E m p a t b e l a s

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Mohon maaf alurnya aku ganti❤

14. Abay

Beby keluar dari dalam kelasnya. Bertepatan dengan itu, Rios lewat namun sayangnya, Rios membuang arah pandangnya dari Beby.

Gadis itu tersenyum miris. Alya menepuk pundak Beby pelan, "Kenapa?"

"Eh, nggak. Gue … balik ya? Takut ketinggalan angkot," ujar Beby.

Alya mengerutkan alisnya. Sejak pagi sampai sekarang, ada yang berubah dari Beby.

Ia merasa ada yang gadis itu sembunyikan darinya.

Beby berjalan melewati lapangan untuk sampai ke gerbang. Namun, matanya lagi dan lagi menangkap sosok Rios yang tengah memasangkan helm pada … Regita?

Secepat itu?

Beby membuang arah padangnya. Matanya memanas, gadis itu mengigit bibir bawahnya.

Bukankah dirinya yang meminta putus? Mengapa malah dirinya yang tidak ikhlas?

Ikatan rambut Beby terlepas. Gadis itu mendongak, di belakangnya Abay tersenyum seraya memutar ikat rambut milik Cowok itu yang tadinya Beby kenakan. "Mau pulang?" tanya Abay.

Beby mengangguk.

Abay langsung merangkul bahu gadis itu dan mengiringnya menuju ke arah parkiran.

Mata Beby dan Rios bertemu. Cowok itu terlihat menahan kekesalannya saat melihat tangan yang melingkar pada bahu gadis itu.

"Naik, Re."

Regita naik ke atas motor milik Rios. Tak lama, Rios melajukan motornya meninggalkan kawasan sekolah.

Abay sudah naik ke atas motornya, cowok itu merasa heran melihat Beby yang tiba-tiba saja diam. "Mau pulang, atau mau jadi orang-orangan sawah?" tanya Abay.

Beby tersadar. Gadis itu sontak mendongak, "E-eh, gue bisa pulang sendiri deh kayanya."

"Tapi gue gak bisa pulang sendiri deh kayanya. Gimana dong?" tanya Abay.

Abay tertawa pelan, cowok itu mengacak puncak kepala gadis itu. "Ayo naik, gue mau ajak lo ketemu seseorang."

Beby menarik napasnya pelan. Gadis itu langsung naik ke atas motor milik Abay.

Tak lama, motor besar itu melaju dengan kecepatan sedang.

"Gue denger, tadi lo di ledekin gitu ya di koridor?"

"Iya, katanya gue anak haram," kata Beby tertawa pelan.

Abay melirik Beby lewat kaca spionnya. "Terus, lo marah sama orang tua lo?"

"Gue kesel, gue malu, Bay. Gue …."

"Gak boleh ngomong kaya gitu."

Beby menunduk, jujur jika memang benar dirinya adalah penghancur masa depan orang tuanya, Beby merasa dirinya adalah kesialan bagi mereka.

Abay memarkirkan motornya.

Alisnya berkerut, "RSJ?" tanya Beby.

Abay turun. Cowok itu langsung mengajak Beby untuk masuk. Beberapa suster yang tengah berlalu lalang menyapa Abay.

Cowok itu membalasnya dengan senyuman.

Tak lama langkahnya terhenti, "Itu nyokap gue."

Beby menatap ke arah wanita paruh baya yang duduk di kursi rodanya. "Lo harusnya bersyukur masih punya orang tua yang Sayang banget sama lo."

"Lo gak boleh benci mereka karna masalalu buruknya. Coba lo liat sekarang, mereka sayang gak sama lo?" tanya Abay.

Beby mengangguk.

"Mereka udah berusaha jadi orang tua yang baik buat lo, By. Kalaupun iya mereka nikah muda, nikah muda itu gak gampang. Dulu, mungkin mereka udah lewatin tantangan yang berat banget."

"Tugas lo sebagai anak, cukup bikin mereka seneng. Jangan benci mereka, sebelum lo nyesel saat kehilangan mereka," ujar Abay.

Beby menatap Abay. Ia malu, apa yang Abay katakan benar. Tadinya, Beby sudah berniat tak akan bertanya pada Mama atau pun Papanya.

Tapi perkataan Abay cukup membuat Beby mengubur dalam-dalam niatnya.

"Mau ketemu Mama gue?" tanya Abay lagi.

"Boleh?"

Abay menarik Beby dengan lembut. Cowok itu mencium kening Mamanya lembut, "Ma … Abay dateng."

"Abay?" Wanita itu langsung memeluk Abay sangat erat.

Beby sedih melihatnya. Menjadi orang yang apa-apa dibawa baper ternyata tidak enak, melihat kejadian melow dikit saja rasanya ingin menangis.

"Papa mana Abay?"

Abay diam. Cowok itu melirik Beby sekilas, "Ma, Abay bawa cewek, cantik gak?"

Beby merasa aneh. Apa Abay tengah mengalihkan pembicaraan?

Tatapan wanita itu beralih pada Beby. Tangannya berusaha menggapai pipi milik Beby. Namun, susah karna posisinya yang duduk di kursi roda.

Beby berjongkok, "Assalamualaikum, Tante."

"Waalaikumsalam."

Binar senang wanita itu terpancar, ia mendongak menatap Abay. "Cantik ya," ujarnya.

"Iya," jawab Abay tanpa sadar.

Matanya menatap lurus ke arah wajah Beby yang tersenyum tulus ke arah Mamanya.

Dan lagi, ini pertama kalinya Abay membawa seseorang bertemu dengan Mamanya. Bahkan, temannya saja tidak pernah.

"Pipi kamu bulet, Abay dulu waktu bayi juga kaya gini," ujarnya terus menerus mencubit pipi milik Beby.

***

Beby turun dari motor milik Abay. Gadis itu tersenyum, "Makasih ya."

"Buat?"

"Udah bikin gue seneng."

Abay tertawa, cowok itu mengangguk pelan. "Gue juga makasih. Makasih udah bikin Mama gue seneng."

"Mama gak pernah sebahagia itu," sambungnya.

Beby mengusap lengan cowok itu, "Lo Sayang banget ya sama nyokap lo?"

"Banget. Dia satu-satunya orang yang gue punya sekarang," jawabnya.

Abay mengambil sesuatu di saku celananya. "Nih."

"Lolipop?"

"Biar pipi lo makin gemuk. Gue suka yang gemuk-gemuk, enak pas digigit soalnya."

Beby membulatkan matanya, gadis itu memukul lengan Abay kesal. "Apaan sih? Mesum!"

"Mesum dari mananya sih?"

"Tau ah, ngeselin. Sana pulang."

Di lain tempat, Rios menatap Regita yang sibuk berbelanja. Cowok itu berdecak kesal.

Ia jenuh, coba saja jika Beby … ah, sudahlah tak seharusnya Rios mengingat gadis itu lagi.

"Yos, bagus yang ini atau yang ini?"

Pake yang mana-mana juga tetep aja badan lo tepos, cibir Rios dalam hati.

"Yang mana aja deh, gak ngerti," jawab Rios.

Regita mendengkus kesal. "Ya udah, yang ini aja."

Regita dan Rios kembali berjalan.

Rios melirik ke arah restoran, ah … ia jadi rindu Beby.

TBC

Mohon maaf banget alurnya aku ganti. Yang tadi kek nya agak-agak gimana gitu.

Semoga gak mengecewakan ya ❤

Ada yang ingin disampaikan untuk Rios

Beby

Abay

Regita

See you!

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro