chapter 7

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Seperti biasa, aku menumpang di mobil Sanju. Besok-besok kalau aku sudah punya uang, surat izin mengemudi dan mobil, aku takkan merepotkan keluarga Sanju lagi.

Aku menutup bagasi mobil, mendongak. Langit terlihat mendung, tapi aku tidak perlu khawatir. Ramalan mengatakan hari ini cerah berawan pada pukul sembilan nanti. Cuaca yang pas untuk proses pelandasan.

"Nak Tobi, kamu sudah selesai?"

"Sudah, Tante!" sahutku mengacungkan jempol.

"Kalau begitu segera naik ke atas mobil. Kita akan berangkat." Beliau berseru.

Aku berpapasan dengan Sanju, refleks buang muka. Kami bertengkar? Tidak, lebih tepatnya aku malu. Soal tadi malam aku tidak menjawab apa-apa atau memberi balasan, membiarkan Sanju pulang dalam diam.

Kalau kuindahkan, perjalanan darmawisata ini akan berujung canggung tak berkesudahan. Biarkan waktu memperbaiki jarak yang tak sengaja terbuat.

"Sanju, sudah masukkin semua barang? Tidak ada yang ketinggalan, kan? Ayah tidak mau bolak-balik lho."

"Sudah, Yah." Sanju terkekeh.

Beliau mengangguk, memasang gigi satu. Mobil meluncur pelan ke jalan raya, bergabung dengan kendaraan lain.

"Di dalam pesawat nanti dengarkan intruksi dari pramugari. Ikuti juga perintah gurumu. Jangan nakal. Paham?" pesan Ibu Sanju serius.

Sanju merungut. "Ibu, ini bukan kali pertamanya Sanju naik pesawat."

"Sudahlah, dengarkan saja perkataan Ibu. Kamu memang sering naik pesawat, namun ada ada Ibu sama Ayah di sampingmu." Kini beliau menoleh kepadaku. "Nak Tobi, tolong jaga Sanju baik-baik selama di sana, ya. Jangan biarkan dia kelayapan."

"Iya, Tante." Aku menjawab singkat.

Ponselku bergetar. Aku merogoh saku, menatap datar pesan-pesan dari grup kelas dan semuanya mentag Erol dan Yume.

Erol, kau bawa apa saja? Pasti bawa buku nih. Selalu mengisi pengetahuan di mana saja, hihi.

Apa kau membawa banyak cemilan, Rol? Bagi-bagi nanti lho ya!

Eh, aku mau duduk sama Erol dong.

Bicara apa kau? Erol tentu saja duduk bersama pacarnya, Yume. Oops! Maksudku temannya. Hehehe.

Aku mematikan ponsel. Ah, aku baru ingat jadwal penerbangan pukul setengah sepuluh. Nanti main seronde sama Northa ah.

Ayah Sanju menginjak rem. Mobil berhenti di bandara. Murid-murid rombongan pariwisata sudah berbaris rapi di halaman, memakai baju bebas. Masing-masing dari mereka membawa koper dan beberapa tas jenjeng lainnya.

Ternyata aku sampai berbarengan dengan Erol dan Yume. Aku terdiam. Tadinya tidak ada yang menyambut antusias kedatanganku, teman-teman lain asyik selfie dan memperbarui status, namun mereka semua segera mengerubungi mobil Erol.

Sanju tersenyum. "Tidak usah dipikirkan."

Aku mengangguk, turun dari mobil, beralih membantu Ayah Sanju mengeluarkan koper. Sedangkan istrinya bercakap-cakap dengan Buk Lami dan Pak Dabi, para pemandu acara serta wali kelas kami berdua.

"Makasih, Yah." Sanju menarik handle koper, kemudian melesat ke barisan kelasnya.

"Nikmati perjalanannya!"

"Tentu! Aku akan membeli oleh-oleh untuk Ibu dan Ayah. Tenang saja."

Sebelum aku menggeret koper, beliau meraih bahuku, menatapku tajam. "Jika terjadi sesuatu, aku ingin kamu memprioritaskan Sanju. Lindungilah dia."

"Aku mengerti, Om. Serahkan padaku." Melindungi adalah pekerjaan rahasiaku.

Terakhir aku berpamitan sama Ibunya Sanju setelah beliau selesai berbincang dengan para pemandu. Sesuai ramalan cuaca, langit mendung hilang. Awan putih memberi ruang untuk matahari agar menyinari permukaan.

Suara lantang panggilan menaiki pesawat terdengar di langit-langit bandara. Aku mengangguk mantap.

Buk Lami menyuruh kami berbaris. Kami segera berbaris menuju garbarata. Bisa kulihat pintu pesawat mengular ke bawah membuat kami bertambah antusias.

Sesuai perkataan teman sekelas, Erol dan Yume duduk sebangku. Anak-anak lain ber-wah sambil cekikikan.

Aku menepuk pipi. Tidak usah dipikirkan.

"Anu..." Seorang perempuan berponi tebal berdiri di samping bangkuku. "Bo-bolehkah aku duduk di sini?"

"Silakan," kataku sopan.

Sampai sepuluh menit kemudian, setelah memastikan semuanya masuk, pramugari pun menutup pintu pesawat.

Pesawat yang kami tumpangi lepas landas. []


Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro