P R O L O G

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

 
Ba-ca-nya pe-lan-pe-lan sa-ja ...

Kalutnya bertambah, padahal cemas yang kemarin belum tandas.
Lelaki bertubuh atletis itu menggulung lengan kemeja biru pirusnya sampai sebatas siku. Tangannya lalu bergerak memulas tengkuk dengan tatapan mata yang sulit dijabarkan. Kesal membaur dengan bingung yang memancar jelas di kedua mata cokelat almond-nya.

Laki-laki itu bingung. Ini sudah abad ke 20. Malah mau memasuki tahun 2023, kenapa masih saja direcoki tentang urusan dijodoh-jodohkan.

Umpatan tak luput ikut terlontar dari bibirnya yang merah alami disertai tanda cupit bow di sisi kanan-kirinya. Kalau tersenyum menampilkan kesan manis yang sangat khas. Sayangnya sosok ini sangat pelit menarik kedua sisi rahangnya untuk tersenyum - kecuali pada orang-orang tertentu.

Masih terngiang di kupingnya, kata-kata penuh penekanan dan sangat tegas yang terlontar dari mulut laki-laki tua dan paling disegani oleh si lelaki tiga puluh tiga tahun ini.

Rashad Mahawira Jusuf, namanya. Laki-laki berpostur tinggi tegap itu menggersah lagi saat benaknya menampilkan semua obrolannya bersama sang Opa. Jusuf Hadinata. Alih-alih mengaminkan, Rashad malah dicekam frustrasi sampai membuat otaknya terasa mendidih.

"Kalau kamu masih ingin menjadi pewaris tunggal keluarga Jusuf, maka turuti dan jalankan semua titah Opa tanpa banyak bantahan." Sebuah intimidasi yang membuat Rashad dipeluk rasa kalut. Nyalinya dhoif seketika kalau sudah berurusan dengan laki-laki tua yang dipanggil Opa.

Sebenarnya permintaan Opa tidak akan menjadi beban bagi Rashad. Andai saja dia mengantongi restu dari Jusuf Hadinata.
Laki-laki tua yang sangat dihormati itu hanya ingin Rashad yang berusia lebih dari tiga puluh tahun segera mengakhiri masa lajang. Bukan hal sulit seharusnya, mengingat Rashad sudah memiliki kekasih. Marsha Ravena. Gadis cantik, seorang selebgram yang telah dipacari selama hampir dua tahun olehnya. Kurang mujur gimana coba? Bisa mendapat pasangan secantik Marsha yang jadi rebutan banyak laki-laki di luar sana. 

Namun, permintaan sang Opa tidak masuk akal menurut Rashad. Jusuf Hadinata memberi ultimatum pada Rashad yang merupakan cucu tunggalnya, jika ingin menjadi pewaris bisnis beserta harta yang nanti ditinggalkan kelak, maka Rashad tidak boleh menikahi Marsha.

Bukan tanpa alasan Jusuf melarang Rashad menikahi Marsha. Menurut Jusuf Hadinata, Marsha adalah gadis yang terkenal dengan gaya hidupnya yang glamor cenderung hedonis. Kaum selebritis yang hidupnya high maintenance. Suka liburan dan belanja barang-barang mewah. Jusuf Hadinata tentu tak ingin cucunya bangkrut dengan cepat andai kelak beristrikan perempuan macam Marsha Ravena ini.

"Cari perempuan dari kalangan kita tapi yang sederhana serta tidak hobi menghambur-hamburkan uang. Sampai kapanpun Opa tidak akan merestui hubungan kamu dengan pacarmu itu! Kalau kamu tidak sanggup cari sendiri, biar Opa yang carikan calon istri buatmu nanti, Shad." Prolog Jusuf Hadinata masih berlanjut - seperti sebuah ceramah dadakan bagi Rashad.

Apa?
Memangnya cari calon istri segampang nyari rumput?

Rashad membatin frustrasi.

"Kenapa harus cari yang lain, saya yakin Marsha bisa berubah, Opa."

Argumen Rashad terbantahkan dengan gelengan Jusuf Hadinata.

Berengsek!
Umpatannya melompat lagi, tapi sebatas dalam hati. Mana mungkin Rashad berani mengumpat di depan Jusuf Hadinata. Sepatu Pakalolo Opa-nya bisa mendarat di kepala Rashad kalau itu terjadi.

Pribadinya yang mencerminkan sosok Scorpio sebenarnya tak suka diatur-atur. Namun dengan Jusuf Hadinata, Rashad tak punya pilihan lain. Menjadi anak manis dan penurut yang tidak pernah membangkang selama tiga puluh tahun sudah Rashad jalani. Sangat melukai harga dirinya, andaikan nanti dia tidak lolos menjadi pewaris tunggal keluarga Hadinata. Bukan hanya masalah harta warisan, tapi  Rashad lebih mencemaskan orang-orang yang akan meragukannya kalau sampai itu terjadi. Dan, Rashad tidak suka dipandang sebelah mata. Apalagi jika dibanding-bandingkan dengan satu nama yang Rashad sangat tak suka. Rafka Dirgantara.

"Ayolah Opa, kenapa dengan Marsha? Dia cantik, pendidikannya tinggi, dan tidak sembarangan laki-laki bisa dekat dengannya." Rashad masih berusaha meyakinkan sang Opa.

Jusuf Hadinata tertawa sinis, lantas menghela napas panjang disertai gelengan tegas atas kalimat sang cucu, "Tidak! Kamu saja yang terlalu dibutakan cinta, Shad. Kalau terlalu lama didiamkan, dia akan bawa pengaruh buruk buat kamu, Rashad. Opa sudah banyak dengar dari Rafka, kalau gadis itu pergaulannya kurang baik. Pokoknya Opa tidak setuju kamu berhubungan dengan dia "

Urat-urat di leher Rashad menonjol akibat menahan emosi yang ingin meledak. Kenapa di saat dia benar-benar telah mencintai Marsha sepenuh hati, ada saja kerikil tajam yang menghadang langkahnya?

Jusuf Hadinata kembali melontarkan kalimat, "Belajarlah dari Rafka. Anak itu tidak pernah membantah apapun ucapan orangtuanya. Lihat saja, kekayaan kakek dan papanya, tapi dia mau jadi pegawai rendahan di perusahaan milik Opa. Di bawah kepemimpinanmu malah."

Rashad menunduk pasrah. Sesuatu yang tak kasat mata diam-diam merangsek - memukul telak dadanya sampai menimbulkan rasa nyeri. Dari dulu dia paling benci jika Opa-nya sudah menyangkut-pautkan dengan nama Rafka. Laki-laki berengsek satu itu, selalu membuatnya terlihat tidak berharga di mata sang Opa.

Sumpah, Rashad paling tidak suka dibandingkan seperti ini. Apalagi dengan Rafka. Laki-laki yang genap berusia 28 tahun itu ibarat dua sisi mata uang baginya. Satu sisi kadang membuat Rashad bersyukur - karena merasa memiliki saudara. Sisi lainnya dia merasa Rafka ancaman yang siap kapan saja menusuk dari belakang.

Kembali lagi ke topik Marsha. Rashad sungguh enggan sekali memulai hubungan baru lagi. Memulai ikatan baru berarti adabtasi baru. Itu buang-buang waktu, kan? Dengan Marsha, dia bersyukur asmaranya terjalin awet sampai di tahun kedua. Padahal sebelum itu dengan mantan-mantannya Rashad tak pernah bertahan lebih dari empat bulan. Bukan Rashad yang bertingkah, tapi kebanyakan para mantannya yang kurang ajar. Sudah diberikan perhatian dan cinta sepenuh hati, dituruti setiap kemauannya, tapi rata-rata mereka main belakang, dengan alasan Rashad yang terlalu sibuk. Kurang perhatian dengan pacar.

___

Rasa sumpek yang membumbung di kepala Rashad bertambah volumenya saat meninjau hasil kerja tim kreatif untuk iklan salah satu klien. Rashad meraih gagang telepon dengan agak kasar, lantas mendialnya dengan terburu-buru. Telepon segera tersambung ke meja sekretarisnya. Sebagai Direktur Kreatif tugasnya adalah meninjau setiap konsep yang telah dirancang anak buahnya sebelum nanti akan dipresentasikan di depan klien.

"Nilam tolong sambungkan ke bagian kreatif," titahnya pada sang sekretaris. Tidak berselang lama pintu ruangannya diketuk dibarengi suara permisi meminta izin masuk.

Rashad segera menitahkan masuk. Sepasang bola mata miliknya yang berwarna cokelat almond langsung menajam saat memindai sosok gadis yang berdiri di seberang meja kerjanya. Si pemilik tubuh mungil itu menatap intens ke arahnya. Rashad sedikit terdistrak melihat penampilan si anak kreatif ini. Kenapa dia baru sadar kalau ada anak buahnya yang berpenampilan tertutup mengenakan hijab.

"Iya Pak, ada yang bisa saya bantu?" Rashad kembali fokus. Pertanyaan dari si anak kreatif seketika mendapat hadiah lemparan berkas ke atas meja.

"Apa ini?!" Mata Rashad terpancang bergantian pada berkas yang dia lempar serta sepasang iris lawan bicaranya. "Kenapa konsep sampah seperti ini bisa masuk ke meja saya?!"
Cecarnya meradang. Sudah emosi oleh permintaan sang Opa, ditambah emosi oleh hasil kerja si ajak buah. Situasi yang dianggap pas bagi Rashad untuk meluapkan rasa kesal.  Si anak kreatif yang memakai setelan celana kulot putih dan tunik sage green itu bibitnya bergerak akan mengakan sesuatu.

"Ma-maaf Pak, tapi itu sesuai dengan konsep yang dimau klien, sudah sesuai dengan draft kasar dari divisi planner. Coba Bapak review seka---"

"Yakin kamu? Konsep yang kamu sodorkan ini mampu menarik klien serta bisa kasih stimuli aktif buat audience?!"

"Saya sudah ris---"

"Jangan kembali ke sini sebelum membawa revisian secepatnya. Saya enggak akan approve konsep sampah semacam ini. Keluar kamu!" Rashad memotong ucapan si anak kreatif.

Si anak kreatif belum selesai bicara tapi Rashad terus memotong kalimatnya. Dia terlihat berdecak pelan.

"Saya ngomong dipotong terus Pak? Boleh, enggak, kalau saya jelaskan dulu mengenai konsep yang saya aplikasikan kali ini?" katanya tanpa gentar di depan Rashad.

Rashad mengangkat wajah. Seumur-umur menjabat sebagai Direktur Kreatif di kantor ini, belum pernah ada anak buahnya yang berani membantah ucapannya seperti gadis berpashmina sage green ini. Anak-anak yang lain kalau sudah ditolak atau disuruh keluar, pasti langsung ngacir tanpa berani kasih interupsi lagi.

"Tidak perlu dijabarkan. Saya sudah bisa membaca konsep sampah yang  kamu sodorkan. Datar dan enggak ada sesuatu yang menarik."

Decakan kembali melompat dari bibir merah alami berlapis lipglose peach milik si anak kreatif. Sepasang iris cokelat terangnya menatap mata Rashad.

"Bapak jangan memandang rendah gitu dong. Setiap orang berhak dapat kesempatan, kan?!" ujar sang karyawan defensif.

Embusan napas melompat dari mulut Rashad. Dia mengacak rambut. Kesal membaur dengan kalut menghadapi staf kreatif yang bebal satu ini. Dia meraih kembali map berisi konsep desain yang tadi dilempar ke meja. Rashad lantas membolak-balik tanpa berkata apapun. Satu hal yang menarik atensinya. Nama di pojok atas:  Tsabita Swastamita.
Lelaki itu mengejanya dalam hati. Tatapan Rashad kembali pada sang gadis.  

"Kamu punya kesempatan dua menit untuk menjabarkan ide-ide basi kamu ini!"

Si anak kreatif mengangguk patuh. Dengan sigap dan cergas dia jabarkan mengenai konsep yang diaplikasikan pada produk klien kali ini.

Rashad memperhatikan. Meski agak terbata dan kadang salah ucap saat  bicara, tapi gadis itu lumayan percaya diri menyampaikan ide-idenya.

"Kalau konsep ini gagal, konsekuensi apa yang pantas buat kamu?"

Si anak kreatif refleks menengadah. Sepersekian detik matanya terkunci dengan tatapan Rashad, lalu berujar lantang, "Saya bersedia mengundurkan diri, atau dipecat sekalian kalau konsep saya gagal menarik minat klien, Pak."
Tapi boong, Pak! Yakali saya bersedia dipecat dan jauh dari ... Kak Rafka.

____

Happy New Year 🎉🎉🎉

Panjang ya prolog-nya. Ahahaa
Jangan lupa vote- komen ya. Habis ini bab 1 meluncur .

Semoga inisial 'R' yang ini enggak meresahkan, ya. 😂

Lup& Calangeyo
Chan ❤️

01-01-23
1512

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro