1 - New Deskmate

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Luna berjalan menyusuri koridor yang tampak sepi. Wajar saja, karena sekarang jam baru menunjukkan pukul enam lebih lima belas menit.

Ia kemudian berhenti tepat di depan lokernya. Di SMA Pelita Bangsa, loker siswa dan siswi diletakkan di sepanjang koridor. Kemudian, ia membuka loker itu dan segera mengambil diary berwarna biru laut miliknya.

Setelah menutup lokernya kembali, ia segera berjalan menuju kelas X-4 IPA yang berada tak jauh dari lokernya.

"LUNAAAAAA!" Teriak Kiana dengan suara cemprengnya.

"Astaga, pagi-pagi lu udah bikin ribut aja." Luna berusaha menutup telinganya yang mungkin sudah tuli akibat teriakan Kiana.

"Bodo. Buruan ah masuk kelas, disini panas." Kiana menarik tangan Luna.

Lima belas menit setelah bel berbunyi, belum ada tanda-tanda guru akan memasuki kelas.

"Semoga aja jam kosong," ceplos Kiana.

"Aamiin deh aamiin." Luna mengaminkan.

Terdengar derap langkah kaki. Sepertinya, hari ini tidak akan terjadi jam kosong seperti yang diharapkan oleh Luna dan Kiana.

"Pagi anak-anak," sapa guru Bahasa Indonesia mereka, Bu Anis.

"Pagi bu."

"Baiklah, hari ini kalian kedatangan murid baru. Silahkan masuk, Nak." Bu Anis mempersilahkan murid baru itu untuk masuk.

"Nama saya, Mario Arjuna. Panggil saya Mario," ujar Mario dengan nada datar.

"Mario, silahkan duduk di bangku yang kosong."

Mario berjalan menuju bangku kosong yang dimaksud oleh Bu Anis. Bangku itu berada di pojok kanan belakang, bersebelahan dengan bangku yang diduduki oleh Luna.

"Lo yang kemarin bareng sama Kiana, kan?" tanya Mario.

Luna menoleh, "Iya, gue yang kemarin bareng Kiana."

"Bagus deh, kita udah kenal. Gue gaperlu repot-repot kenalan lagi sama temen sebelah gue."

"Lo udah dapet buku?" tanya Luna.

"Udah, sebelum masuk bokap gue udah mintain bukunya duluan di perpus."

"Bagus deh, gue gak perlu repot-repot berbagi buku sama lo," ujar Luna cuek.

***

"Lun, kantin yuk," ajak Kiana.

"Tapi traktir gue ya." Luna adalah tipe orang yang lebih suka menghabiskan waktu istirahatnya di dalam kelas sambil mendengarkan lagu. Jika Kiana mengajaknya ke kantin, ia akan meminta Kiana untuk mentraktirnya.

"Kebiasaan. Dasar gak modal," ledek Kiana.

"Gue ga diajak?" Mario yang sedang membaca novel Assasin's Creed tiba-tiba berbicara.

"Yaudah ikut. Simpen tuh novel. Cowok kok doyan baca gituan." Kiana memang terkenal blak-blakan jika berbicara. Ia tidak segan mengeluarkan kalimat-kalimat--bisa dibilang agak ngejleb--yang bisa melukai hati sang pendengar atau lawan bicara. Dan kebiasaan itu tidak dapat dihilangkan Kiana.

Sesampainya mereka di kantin, para siswi mulai mengerubungi Mario. Wajar saja, wajahnya yang blasteran Indo-Inggris membuatnya terlihat tampan. Apalagi, dia masih berstatus siswa baru di sekolah ini.

"Buset, kok banyak yang ngedeketin dia sih. Apa spesialnya coba." Kiana heran melihat kerumunan siswi-siswi alay yang berusaha mendekati Mario.

"Haha, yaudah gue panggil si Mario dulu. Lo cari tempat duduk aja," Luna menghampiri Mario yang masih berada di kerumunan siswi-siswi yang alaynya kebangetan.

"Mar," panggil Luna sambil menarik tangannya.

"Untung ada lo. Gue gabisa keluar tadi. Gila, alay abis itu mereka. Gue tau gue emang ganteng, tapi ya gausah seheboh itu lah." Mario memuji dirinya sendiri.

Jijik, batin Luna. Mereka berdua pun menghampiri Kiana yang sedari tadi menunggu di bangku kantin.

"Kalian makan apa?" Tanya Kiana.

"Gue mie ayam," jawab Luna.

"Gue juga mie ayam, deh."

"Minumnya?" Tanya Kiana lagi.

"Milo es," jawab mereka berdua serempak. Luna pun menatap Mario. Matanya membesar.

"Eh, gajadi deh. Gue teh es aja." Luna memalingkan wajahnya dari Mario yang berada di depannya.

***

Jam telah menunjukkan pukul dua tepat. Murid-murid pun segera keluar dari kelas masing-masing, tak terkecuali Luna, Kiana, dan Mario.

"Mau ke Kafe Fla'z gak?" Kiana membuka pembicaraan.

"Boleh deh," balas Luna, "gue gaada duit tapi."

"Yaudah, gue yang traktir." Mario yang sedari tadi hanya diam, mulai mengeluarkan suaranya.

"Yaudah, yuk."

Mereka tak memerlukan waktu yang lama untuk sampai di Kafe Fla'z karena letaknya yang memang tidak terlalu jauh dari sekolah.

"Kita duduk disitu aja, yuk?" Kiana menawarkan Luna dan Mario untuk duduk di meja bernomor 12, sama seperti meja yang kemarin mereka tempatkan.

"Bukannya itu tempat yang kemarin?" tanya Mario dengan nada cuek.

"Emang tempat kemarin, bego." Kiana menepuk pundak Mario pelan.

"Kebiasaan lo ga ilang ya," cibir Mario kemudian menjulurkan lidahnya.

"Bagus cepetan duduk." Luna yang mulai capek berdiri pun mengajak kedua temannya untuk duduk.

"Oiya, sampe lupa duduk nih."

"Kalian pesan apa?" tanya Kiana kepada Luna dan Mario.

"Taro Latte," jawab mereka bersamaan.

"Selera kalian sama, ya." Kiana tertawa kecil, lalu segera pergi menuju kasir.

Luna terdiam. Wajahnya mulai memerah dan jantungnya berdegup kencang.

"Oi, Luna." Mario melambai-lambaikan tangannya tepat di depan wajah Luna setelah menyadari bahwa Luna sedang melamun.

"Eh." jantung Luna kembali berdetak dengan normal. Ia berusaha mengembalikan akal sehatnya. Hanya karena memesan minuman yang sama, jantungnya bisa berdetak lebih cepat dari biasanya.

"Gue mau nanya," Mario menatap mata Luna, "lo juga suka taro latte?"

Luna merasa kesal. Hanya untuk menanyakan apakah dia menyukai taro latte juga, Mario harus menatap matanya. Luna mengira, Mario ingin menanyakan sesuatu yang penting, tapi ternyata tidak.

"Iya," jawab Luna singkat.

"Kok sama sih, gue juga suka taro latte."

"Nih pesanan lo berdua." Kiana tiba-tiba datang sembari membawa 2 gelas Taro Latte dan 1 gelas Ice Chocolate diatas nampan.

Untung Kiana bawain minumnya di waktu yang tepat, batin Luna.

"Totalnya 79 ribu, Mar."

"Nih, duitnya." Mario memberikan uang 100 ribuan kepada Kiana. Setelah menerima uang tersebut, Kiana pun kembali pergi menuju kasir.

"Gue mau nanya, Lun." Tatapan Mario berubah menjadi serius.

"Kenapa lo suka Taro Latte?" tanya Mario tanpa basa-basi lagi.

"Karena, rasanya enak," jawab Luna setelah ia selesai meneguk Taro Lattenya.

Karena rasanya enak, ya? batin Mario.

"Lo, kenal sama Avaero?"

Luna menggeleng. Avaero? Siapa Avaero? batinnya.

"Enggak, lupain aja," Mario memalingkan wajahnya ke arah jendela.

***

Luna membuka diary berwarna biru laut miliknya. Sudah lama ia tidak menuliskan isi hatinya di dalam diary kesayangannya itu.

Dibukanya lembaran-lembaran diary itu. Aduh, gue alay banget ya, batinnya.

Karena merasa bosan, ia pun mulai menuliskan sesuatu di dalam diary tersebut.

Dear, my Blue♡

Tadi, pas pulang sekolah, gue diajak ke Kafe bareng sama Kiana dan Mario.
Oiya, Mario itu temen baru gue.
Nah, kan Kiana yang mesen minumnya, jadi gue sama Mario duduk duluan.
Nah, Mario itu nanya kenapa gue suka sama Taro Latte.
Gue jawab aja, karena rasanya enak. Terus dia malah nanya, kenal sama Avaero gak?
Emangnya Avaero siapa ya?


Kiana menutup diarynya kembali, lalu meletakkannya di sembarang tempat. Karena merasa lelah, ia pun beranjak dari kursi yang sekarang ia tempati. Direbahkan badannya yang terasa lelah ke kasur yang menurutnya sangat empuk.

Luna menatap jam dinding di sudut kamarnya. Sekarang jam sudah menunjukkan pukul enam lebih lima belas menit.

Lima belas menit lagi, abang pasti pulang, batin Luna.

Sekarang, Luna hanya tinggal bersama kakak laki-lakinya. Orang tua Luna bercerai, dan memutuskan untuk hidup sendiri-sendiri. Kakak laki-lakinya yang sudah bekerja lah yang mengasuh Luna sejak umur 13 tahun hingga sekarang.

Lima belas menit kemudian, terdengar suara garasi yang sedang dibuka, pertanda kakak laki-lakinya telah pulang.

"Lun, gue pulang bawa pizza, nih," ujar kakak laki-lakinya sembari membuka pintu.

"Bang Gavin baru gajian ya?" tanya Luna dengan wajah penuh semangat.

"Iya nih. Sabtu depan mau ke mall gak? Pacar gue sekalian bawa adeknya nanti. Katanya seumuran sama lo," ajak Gavin sembari menaruh kotak pizza yang baru ia beli di atas meja.

"Bukannya adek pacar lo tinggal di Singapura?" tanya Luna heran.

"Udah pindah katanya, gatau juga gue," jawab Gavin, lalu menggigit sepotong pizza yang baru saja ia ambil.

"Oh, yaudah." Luna pun kembali masuk ke dalam kamarnya.

***

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro