chapter 9

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

"Panasnya." Yume sudah banjir oleh keringat, tak berhenti mengipasi wajah. Pemandangan lautan tak menarik lagi bagi teman-teman.

Erol mengembuskan napas, sedikit bersimpati. "Anu, Buk, bagaimana kalau kita langsung ke hotel saja? Cuacanya terlalu terik."

Buk Lami berkacak pinggang. "Tadi Ibu juga sudah bilang ke hotel dahulu. Kalian lah yang tancap gas ke pantai," katanya menggelengkan kepala.  "Ayo, anak-anak. Tempat penginapan kita tidak jauh dari sini. Jangan sampai ada yang tercecer dari rombongan."

Teman-teman berseru serempak. "Ya!"

Lima belas menit berlalu semenjak rombongan darmawisata berjalan ke arah barat. Aku mengeluh dalam hati. Bukankah Buk Lami bilang penginapan kami tidak jauh? Lantas kenapa aku masih belum melihat bangunan hotel beberapa kilometer ke depan? Jangan-jangan Buk Lami salah arah lagi.

"Sebenarnya jarak punya sifat yang sama dengan waktu," celetuk Erol kipas-kipas kepala.

"Eh? Tidak mungkin. Jelas sekali absolut."

"Kita ambil contoh, kukang misalnya. Hewan yang gerakannya amat lamban. Coba kalian perhatikan dan amati hewan itu. Lama-lama kalian pasti bosan melihatnya dan bertanya-tanya kenapa ia bergerak begitu lamban. Lalu ketika kalian mulai melupakannya, sibuk beraktivitas, wow! Kukang yang tadinya di dahan pohon sudah berada di ujung ranting pohon! Ia berpindah ke ujung pohon tanpa di sadar." Erol kembali mengoceh.

Yume menatap bingung. Erol sedang membicarakan apa? Kenapa topiknya berbelok jauh?

Aku melirik lewat ujung mata. Apa dia membicarakan konsep relaktivitas jarak?

Untunglah. Sebelum Erol mulai mengerocos lagi, sebuah gedung besar gagah dengan banyak jendela terlihat dari kejauhan. Akhirnya sampai juga. Buk Lami memberi intruksi. Kami mempercepat langkah. Hotel itu megah sekali. Tingginya sekitar, aku tidak tahu persis, sekitar tiga puluh langkah kaki mungkin.

Thavilia Hotel. Itulah namanya.

Beberapa karyawan hotel menyambut kami dengan hangat, minta maaf kalau mereka tidak bisa menjemput karena transportasi mereka rusak. Oh, pantas saja. Biasanya jika tamu hotel berupa pelajar atau tamu turis dalam jumlah banyak, mereka menyediakan jasa antar-jemput. Para karyawan itu masih kelihatan bujang rata-rata. Mereka kakak-kakak yang tampan. Owh, bahasa macam apa ini. Mereka berdelapan, cekatan membantu membawakan koper-koper kami ke lobi hotel.

Sebelumnya Buk Lami sudah membooking atau reserve kamar sebanyak dua puluh satu. Satu kamar berisi dua-tiga murid, sisanya nanti untuk sopir bus dan Buk Lami sendiri. Tanpa basa-basi, Buk Lami segera membagi kami. Teman sekamar.

Dari duabelas laki-laki di kelas, kenapa aku dipasangkan dengan Erol?! Buk Lami tidak adil!

Erol cengengesan mendekatiku. "Kita sekamar, bro. Mari kita lanjutkan pertarungan kita tadi. Aku menyukai cara bertahanmu, Tobi. Pasti ada yang ngajarin nih. Kasih tips dong."
      
Sialan! Sialan! Sialan! Mana mau aku seruangan dengan orang sepertinya?! Andai kau tahu, aku sangat super tidak nyaman denganmu!

Terlebih, aku punya janji sama Northa. Lalu menambal kesalahanku tidak ikut Liga Guild kemarin. Kapten bisa batal mempromosikanku. Terlebih terlebih, nama akunku belum kuubah! Juga, aku kan harus menyelinap pergi demi memantau alamat klienku. Aduh! Kenapa semuanya bisa terjadi bersamaan 'gini sih?!

"Eh, hei, Tobi!" Erol mengernyit. "Kenapa kau tampak gelisah?"

Memutuskan tidak berkutik, aku bersiap-siap gas ke kamar. Kutarik koperku lantas meninggalkan rombongan. Hatiku masih senantiasa mengumpat.




Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro