D u a b e l a s

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Triplle up sekali-sekali wkwk:v
Besok gak akan up, tapi kalau rame … diusahain deh:v
____

12. PAPA

__

Pulang sekolah, Beby menatap lapangan yang dipenuhi oleh anak-anak futsal.

Rios terlihat begitu emosi sedaritadi. Beby melihatnya, cowok itu beberapa kali memarahi teman-temannya.

Gadis itu memilih meneruskan langkahnya menuju halte.

Rios melihat gadis itu. Tanpa izin apa-apa, cowok itu berlari mengejar Beby.

Tangannya mencengkal tangan gadis itu. "Pulang sama siapa?"

"Eh? Naik angkot," jawab Beby.

Gadis itu hendak menarik tangannya. Namun, Rios mengeratkannya, "Gue anter."

"Gak usah, lo lagi latihan."

"Gak papa. Ayo," ajak Rios.

Beby menarik tangannya. Gadis itu menggeleng. "Gak—"

"Kalau lo ngehindar gini, hubungan kita gak akan membaik," kesal Rios.

Beby diam. Siapa yang membuat hubungan mereka hancur? Beby? Jelas saja Rios!

"Nurut deh," kata Rios lagi dengan nada ketusnya.

Beby hendak pergi. Tapi lagi-lagi Rios menahannya. "Gak usah kabur, kenapa sih?!"

"Yos, lo mending balik ke lapang, deh."

"Lo gak suka deket-deket sama gue?" Rios menatap Beby tajam, tangannya mencengkram erat pergelangan tangan gadis itu.

"Yos, sakit."

Rios melepaskannya. Cowok itu mengusap puncak kepala Beby dengan pelan. "Ya udah, sana pulang. Hati-hati," ujar Rios akhirnya.

Beby langsung pergi begitu saja meninggalkan Rios.

Di halte, Beby menatap jalanan tanpa minat. Baru sehari Beby tak bersama Rios, ia sudah rindu saja.

Apa … karna dia belum terbiasa?

"Tiga kali liat lo, dan lo sendiri terus. Gak punya temen?"

Beby mendongak, gadis itu tersenyum tipis menanggapi. "Mau pulang?"

"Iya nih, lagi nunggu angkot," jawab Beby.

Abay.

Cowok itu menarik tangan Beby lembut. "Ayo gue anter."

"Eh? Gak usah."

"Usah aja."

Abay menarik Beby menuju warung belakang. Baru saja menginjak, Beby sudah terbatuk akibat asap rokok yang terkumpul di sana.

Abay menutup hidung gadis itu. "Punya asma?" tanya Abay.

Beby mengangguk pelan. Abay melepas jaketnya, cowok itu memberikannya pada Beby. "Buat tutup idung, sana tunggu di luar."

Beby mengangguk dan memilih kembali berjalan ke luar. Abay menaiki motornya, dan segera melajukannya.

Ia berhenti di depan Beby. "Ayo naik."

Beby menatap motor besar di depannya. Ayolah, biasanya ia naik motor metik bersama Rios.

Abay terkekeh geli. "Bisa naiknya gak? Atau mau lo yang bawa?" tanya Abay.

Beby langsung naik, gadis itu menghalangi pahanya menggunakan jaket milik Abay.

Tak lama, motor cowok itu melaju meninggalkan kawasan sekolah.

"Lo kelas berapa?" tanya Beby.

Abay melirik gadis itu lewat kaca spion, "12 TSM 4. Kelas gue di pojok, gue yakin lo gak pernah liat gue."

"Pantesan," jawab Beby.

"Soal pacar lo kemarin—gimana?" tanya Beby.

"Gue putus."

Beby menganggukan kepalanya pelan. Gadis itu memilih menatap ke arah jalanan. "Lo sendiri, punya pacar?"

"Punya."

"Kenapa gak pulang bareng?"

"Dia lagi futsal."

Abay mengangguk pelan. Cowok itu memilih fokus ke arah jalanan. Sesekali matanya melirik Beby, bibirnya perlahan tersenyum.

Baru kali ini ia tersenyum banyak ketika berhadapan dengan seorang gadis.

Hanya Beby, pacarnya sendiri saja, sangat jarang ia berikan senyuman.

"Kalau dia nyakitin lo, kabarin gue ya?"

"Ngapain?" tanya Beby bingung.

"Gue mau bikin lo bahagia, gue mau tunjukin sama dia, kalau lo bisa bahagia tanpa cowok kaya dia."

Beby diam. Andai lelaki di depannya ini adalah Rios, Beby pasti akan dengan senang hati memeluknya sekarang.

Dari awal mereka memang salah.

Mungkin … takdir mengharuskan mereka bersahabat.

***

"Martabak."

"Wah—eh, heem makasih." Beby yang awalnya merasa antusias mendadak kalem.

Gadis itu hanya ingin Rios nyaman. Setahu Beby, Regita itu kalem dan tidak riweuh seperti dirinya.

Mungkin … itu yang menyebabkan Rios berpaling?

"Lo gak seneng?" tanya Rios merasa asing dengan sikap Beby.

Beby tersenyum tipis, "Seneng kok. Masih, ya?"

Rios menghela napasnya. Ini salahnya, ia sendiri yang harus menanggung resikonya sekarang.

Cowok itu mengacak puncak kepala Beby pelan. "Mau makan? Gue temenin."

"Gak usah, gue makannya nanti aja."

Mengapa sikap Beby malah mengingatkannya pada sikap Regita saat itu?

Boleh Rios menyesal sekarang?

"Ya udah, habisin ya?"

Beby mengangguk pelan. Gadis itu mundur selangkah, "Gak pulang?"

Rios mendekat, cowok itu mencium kening Beby pelan. "I love you. Jangan ngambek lama-lama, gue kangen," bisik Rios.

Biasanya Beby senang diperlakukan begini. Tapi, bayangan Rios yang berselingkuh bersama Regita, malah membuat Beby sakit.

Apa Rios melakukan ini juga pada Regita?

"Gue pulang ya? Kalau mau apa-apa telepon aja," ujar Rios.

Beby mengangguk pelan menanggapi. Tidak, Beby tidak akan meminta apa-apa lagi pada Rios.

Ia tak mau merepotkan lelaki itu lagi. "Yos," panggil Beby saat Rios akan melangkah pergi.

Cowok itu berbalik, "Iya?"

Beby diam, gadis itu menunduk, "Hati-hati."

Rios tersenyum tipis. Ah, mereka menjadi sangat canggung sekarang.

Rios memilih naik ke atas motornya. Bunyi klakson, menjadi sapaan terakhir mereka.

Beby tersenyum senang menatap martabak di tantannya. Gadis itu duduk di kursi teras, kemudian memkannya. Ia menyodorkannya pada kursi sebelah, "Rios, lo mau—gue lupa Rios udah pulang," lirih Beby.

Tanpa Beby ketahui, Rios masih berada di sana, hatinya senang ketika tahu ternyata Beby masih mengingatnya.

"Gue lebih suka lo pecicilan daripada kaya gini, By."

Beby menatap martabaknya tanpa minat. Gadis itu menutupnya kembali. "Ah! Gini banget sih cinta-cintaan. Perasaan waktu si Ben selingkuh gue langsung putusin dia, kenapa Rios susah banget gue putusin?!" kesal Beby.

"Rios selingkuh?"

Mata Beby membulat. Itukan suara—

"Papa?" Beby tercengir lebar.

Tamat sudah hubungannya.

TBC

Berhubung yang komen banyak banget, dan mood ku lagi baik. Jadi aku up cepet:v

Semoga suka ya

Ada yang ingin di sampaikan untuk Rios

Beby

Abay

Kasian gak sih liat Rios sama Beby?:v

See you!

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro