1. Insiden

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng


Elbayu menggeliat pelan. Matanya perlahan terbuka saat merasakan silau oleh sinar lampu yang menimpa retinanya. Dia belum sepenuhnya sadar dengan keadaan sekitar. Masih berusaha mengumpulkan nyawa seraya meraba-raba ke sisi sebelahnya. Lelaki bertubuh atletis itu seketika tergagap bangun saat salah satu tangannya menyentuh sesuatu yang dirasa janggal. Irisnya menyisir sekitar dan berhenti tepat di samping, memperhatikan punggung mulus yang terekspose pemandangan akibat selimut yang dipakai sedikit melorot.

Elbayu lantas menggeleng, tidak percaya dengan hal ganjil yang tersaji. Laki-laki itu lantas menepuk-nepuk kepalanya sendiri, berharap semua hanya mimpi dan dia akan cepat tersadar, tapi, sejurus umpatan menggema di dalam hati, saat menyadari tindakannya yang sangat ceroboh serta melewati batas.

"Enggak mungkin ...," ucapnya berulangkali masih enggan percaya.

Ingatan Elbayu refleks terbang menjelajah kejadian semalam sebelum dia berada di ruangan 4×4 meter persegi ini.

Usai dinner yang gagal total.
Apartemen Jonathan. Tempat yang melintas pertama kali di benak Elbayu adalah hunian teman dekatnya tersebut. Usai misi melamar Mikha berakhir dengan penolakan perempuan itu, Elbayu tidak lantas mengendari mobilnya menuju rumah, tapi membelokkan tujuan ke tempat Jonathan.

Wajah kuyu dan langkah lemah, cukup menggambarkan jika pertemuan yang telah dirancang oleh laki-laki 31 tahun itu berakhir dengan kegagalan, dan Jonathan Prawira Lazuardi yang polahnya sebelas dua belas dengan Elbayu gampang sekali menebak jika teman baiknya itu tengah menghadapi situasi rumit. Elbayu kembali merasai patah hati.

Satu tepukan melayang di bahu Elbayu dari Jonathan sebagai dukungan sesama laki-laki dewasa.

"Lo masih mending, belum sejauh gue sama Jani." Malah adu nasib. Cara Jonathan mentransfer afirmasi pada Elbayu. "Gue udah tunangan sama Jani, udah fitting baju segala macam, tapi semuanya gagal total. Jani ninggalin gue." Sambung Jonathan mengingatkan Elbayu pada peristiwa getir yang pernah dirasakan temannya itu.

Elbayu membuang napas berat. Hanya melirik pada Jo, tanpa mau repot membalas ucapan temannya. Beda kasus. Dilihat dari sisi mana pun, Jo memang salah dan pantas menuai kegetiran akibat ulahnya sendiri. Jika dulu Jonathan ditinggalkan Jani - mantan tunangannya, itu sangat wajar menurut Elbayu. Jo, ketahuan memiliki putra dengan selebgram lokal dan menyembunyikan semuanya dari Janitra. Temannya itu tidak jujur pada Jani jika dia pernah terlibat hubungan dengan gadis lain, bahkan sampai di luar batas adat ketimuran.

"Gue paham perasaan Lo, Bay! Mungkin ini yang terbaik buat Lo dan Mikha." Tandas Jonathan, menguatkan.

Elbayu mengangguk pasrah. Apa lagi memang yang bisa dia lakukan selain pasrah menerima kenyataan jika hubungan spesialnya bersama Mikhayla telah kandas?

Nangis-nangis meratap dan minta balikan pada Mikha? Ah! Elbayu bukan abege kemarin sore yang baru merasakan jatuh cinta. Hal norak semacam itu tidak akan dia lakukan. Melihat Mikha melenggang pergi tanpa dosa saja Elbayu memilih bungkam daripada susah-susah harus mengejar mantannya tersebut.

"Gue buka table ntar malam, Lo harus ikut Bay, Lo butuh hiburan." Jonathan berkata lagi seraya menatap Elbayu dengan seksama. "Terserah deh, Lo mau ngapain di sana nanti, yang penting ikut aja dulu. Kalau pun Lo enggak ikutan minum atau turun, minimal duduk-duduk aja cari angin segar." Lagi, Jonathan mengultimatum. Elbayu masih bergeming mendengarnya.

Sudah bukan rahasia lagi di kalangan pebisnis atau rekan sejawat Elbayu jika hiburan malam adalah destinasi yang wajib dikunjungi setiap weekend. Terutama bagi mereka yang pikirannya sedang ruwet didera lelah oleh aktivitas pekerjaan, atau seperti mengalami hal menyakitkan seperti Elbayu saat ini.

Tetapi Elbayu tidak setuju dengan statement Jonathan. Selain besar dengan didikan adat timur yang kental, juga ajaran agama yang kuat di lingkup keluarganya, bagi Elbayu dunia malam sejatinya hanya pelarian, bukan hiburan. Hampa akan kembali merongrong setelahnya. Bukan penyembuh dari luka, hanya sebatas fatamorgana oleh gegap gempita.

"Lo kudu ikut, Bay." Jonathan beranjak dari duduk. Lelaki itu melenggang ke kamar, lantas kembali ke ruang tamu dengan sesuatu di tangan. "Nih, ganti baju Lo, Bay!" Titahnya seraya mengangsurkan Hoodie pada Elbayu.

Kedua alis Elbayu berkumpul di tengah, heran dengan polah Jonathan.

"Gue ada dating malam ini, cewe kiriman bokap, katanya, sih, anak rekan bisnisnya." Jonathan yang paham dengan lirikan Elbayu segera merespons. "Maksudnya gue minta tolong sekalian Lo temui dia, pura-pura jadi gue aja. Siapa tahu cocok, bisa lanjut, Bay." Pengimbuhan yang mereaksi Elbayu.

"Lo gila, Jo! Gue baru putus," semprot Elbayu.

Jonathan mengangkat kedua bahu. "Why? Enggak masalah, kan? Cuma ketemuan, Bro, ngobrol dan kenalan. Ya, siapa tahu aja Lo bisa cepet move on dari Mikha."

Elbayu tidak menjawab. Pikirannya sedang ruwet, malas berdebat hal tidak penting yang akan menambah berat kepalanya.

"Oke, gue ikut. Tapi gue enggak ikutan minum atau turun." Putus Elbayu akhirnya. Jonathan bertepuk tangan, merasa senang tawarannya bersambut baik.

Sebuah night club yang sering didatangi Jo dan teman-temannya. Meski Elbayu terbilang cukup dekat berteman dengan Jonathan, tapi bisa dihitung dengan jari keikutsertaannya di tempat hiburan malam semacam ini.

Atmosfer bising langsung menyambut saat Elbayu dan Jonathan melangkah menyusuri lantai klub menuju meja yang telah dipesan. Gegap gempita suara musik terekam memekakkan telinga. Belum lagi aroma alkohol dan pemandangan yang membikin sakit mata dari para wanita dengan pakaian minim bahan berseliweran di hampir setiap sudut.

"Lo di sini, Bay!" Titah Jonathan meninggalkan Elbayu di salah meja yang kosong. "Bentar lagi dia sampai sini. Namanya Clara," imbuh Jo menspoiler. Elbayu hanya menanggapi dengan anggukan dua kali.

"Mau gue pesenin tequila atau koktail?" Tawar Jo, menyebut salah satu jenis minuman yang mengandung alkohol cukup tinggi.

"No, thanks. Air mineral aja, Jo." Jonathan manggut-manggut, sejurus meninggalkan Elbayu menuju bar untuk memesan.

Mata Elbayu mengedar ke segala penjuru ruang tempatnya berpijak. Irisnya merekam polah Jonathan yang sedang duduk di depan bar - menyaksikan pramutama yang dengan lihai dan cekatan meramu minuman untuk para tamu. Jonathan mengangsurkan kartu yang baru dia keluarkan dari dompet. Elbayu hanya geleng-geleng kepala menyaksikan hobi temannya satu itu.

Seorang pelayan datang menyambangi meja Elbayu seraya membawa pesanannya berupa snack dan air mineral. Jeda sebentar, sosok asing datang menghampiri meja Elbayu.

"Clara ...." Suaranya nyaris tidak terdengar di tempat yang penuh dengan alunan musik kencang ini. Elbayu menengadah, menatap sosok gadis yang berdiri tepat di hadapannya seraya mengulurkan tangan. Dia tidak lantas menyambut, tapi sepasang iris Elbayu menekuri gadis itu dengan seksama.

Tingginya berkisar 158 cm - sepasang dengan adik bungsunya, Tsabita. Kulitnya bersih, wajahnya nampak cantik meski di bawah cahaya remang-remang ruangan kedap udara ini. Rambutnya panjang sepunggung dibiarkan tergerai.

"Bay-- Jo," sahut Elbayu singkat - masih mengamati sosok bernama Clara tersebut. Hampir saja dia keceplosan menyebut namanya sendiri. Lupa jika sedang berpura-pura menjadi Jonathan.

Dalam balutan dress putih selutut, gestur Clara yang duduk di seberang meja terekam tidak nyaman. Gadis itu terus menunduk tanpa menatap mata Elbayu saat berbicara. "Santai saja, Clara," ujar Elbayu. Memperhatikan gestur dan penampilan Clara, entah kenapa Elbayu jadi kepikiran jika gadis di seberangnya itu tidak seperti yang Jonathan ceritakan. Glamour dan sok jual mahal? Kesan itu malah tidak nampak sedikitpun dari Clara.

"Mau saya pesankan minum?" Tawar Elbayu. Clara mengangguk samar. "Sorry, saya tidak tahu favorit kamu? Jack Rose? Margarita? Martini, Bourbon, atau ....?" Elbayu mengabsen beberapa varian minuman yang dia tahu.

Clara nampak kebingungan. Gadis itu melirik permukaan meja lalu menunjuk botol mineral milik Elbayu.

"Aku mau itu aja," ujar Clara.

Elbayu mengangguk, lantas melangkah ke bar, mengambilkan request Clara.

"Clara, si Queen of party." Itu adalah kata-kata Jonathan saat memberitahu Elbayu tentang gadis yang akan dia temui malam ini. Tetapi menilik penampilan dan juga polah Clara malam ini, membuatnya sangsi jika Clara seperti pengakuan Jo, seorang ratu pesta. Tidak ada antusias atau gestur yang menunjukkan jika Clara hobi berpesta di tempat semacam ini.

__

Slide demi slide kejadian semalam berputar cepat di dalam otak Elbayu. Seperti kaset kusut yang membuat kepalanya terasa berat dan pening.

Elbayu mengatur napasnya yang kacau lantas memungut pakaian yang berserak sembarangan di lantai. Dengan gerakan cepat lelaki itu memakai semua atribut pakaian miliknya. Usapan kasar di wajah menunjukkan betapa kalut dan kacaunya situasi yang dihadapi Elbayu kini.

"Saya-" bibirnya baru akan mengeluarkan suara tapi sosok di sebelahnya memberi interupsi.

"Enggak usah minta maaf, ini salahku juga. Bukan cuma kamu yang andil bersalah dalam keadaan kita sekarang, aku enggak akan nuntut tanggung jawab apa pun dari kamu, " potongnya cepat membuat Elbayu terhenyak kaget. Tadinya dia sempat mengira kalau sosok gadis yang ada di sebelahnya itu akan menangis, atau malah mengamuk atas insiden yang terjadi semalam. Nyatanya gadis berambut sepunggung itu malah santai menghadapi situasi rumit ini.

"Kalau kamu mau pergi, silakan." Gadis itu berkata lagi tanpa menatap Elbayu sedikit pun.

Elbayu mengeluarkan kartu dari dompet. Pikirannya sedang kacau, membuatnya buntu harus bertindak apa? Sepertinya pergi dari tempat ini secepatnya adalah pilihan terbaik untuk saat ini. Dia butuh mendinginkan kepala sejenak.

"Di sini ada nomor telepon saya, kalau ada apa-apa tolong hubungi saya." Dia meninggalkan kartu itu tepat di sisi Clara. Bagaimanapun Elbayu bukan laki-laki pecundang yang hobi lari dari tanggung jawab. Meski tidak berharap ada hal terduga terjadi --- pasalnya semalam, dia dan Clara tidak memakai pengaman. Peluang adanya pembuahan bisa saja terjadi, kan? Memiliki anak jalur One Night Stand? Hah! Elbayu pasti sudah gila. Dulu menggebu sekali mencecar tindakan ceroboh Jonathan bersama Marsha. Lantas sekarang apa yang dilakukan dirinya sendiri?

____










Hmm, kalau begini apa iya, Abang El masih berjodoh sama Rara?

Kalau lupa siapa Jonathan, bisa dibuka lagi novel Ephemeral-nya. 🌚

15-08-23
1463

Calangeyo
Chan 💜

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro