D e l a p a n

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

8. Cape

______

"Terus lo maunya apa? Kita putus?"

Beby diam. Gadis itu menatap Rios tak percaya.

"Lo mau putus?" Beby menatap Rios kesal.

Gadis itu mendorong bahu kekasihnya itu dengan gemas. "Jahat banget sih!"

Rios menghela napasnya. Cowok itu memilih menarik Beby untuk naik ke atas motornya.

Di perjalanan, Beby menyandarkan kepalanya pada punggung Rios. Tidak, Beby tak seharusnya berpikiran begitu.

Mana mungkin Rios tega menyakitinya, bukan?

"Yos, gak futsal?" tanya Beby.

Rios melirik Beby lewat kaca spion sekilas. "Futsal," jawabnya.

"Gak akan telat emang nganterin gue pulang dulu?" tanya Beby lagi.

Rios meraih sebelah tangan gadis itu mengelusnya pelan, kemudian menggeleng. "Daripada lo ngamuk-ngamuk kaya tadi."

"Ih, kan gue cuman jaga-jaga. Lagian gue percaya kok lo gak akan selingkuh," ujar Beby.

Rios diam, cowok elusannya pada lengan Beby perlahan terhenti. Beby terlalu percaya padanya.

Tapi bodohnya, ia sendiri yang menghancurkan kepercayaan Beby.

"Lo kan jelek, galak, apa-apa ngegas. Mana ada cewek yang mau sama lo selain gue?" ujar Beby seraya tertawa.

Rios ikut tersenyum. Melihat Beby tertawa begitu, hatinya selalu menghangat.

Tapi … apa Rios akan menjadi alasan tawa itu hadir jika Beby mengetahui perselingkuhannya nanti?

"Enak aja, gue ganteng. Lo tuh, udah jelek, bogel, tukang makan lagi. Mana pipi lo isinya lemak semua," sahut Rios.

Beby memukul bahu lelaki itu kesal, "Oh, Rios gitu ya sekarang?"

"Gak denger!" teriak Rios.

Rios melirik Beby lewat kaca spionnya lagi. Cowok itu tersenyum, "Pegangan, By."

Rios langsung menancap gas motornya di atas kecepatan rata-rata. Beby refleks melingkarkan kedua tangannya pada pinggang cowok itu.

Keduanya tertawa melewati jalanan.

Semoga ini bukan akhir kisah cinta mereka. Rios belum rela jika harus kehilangan tawa itu.

Motornya berhenti tepat di depan rumah Beby. Beby turun, gadis itu maju selangkah mendekati Rios. "Benerin."

Rios berdecak kesal. Namun, tangannya langsung merapikan rambut gadis itu.

Gadis kecil manja, yang sampai saat ini masih menjadi miliknya.

Tangan Rios turun menangkup pipi Beby dengan satu tangannya. Jempolnya mengusap bibir Beby yang kini sudah terbentuk seperti ikan. "Ini pipi atau apaan? Gemes banget," ujar Rios.

Beby mengigit jempol Rios dengan kesal. Cowok itu memekik kemudian menjauhkan tangannya. "Sakit, bar-bar banget sih!" kesal Rios.

"Gue tau gue gemesin. Gak usah berlebihan, beruntung kan lo bisa jadi pacar gue?" ujar Beby bangga.

Rios diam mendengar ucapan Beby. Cowok itu tersenyum tipis, meletakan telapak tangannya pada rahang Beby, kemudian mencium kening gadis itu lembut. "Gue beruntung banget," bisik Rios pelan.

Wajah Beby memanas. Gadis itu menepis tangan Rios. "Ih! Rios, gue malu. Tau ah, kesel!" Beby langsung berlari memasuki gerbang rumahnya.

Namun, tak lama gadis itu kembali. "Pulang futsal beli martabak, ya? Kejunya yang banyak. Gue tunggu, dadah! Semangat latihannya!"

Beby meraih tangan Rios kemudian mencium punggung tangannya. Setelahnya, ia kembali berlari masuk.

Rios tersenyum. "Rasanya lebih deg-degan dari ciuman Regita tadi."

***

Rios mengusap keringatnya. Cowok itu duduk di tepi lapang seraya meminum air putih kemasan.

Tangannya terulur mengambil ponselnya di tas. Dengan keringat yang masih mengucur di dahinya, Rios membuka aplikasi kamera.

Beby selalu suka ketika Rios mengirim foto dirinya jika sedang begini.

Saat akan mengirimnya pada Beby, satu panggilan masuk mengagalkan rencananya.

Rios mengangkatnya, "Hallo."

"Ke mana aja, sih? Kenapa gak ngabarin? Lagi sibuk sama Beby?"

Beby saja tidak seposesif ini padanya. Rios menghela napas pelan, "Baru selesai latihan. Ini bentar lagi pulang," kata Rios.

"Gak akan mampir ke rumah Beby kan? Yos, katan—"

"Iya, nggak. Lo mau apa? Gue beliin sekalian pulang," ujar Rios.

"Lo mau mampir? Apa aja deh, terserah."

"Ya udah, tutup ya? Gue mau otw sekarang."

Rios memutus sambungannya. Cowok itu menghapus fotonya sendiri yang hendak ia kirimkan pada Beby.

Ia harus menjaga perasaan Regita.

[By, gue gak bisa ke rumah lo hari ini]
[Gue cape bgt]

Setelah mengirimkan pesan itu pada Beby, Rios segera beranjak dari tempat duduknya. "Langsung pulang, Yos?"

Rios mendongak. Cowok itu mengangguk, "Duluan, Bim, Ki, Al."

Rios langsung naik ke atas motornya dan pergi meninggalkan kawasan sekolah.

Kini, motornya berhenti tepat di depan tukang martabak yang baru saja buka.

Rios duduk dan memesan satu … untuk Regita.

"Satu, Bang."

"Buat Beby, Yos?" tanya tukang martabak itu seolah tahu.

Rios memang langganan di sini. Itu juga karna Beby yang selalu meminta dibelikan martabak pada Rios.

Rios tersenyum tipis, "Bukan, Bang."

"Lah? Kenapa? Biasanya buat Beby, putus?"

"Engh … kejunya yang banyak, Bang."

***

Rios duduk menatap ke arah Regita yang sibuk memainkan ponselnya. Gadis itu mengabaikan kehadiran Rios.

Jika bersama Beby … gadis itu pasti sibuk makan, tak jarang juga gadis itu menyuapi Rios.

"Re, martabaknya gak dimakan?" tanya Rios.

Regita mendongak, "Banyak kacangnya, gue takut jerawatan."

Rios mendengkus kesal. Tahu begini, lebih baik ia mampir ke rumah Beby saja.

Gadis itu tidak takut gendut, tidak takut jerawat, yang paling penting ia selalu menghargai Rios.

"Gue beli pake uang loh."

"Lo gak ikhlas?" tanya Regita.

Rios tersenyum tipis, cowok itu menggeleng. "Ya udah, martabaknya gue bawa lagi."

"Mau gue kasih Beby."

"Loh? Ya udah, gue makan nih." Regita membukanya. Mengambil satu potong, kemudian memakannya dengan pelan.

Rios tersenyum melihatnya. "Suka?" tanya Rios.

"Suka sih, tapi …."

"Gak usah takut jerawat, gimanapun bentuk lo, gue gak akan ninggalin lo."

Regita tersenyum mendengarnya. "Lo bilang gitu juga kan sama Beby?"

"Hah?"

"Kenapa? Buktinya lo sampai sekarang belum putusin Beby," ujar Regita.

Rios tertawa pelan. Meninggalkan Beby?

"Nanti."

"Kapan?"

"Kalau udah tepat."

Di lain tempat, Beby datang ke kediaman Rios. Katanya, Mama dan Papa lelaki itu sudah pulang.

Dengan makanan buatannya, Beby tersenyum senang kala mendapati Mama Rios yang sudah tersenyum ke arahnya.

"Mama … kangen!" pekik Beby.

Anneth, wanita itu memeluk Beby. "Apa kabar, Beby?" tanya Anneth.

"Baik, oh iya, Ma. Beby baru aja selesai bikin donat waktu Mama bilang udah pulang. Ya udah deh, Beby langsung ke sini," kata Beby.

Anneth tertawa pelan. Selain suka makan, Beby juga suka mengolah makanan. "Wah … eh, Rios ke mana, By? Udah jam lima tapi dia belum pulang."

"Loh? Bukannya …."

Beby diam, tadi Rios bilang tidak bisa ke rumah Beby karna ia capek. Lantas, jika Rios tak ada di rumah ….

Di mana Rios sekarang?

"Kayanya masih futsal, Ma," jawab Beby.

TBC

Kenapa gak putus Ajaaa?! :v

Masih kesel sama Rios?

Ada yang ingin di sampaikan untuk Rios

Beby

Regita

See you!

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro