T i g a b e l a s

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Postnya ngegas ya:')

Hari ini 4 kali post dong wkwk:') au dah greget. Gengsi dong! Besok ya^^

___

13. Sekarang waktunya

____

Pagi hari di hari kamis, Beby di antar oleh Daffa. Pria itu khawatir jika Rios menemui putrinya.

Enak saja, berani sekali dia menyakiti Beby. Daffa saja tidak berani. Beby turun, Daffa juga ikut turun. Pria itu mengusap puncak kepala Beby pelan, "Masuk kelas, inget gak usah pacar-pacaran."

"Iya, Pa."

Beby mencium pipi Daffa, kemudian gadis itu pamit untuk masuk ke kawasan sekolahnya.

"Eh, By, yang tadi bokap lo? Muda banget, cocokan jadi Abang lo, deh. Btw, umurnya berapa?"

Beby melirik dua orang gadis seangkatannya. Beby memilih berlalu pergi tanpa menjawab.

Namun sepertinya, mereka belum menyerah. "Tiga puluh tahunan ya? Eh btw, lo kan masih lima belas tahunan, iya gak sih?"

"Atau jangan-jangan lo anak hasil zina?"

Beby menghentikan langkahnya. Tangan gadis itu terkepal. Telunjuknya mengarah pada wajah dua gadis di depannya secara bergantian. "Jaga omongan kalian," ujar Beby.

"Apa? Ya lo pikir deh, mana ada orang tua semuda itu punya anak perawan segede gini?"

"Kemungkinannya ada dua, kalau bukan anak hasil zina, ya anak pungut."

Beby menatap Regita yang kini tersenyum angkuh. Seluruh murid yang berada di koridor langsung menatap ke arah mereka. "Tapi, kayanya gak mungkin deh kalau anak pungut. Soalnya, muka si bule ini mirip banget sama Papanya," sahut Anne.

"Wah ... berarti, Beby udah hancurin masa depan orang tuanya sendiri, dong?" tanya Sella.

Hati Beby hancur saat itu juga. Gadis itu menatap satu persatu orang yang berada di sana.

Ada yang menatap Iba, ada juga yang menatap dirinya jijik.

"Anak haram?" tanya Regita.

"Ayo, By."

Beby mendongak, gadis itu menatap Rios yang saat ini sudah mencengkal tangannya.

Regita terkekeh sinis, "Kasian Beby, udah jadi penghancur masa depan orang tuanya, anak haram, diselingkuhin pula sama pacarnya," sindir Regita.

"Jaga omongan lo, Re!" Rios menunjuk wajah Regita.

Regita menepisnya pelan, "Kenapa sih, Yos? Bukannya kemarin lo bilang gak akan ninggalin gue? Lo bilang, lo nunggu waktu yang tepat buat mutusin Beby?"

Beby mendongak. Gadis itu menatap Rios tak percaya, hatinya mendadak ngilu mendengar ucapan Regita. "By," panggil Rios.

Beby mundur, gadis itu tersenyum dan akhirnya berlari meninggalkan koridor.

Rios menatap Regita tajam, "Lo bilang gitu, sama aja lo mengakui kalau lo perusak hubungan gue sama Beby!"

"Nggak tuh, kan yang ngajak lo."

"Dan lo nerima gitu aja. Padahal lo tau kalau gue udah punya Beby."

Di sisi lain, Beby duduk di roftop seraya memeluk kakinya sendiri. Gadis itu menangis.

Mengapa Beby tak pernah kepikiran soal umur dirinya dan juga orang tuanya?

Apa benar Beby perusak masa depan mereka?

Beby semakin menangis. "Cemilan, cewek kaya lo kalau sedih pelampiasannya pasti makanan."

Satu kresek makanan ringan tersimpan di depannya. Gadis itu mengusap pipinya, ia mendongak, "Abay?"

Beby mengambil satu bungkus, gadis itu membukanya kemudian memakan isinya dengan tatapan yang mengarah pada gedung sekolah.

Abay menatap wajah Beby, rambut gadis itu terbang bersamaan dengan angin yang bertiup.

Cowok itu mengambil ikat rambut hitam di celananya. Biasanya, itu ia gunakan untuk mengikat rambut tebalnya sendiri.

Cowok itu pindah duduk di belakang Beby. Mengumpulkan rambutnya, kemudian mengikatnya.

"Eh?" kaget Beby.

"Sayang, By. Muka cantik lo gak keliatan kalau rambut lo di urai gini."

Abay membalikan tubuh Beby agar menghadapnya. Bibir Beby terselip satu keripik yang belum ia makan karna rasa terkejutnya.

Gadis itu menatap Abay, "Gini kan cantik."

Abay tertawa pelan, cowok itu mengambil keripik yang ada di bibir Beby. Kemudian, ia memakannya.

"Bay, jorok!" pekik Beby.

"Nggak ah, yang jorok itu orang yang sok tau sama hidup orang lain tapi gak tepat sasaran, By."

"Ibaratnya sih, buang sampah tapi gak ke tempatnya gitu, jorok banget," sambung Abay.

Beby diam, Abay tertawa melihatnya. Tangannya terulur mencubit gemas pipi gadis itu. "Pipi lo kok bisa gemuk gini sih? Lo ternak ikan kembung di pipi, ya?"

Beby menepis tangan Abay dengan kesal, "Apaan sih? Enak aja."

Di anak tangga terakhir, Rios menatap Beby dan lelaki asing yang saling berhadapan.

Beby nampak bahagia. Rios menatap bungkusan cemilannya dengan tatapan nanar.

"Rios?" Beby beranjak, gadis itu dengan segera berlari menghampiri Rios.

Rios tersenyum, "Lo gak papa?" tanya Rios.

Lo bilang, lo nunggu waktu yang tepat buat mutusin Beby?

"Yos, kayanya sekarang udah tepat deh."

"Maksudnya?" tanya Rios.

Beby menelan salivanya susah payah. Gadis itu sebisa mungkin menahan air matanya agar tidak keluar, "Kita putus aja, ya?"

Pegangan Rios pada makanan ringannya mengendur hingga terjatuh. Cowok itu menatap Beby, "By, gue ...."

"Gue rasa, kita emang lebih cocok jadi temen."

Rios meraih tangan Beby, mencium punggung tangan Beby beberapa kali. "Lo boleh marah sama gue, By. Tapi tolong, jangan kaya gini," kata Rios.

"Pertama lo selingkuh, kedua lo lebih mentingin dia dibanding gue, ketiga lo gak hargain gue, dan keempat lo nunggu waktu yang tepat kan?" tanya Beby.

Gadis itu menepuk pundak Rios beberapa kali, "Sekarang waktunya."

"Dan tolong, mulai sekarang ... kita sewajarnya aja ya, Yos?"

Rios menatap Beby. Cowok itu mengangguk dengan pandangan sendunya. "Oke."

Rios langsung berlalu pergi meninggalkan Beby.

Beby tertunduk, gadis itu menangis. Abay sebenarnya ingin sekali ikut berbicara, apalagi ia dengar, pacarnya Beby selingkuh dari Beby.

Tapi ... Abay juga sadar diri. Setiap orang memiliki urusan mereka sendiri-sendiri.

Abay menyentuh bahu Beby, gadis itu langsung memeluk Abay dan menangis.

Hubungannya dan Rios benar-benar berakhir sekarang. Persahabatan dan juga kisah cinta mereka.

Seharusnya dari awal Beby tidak terlalu percaya diri hubungannya akan langgeng.

Mereka masih remaja, labil, menemukan lawan jenis lain, kemudian tertarik.

Abay juga tak mengerti mengapa bisa ia dan Beby memiliki kasus yang sama di dalam hubungannya.

"By, jangan nangis."

"Kasian Mama lo, bertaruh nyawa buat lo lahir, kasian Papa lo berjuang mati-matian buat liat lo bahagia. Mereka pasti sedih kalau tau anaknya nangis cuman gara-gara satu cowok yang nyakitin anaknya."

Abay menangkup pipi gadis itu. Mengusap air matanya pelan, "Lo cantik, tapi lo jelek kalau sedih. Udah ya?"

"Makasih, Bay."

"Apapun buat lo."

TBC

Yes! Putus!

Balikan lagi jangan? Wkwk.

BebyAbay
Atau
BebyRios

Kesel gak sama Regita?

Ada yang ingin di sampaikan untuk Rios

Beby

Abay

Regita CS

Aku mau promo Novel Kakaknya Rios ah:v

Udah baca sebagian cerita Dari Hanin Untuk Malik belum? Udah jadi novel loh:v kuy lah beli, bisa di cek di shoppe. Tulis aja judulnya nanti muncul deh^^

See you!

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro