S e b e l a s

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

11. Cowok kemarin

__

Beby sudah membaik. Gadis itu sekarang duduk di salah satu meja restoran milik Papanya.

Biarpun sudah besar, Beby masih suka ikut kemanapun Papanya pergi. Sedarikecil, Beby memang tak bisa jauh dengan Daffa.

Saat sibuk memainkan ponsel, tiba-tiba kursi di depannya tertarik dan di duduki seseorang.

Gadis itu mendongak, mengangkat sebelah alisnya. "Sorry gue ikut duduk."

Beby mengangguk pelan. Namun, matanya tak luput memperhatikan mata lelaki di depannya yang tertuju pada meja lain.

Di sana, seorang gadis dan juga lelaki tengah tertawa. Beby kembali menatap lelaki di depannya. "Ceweknya … pacar lo?" tanya Beby yang entah kenapa tiba-tiba menanyakan hal itu.

Cowok itu mengalihkan pandangannya menatap Beby. Ia terkekeh pelan, "Ya."

Jika dilihat dari penampilannya, cowok itu terlihat seperti bukan cowok baik-baik.

Kenapa Beby menilai begitu? Cowok itu menggunakan anting hitam seperti magnet di telinga kirinya. Celana jeans sobek di bagian lutut, dan juga hoodie berwarna hitam.

Namun, dilihat dari kulitnya yang putih bersih, cukup membuat lelaki di depannya terlihat tampan.

Ah … ia jadi ingat Rios.

"Udah liatin guenya?"

Beby tersadar, gadis itu buru-buru mengalihkan pandangannya pada ponsel. "Lo punya pacar?"

"Eh?" Beby kembali menatap lelaki di depannya.

Cowok itu tersenyum miring, "Kalau lo di posisi gue sekarang, apa yang bakal lo lakuin kalau liat doi selingkuh kaya gitu." Cowok itu menunjuk meja tadi.

"Nunggu sampai dia terus terang … mungkin?" tanya Beby ragu.

Pasalnya, ia masih menunggu Rios menjelaskan sesuatu. Itulah sebabnya mengapa Beby meminta break bukan putus.

"Bego," cibir cowok itu.

"Harga diri, lo di selingkuhin gitu, sama aja dia anggap lo gak ada apa-apanya dibanding selingkuhan dia."

Cowok itu beranjak, "Lo liat ini."

"Eh, mau ke mana?"

Cowok itu berjalan menghampiri meja kekasihnya. Namun, bersamaan dengan perginya cowok itu, Daffa datang menghampiri Beby. "Ayo, pulang."

"Eh, Pa?"

Beby beranjak, namun matanya masih tertuju pada meja itu. "By?"

"Eh, ayo, Pa."

***

Pagi harinya, Beby turun dari angkutan umum. Gadis itu berjalan menuju gerbang sekolahnya, namun sebuah motor tiba-tiba saja berhenti di depannya. "By, ayo naik."

"Gak, makasih."

Beby melangkah pergi meninggalkan Rios yang belum melajukan kendaraannya lagi.

Namun tak lama setelahnya, Rios melajukan motornya melewati Beby.

Beby kira … Rios akan memaksanya.

Gadis itu tersenyum tipis. Saat akan kembali berjalan, tubuhnya tiba-tiba saja disenggol dari arah belakang.

Beby mendongak, "Regita, apaan sih? Yang bener dong."

"Sorry, sengaja."

Regita langsung berlalu. Beby mengembuskan napasnya pelan, bukankah di sini seharusnya yang marah itu Beby?

Beby memilih meneruskan perjalanannya menuju kelas. Namun, Lagi-lagi tangannya dicengkal dan ditarik secara paksa. "Yos!"

"Temenin gue sarapan."

"Gak mau, ajak Regita aja sana!" kata Beby tanpa sadar.

Rios diam, cowok itu menatap Beby, "Kenapa Regita?"

"By," panggil Rios lembut saat tak mendapatkan jawaban apapun dari Beby.

Beby menggeleng, "Gue mau ke kelas."

"Lo denger ya?"

Gadis itu hendak pergi, tapi Rios mengeratkan cengkalannya. "Ini alesan lo minta putus?"

"Gue gak minta putus," jawab Beby.

"Gue cuman minta break. Kemarin gue denger lo sama Regita, kalian pacaran. Gue cuman mau perbaikin diri gue aja, Yos. Lo gitu mungkin karna emang ada sesuatu yang kurang dari gue, 'kan?" tanya Beby.

Rios menelan salivanya susah payah. Beby sudah mengetahuinya, dan bisa-bisanya gadis itu menyalahkan dirinya sendiri.

"By, lo sakit hati ya? Lo marah ya sama gue? Gue …."

"Kita jangan ketemu dulu ya, Yos."

Rios menggigit bibir bawahnya. Cowok itu meraih tangan Beby kemudian mengusapnya pelan. "Maaf."

Beby menepis tangan Rios. Setelahnya, ia pergi meninggalkan Rios yang berdiri di koridor dengan hatinya yang terasa hancur.

Beby berjalan dengan terburu-buru. Namun, sialnya, tubuhnya bertabrakan dengan seseorang.

Gadis itu mendongak, "Maaf, Kak. Gue gak sengaja."

"Lo cewek yang kemarin, kan?"

Beby mengerutkan alisnya. Memperhatikan penampilan cowok di depannya.

Celana sekolah di pensilkan, baju putih lusuh yang keluar dari tempatnya, kancing teratas terbuka menampakan kaus hitam yang ia pakai.

Dan, matanya kini tertuju pada anting. "Ah, yang kemarin!" ujar Beby seakan ingat.

"Gue kira lo pikun."

"Kenapa kemarin pergi gitu aja?" tanya cowok itu.

Beby mengembungkan pipinya. Namun, tanpa di duga, cowok itu menusuknya menggunakan satu jarinya.

Beby kaget, gadis itu melotot. "Keluar mata lo," sindirnya.

Cowok itu memperhatikan penampilan Beby dari atas sampai bawah. "Lo anak SMA, atau anak TK? Pendek banget."

"Tapi gak papa deh, gue suka sama yang pendek. Lebih gampang digotong," sambungnya.

Cowok itu menepuk puncak kepala Beby beberapa kali. "Nama gue Abay."

"Cibay?" ulang Beby.

"Ck! Abay," ujarnya lagi.

Beby mengangguk pelan, "Oh, kirain."

"Nama lo?" tanya

Beby diam beberapa saat gadis itu menatap Abay. Namun, tatapannya beralih pada Rios yang sudah berdiri jauh di belakang Abay.

Cowok itu menatap tajam ke arahnya.

Beby mendongak, gadis itu tersenyum pada Abay. "Beby."

"Lo ngebet banget dipanggil baby?" tanya Abay kaget.

Gadis itu memukul lengan cowok itu dengan kesal, "Nama gue Beby!"

"Ck, sial banget. Masa semua cowok manggil lo sayang? Beby kan artinya Sayang?"

"Gak jelas lo."

Di tempatnya berpijak, Rios memilih menghela napasnya. Ingin menghampiri, tapi ia juga sadar diri.

Mungkin ini balasan untuk Rios dari Beby.

Tapi yang terpenting, bukankah hubungan Beby dan Rios belum berakhir? Itu artinya … Beby masih menjadi miliknya.

"Secepet itu lo dapet cowok baru?"

TBC

Cihuy double up!

Suka gak sama Abay?

Kesan setelah baca part ini?

Ada yang ingin di sampaikan untuk Rios

Beby

Abay

See you!

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro