Ending Scene | 03

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

"Oh, Direktur Kang?" Soo Hyun menutup kertas kasus yang baru saja dipelajari. Agak tidak disangka-sangka Lee Kang In akan mengunjungi firma hukumnya.

Tanpa menunggu perintah, Kang In duduk di kursi hadapan Soo Hyun, terhalang meja panjang kerja laki-laki berkarisma itu.

"Hei, lihat wajahmu," kata Kang In, tertawa kecil sesaat. "Kau membuatku kecewa. Semestinya kau menyambutku dengan wajah... em, apa, ya. Semringah?"

"Semringah? Kau pikir kau ini wanitaku?"

Lantas Kang In tertawa, benar-benar tertawa keras sehingga menular kepada Soo Hyun.

"Ayolah, ini masih pagi, aku tidak mau sakit perut karena leluconmu." Kang In bicara dalam celah tawa.

"Aih, sudah-sudah," sela Soo Hyun, menghentikan tawanya yang tidak beraturan. "Aku senang kau datang. Hanya, ada apa? Tidak mungkin kau jauh-jauh mendatangiku tanpa alasan, 'kan? Apa ada masalah?"

Kang In menggelengkan kepala beberapa kali, mulutnya meniru suara cecak. "Memang apa salahnya, aku mengunjungi pemilik perusahaan tempatku bekerja? Mungkin satu masalahku, aku merindukanmu."

"Aw, aku terharu." Soo Hyun meringis. Seolah kena tembakan tepat pada jantung, tangan kanannya memegang dada.

"Menjijikan."

Ruang yang sejuk karena angin musim dingin menembus melalui jendela, menjadi hangat akibat interaksi dua orang di dalamnya. Lee Kang In tahu cara mencairkan kebekuan pikiran sebab pekerjaan. Kang In sahabat yang baik, bagi Kim Soo Hyun.

"Kalau begitu, aku pamit, ya. Maaf telah mengganggu pekerjaan pengacara yang sangat sibuk." Kang In melontarkan jenaka sindiran, beranjak bersamaan Soo Hyun yang ikut berdiri.

"Hm. Hati-hati di jalan." Kalimat terakhir Soo Hyun yang melepas Kang In berbalik—keluar dari ruangan.

Rasanya pintu baru ditutup dari luar, kemudian sudah dibuka lagi, Soo Hyun juga baru dua detik duduk kembali di kursinya. Bahkan tanpa ada ketukan. Jika itu sekretaris Ahn, Soo Hyun sudah siap melontarkan teguran.

"HALO SAYANG!"

Tapi itu bukan sekretarisnya.

Soo Hyun menelan kembali kata-kata teguran yang akan keluar.

Perempuan bergaun merah yang panjangnya di atas lutut berjalan lekak-lekuk, memamerkan tubuh indah.

"Coba kendalikan suaramu biar sedikit lebih pelan. Kau seperti putri sulungku jika berteriak, aku sering menasihati dia." Soo Hyun memerhatikan perempuan yang sekarang berada di sisi meja, duduk di atasnya sehingga gaun merah tersingkap, paha terekspos sempurna.

Soo Hyun memang tidak jadi menegur sekretarisnya, namun tingkah Suji memang butuh asupan teguran biar mengerti.

"Hanya Naran yang mempan dengan nasihat membosankanmu, benar?" Suji meledek, Soo Hyun tahu. "Kau sedang bekerja?"

"Pertanyaan basi."

Suji cemberut. "Sekali-sekali bersikap baiklah pada saudaramu sendiri. Aku sepupumu, tahu! Ish!"

Bukan hanya suaranya yang meninggi, sebelah tangan Suji juga meninju lengan Soo Hyun sehingga laki-laki itu beralih dari kertas pekerjaannya, menatap Suji bosan.

"Kalau begitu sopanlah pada saudara yang lebih tua, jangan berisik, jangan main pukul. Telinga dan tubuhku selalu sakit jika bertemu denganmu, sungguh."

"Kakak Sepupu jahat!"

Soo Hyun baru merasa puas telah membuat saudaranya kesal. "Kekanakan. Ada apa ke sini?"

"Apa kau selalu mempertanyakan kedatangan seseorang?"

"Tentu. Kecuali Lee Jieun-ku, aku tidak akan bertanya karena—"

"Karena pasti kau yang menyuruhnya menjumpaimu, andai dia berada di sini," tukas Suji.

"Tepat!"

Wajah Soo Hyun merona menggelikan—bagi Suji yang melihat.

Ruang kerja Soo Hyun sekali lagi menghangat. Kali ini terselip gaduh ramai hanya karena Suji yang terus mengganggu Kim Soo Hyun.

"Hei, sayang. Omong-omong tentang istrimu, kau tidak cemburu sedikit pun? Aku melihatnya bersama laki-laki lain lho kemarin."

Kalimat itu juga untuk mengganggu Kim, Suji sangat suka menggoda sepupunya, meski hasilnya tidak begitu baik.

"Temannya."

Dengar? Itu yang Suji sebut hasil yang tidak baik. Soo Hyun selalu tidak bisa digoda dengan hal-hal semacam ini.

"Kau tidak curiga?"

"Aku hanya akan cemburu, tapi tidak curiga. Lagipula, Jieun sudah minta izin padaku kemarin. Bae Suji, berhentilah mengurusiku atau Jieun. Cari pacar sana, lalu menikah, jadinya kau tidak terus-menerus sibuk mengurusiku."

"Kalau begitu carikan aku pacar," tandas Suji, merengek manja yang kemudian mengayunkan telapak tangan Soo Hyun beberapa kali. Persis sekali caranya jika anak kembar Soo Hyun sedang merengek minta belikan mainan.

"Pertama, ubah dulu cara berpakaianmu yang terlewat batas ini. Kedua, berhenti memanggilku sayang, selain aku risih, aku tidak mau ada kesalahpahaman, ketiga, jangan manja."

"Kasar. Kau benar-benar." Suji melepas keras tangan Kim Soo Hyun, sehingga jatuh terbentur meja. "Memang apa salahnya menggunakan pakaian begini? Pakaianku ini disukai banyak pria. Terus kenapa kalau aku memanggilmu sayang? Aku memang menyayangimu, peduli amat sama pendapat orang lain? Memangnya panggilan sayang hanya untuk pasangan? Manja? Aku hanya manja padamu!"

Soo Hyun menarik napas dalam, untuk segera mengeluarkan nasihat-nasihat yang akan Suji anggap membosankan sebentar lagi.

"Iya, pakaianmu memang disukai banyak pria. Pria hidung belang. Kau mau disukai pria bajingan? Aku ingin kau mendapatkan pria baik-baik, Bae. Kalau dua soal tentang panggilan sayang, dan kau yang manja, baiklah, aku terima. Tapi pakaianmu tetap... ganti gayamu, oke?"

"Setelah itu kau akan membantuku mencari pacar?" Suji mulai mencair; keras kepalanya itu. Meski nasihat Soo Hyun membosankan, nyatanya memang bisa memengaruhi orang yang mendengar.

"Aku tidak punya stok pria, jangan harap."

"Jadi stok wanita banyak? Wah, akan aku adukan pada Jieun eonni."

"Sembarangan. Sudah sana, enyah dari ruanganku. Kerjaanku tidak akan selesai jika kau terus di sini, sebentar lagi klienku datang."

"Pengusiran yang mengesankan." Suji beranjak dari meja, dan segera berjalan ke arah luar. "Aku akan mencari pacar sendiri, lihat saja!"

Soo Hyun hanya menatap pintu prihatin setelah Suji menutupnya keras-keras. Pintu yang malang. Entah apa yang ada dalam pikiran pekerja lain di luar menyaksikan Suji begitu barbar.

"Aku penasaran mengidam apa ibunya saat hamil, sampai bentuk Suji seperti itu," gumam Soo Hyun, kembali pada pekerjaannya—memaksa diri untuk fokus, setelah kedatangan dua sosok yang tidak terduga.


.
.
.




Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro