E n a m

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

6. Putus

____

Lagu Cover Willy Preman Pensiun—Benci Untuk Mencinta memenuhi kamar milik Rios.

Cowok itu menatap langit-langit kamarnya.

"Karna dia selingkuh sama mantannya."

Bodoh. Bisa-bisanya Rios bertindak gegabah begini. Jika Beby tahu pacarnya saat ini melakukan yang sama dengan mantan kekasihnya dulu, bagaimana?

Lagu berhenti, berganti dengan nada dering telepon. Cowok itu menatap ponselnya.

Beby❤️

Saat hendak mengangkatnya, ia melihat satu pesan masuk dari Regita. Gadis itu meminta Rios untuk menghubunginya.

Ia bimbang.

Namun akhirnya, Rios memutus panggilannya dengan Beby dan memilih menghubungi Regita—Kekasihnya juga.

[Beby, jangan telepon. Chat aja ya? Gue lagi telepon Mama]

Rios mengirim pesan itu pada Beby.

"Hallo?"

"Rios, besok bisa ke sekolah bareng?"

Rios membasahi bibir bawahnya sendiri. Ia sudah merelakan teleponnya dengan Beby untuk Regita. Apa besok juga?

"Re, gue …."

"Gak bisa, ya?"

Rios diam beberapa saat. Menarik napas pelan, cowok itu lantas mengangguk.

"Oke."

Rios langsung memutuskan sambungan mereka. Menatap foto Beby yang melekat di lock screennya.

"Bisa-bisanya gue brengsek kaya gini."

***

Beby baru saja selesai mengikat tali sepatunya. Gadis itu hendak menghubungi Rios untuk memberi tahu.

Namun, sebuah pesan masuk dari Rios cukup membuat Beby kesal.

[Berangkat sendiri, gue ada perlu]

"Pa … mau ke Restoran jam berapa?" teriak Beby.

"Nanti siang."

Sial sudah. Beby memilih pamit terlebih dahulu, gadis itu berjalan menuju jalanan yang biasa dilewati angkutan umum.

Di sela-sela perjalanannya, sebuah motor berhenti tepat di sampingnya. Beby menoleh, "Ken?"

"Teh Beby kenapa jalan?" tanya si Pengendara.

"Rios lagi ada perlu katanya."

Kenta melirik jok belakangnya. Setelahnya, ia beralih menatap Beby. "Mau bareng?" tanya Kenta.

"Eh, gak usah. Nanti Rios marah, lo lagi yang dimaki-maki sama si Julit," jawab Beby.

Kenta tersenyum tipis, "Gak usah terlalu percaya sama orang lain, Teh. Kadang apa yang kelihatannya baik, belum tentu baik," kata Kenta.

"Maksudnya?"

"Ayo naik, gak akan ketahuan bang Rios, kok."

Beby awalnya ragu. Bukan karna ia takut pada Rios, ia hanya takut Kenta menjadi sasaran mulut pedas cowok itu.

Namun, ya sudah lah, Beby memilih naik.

Kenta melajukan motornya. Di perjalanan, Beby menatap was-was ke arah belakang.

Siapa tahu tiba-tiba Rios melihatnya, bukan?

"Eh iya, hubungan lo sama Bokap lo, gimana sekarang?" tanya Beby.

"Masih sama, semenjak Papa baikan sama Bang Leo, Papa sedikit jaga jarak sama gue. Papa juga jarang pulang sekarang," jawab Kenta.

Beby menatap iba ke arah Kenta. Tangannya terulur mengusap bahu cowok itu. "Nyokap lo?"

"Mama sering nangis di kamar sendirian tiap malem. Gue rasa, Papa masih Sayang banget sama Almarhum isteri pertamanya."

Motor Kenta memasuki wilayah sekolah. Menghentikan laju motornya, Beby dan Kenta turun.

"Beby, gue nyuruh lo berangkat sendiri. Bukan berarti lo bebas berangkat sama siapa aja."

Beby menoleh. Gadis itu melotot kemudian memukul lengan Rios kesal. "Diem lo, gue lagi marah sama lo!"

"Eh, kok …."

"Gak usah marah sama Kenta! Lo sendiri yang nyuruh gue berangkat sendiri," ujar Beby.

Rios menatap Kenta tajam. Namun, Beby buru-buru menarik Rios agar pergi meninggalkan wilayah parkiran.

"Kasian Teh Beby."

***

Rios menatap Beby tajam, cowok itu melogorkan dasinya yang terasa mencekik. "Kenapa berangkat sama dia?"

"Kenapa lo gak jemput gue?" tanya Beby.

"Gue ada urusan Beby."

"Sok sibuk!"

Rios mengusap wajahnya kasar. Bukankah seharusnya ia yang marah? Mengapa malah Beby yang balik memarahi Rios?

"Ya udah, gue minta maaf."

"Ya udah gue maafin," jawab Beby.

Astaga. Bisa-bisanya ia memiliki kekasih menggemaskan Beby.

Tapi—Rios menghela napasnya. "By, lo sayang sama gue?"

"Nggak! Gue Sayang sama diri gue sendiri."

Rios hendak melongos, namun Beby dengan cepat menahannya, "Iya, ih ambekan. Kenapa nanya gitu?" tanya Beby.

"Gak jadi! Mood gue ancur."

"Cukup muka lo aja yang ancur, Yos," jawab Beby.

Beby menarik Rios, ia berjinjit dan membenarkan dasi cowok itu. "Kemarin malem, lo sama Mama lo ngobrol apa aja?" tanya Beby.

Rios diam. Apa yang harus ia katakan?

Rios, 'kan, tidak menghubungi Mamanya. Tapi …

"Nanya kabar doang. Katanya Mama mau pulang besok," jawab Rios asal.

Beby menganggukan kepalanya. "Udah rapi. Bajunya masukin."

Rios menepis tangan Beby kala matanya menangkap sosok Regita di ujung tangga kelas TKJ.

Cowok itu beralih menatap Beby, "Ke kelas sana."

"Loh? Lo kenapa …."

Rios menepuk puncak kepala Beby beberapa kali. Setelahnya, ia berlari mengejar Regita yang naik ke atas kelasnya kembali.

Beby diam beberapa saat, "Dia ngejar tokek kali, ya?"

"Kok malah ke kelas TKJ? Bukannya kelas TKR 3 di sana ya." Beby menunjuk lorong kelas Rios.

Rios menarik pergelangan tangan Regita. Gadis itu menatap Rios, "Kenapa?" tanya gadis itu.

"Lo marah?"

"Nggak, wajar kok lo sama dia."

Rios diam. Sedikit meringis dengan ujaran yang diungkapkan oleh Regita. "Maaf."

"Yos, gue rasa hubungan kita salah deh."

"Gak ada yang salah, Re. Lo suka sama gue, gue juga. Apa yang salah?" tanya Rios.

Regita menatap manik mata cowok di depannya. Gadis itu tersenyum, "Lo suka sama gue? Terus? Beby?"

"Gue Sayang sama dia."

"Sebagai sahabat, gak lebih," sambungnya.

"Sahabat, tapi status kalian pacaran, Yos. Lo sama aja—"

"Gue putusin Beby secepatnya."

"—Demi lo."

Regita terpaku di tempatnya, gadis itu mundur selangkah. Ia pernah diperlakukan begini oleh Rios.

Ia pernah di posisi Beby. Tapi … bukankah Beby juga tidak memikirkan perasaan Regita kala itu?

"Gue tunggu secepatnya."

TBC

Gile tembus 200 komentar kemarin:v

Makasih banget:v

Gimana kesan setelah baca part ini?

Ada yang ingin di sampaikan untuk :

Beby

Rios

Regita

Kenya

Atau buat Indah barangkali?

See you!<3

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro