ulat.

"Darvan, Darvan. Kau pikir aku sudah melupakan masalah kita lalu membiarkan hidupmu senang begitu saja?" Anrod tepuk tangan. "Dasar pria naif. Kau akan mati di tanganku malam ini juga."

"Aku tak peduli kau mau membunuhku atau tidak, namun tolong, jangan libatkan keluargaku. Mereka bukan bagian dari permasalahan kita."

"Keluarga? Ah, maksudmu tunanganmu?" Anrod menatap si Anak Sulung alias Rianna. Wanita itu tengah memeluk Eliza. "Hmm, tak seru kalau kau tidak punya motivasi. Apa kau akan semangat kalau kubunuh mereka?" Anrod menjambak rambut Rianna, menyeretnya ke dinding. "Berikan aku rantai!"

"JANGAN SENTUH DIA, BRENGSEK!"

"Nah, begitu dong! Semangat! Ini takkan seru jika kau mengalah begitu saja." Anrod tertawa lebar. Rianna tidak berdaya melawan kekuatan cengkeramannya.

"Kakak ...." Eliza hanya bisa bersandar lemas.

Anona menahan tangan Marc yang nyaris nekat melompat ke Anrod, menggeleng. "Tidak. Jangan. Kau bisa terluka ...."

"Tapi aku tak bisa membiarkan kakakku disentuh lelaki mesum itu!"

"Kita harus menunggu."

Menunggu katamu? Tidak mau. Tidak akan. Kau mau aku melindungimu di depan teman-teman sekelasku?! Itu sama saja buka kartu! Bos bisa memecatku kalau identitasku sebagai pengawal ketahuan. Aku bisa kehilangan pekerjaanku. Yah, walau aku tidak terlalu menyukai profesi ini.

Tubuh Rianna sudah tergantung. Anrod terkekeh miring, memegang pisau. "Ini menyenangkan, Darvan. Para tamu hotel akan melihat tubuh tunanganmu yang terekspos."

"Tunggu, apa...? APA YANG MAU KAU LAKUKAN BRENGSEK?!"

Sebelum Anrod memulai aksinya, sebuah botol melayang ke kepalanya. Aku dan Yume menoleh. Tunggu, sejak kapan ikatannya terlepas? Dan Astaga?! Apa yang kau lakukan, Erol?! []







Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro