2. Apology

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng


Happy baca 💜
Sorry for typo
.
.
.

Tiga bulan bukan waktu singkat bagi Elbayu. Selama itu juga dia menetap di negeri  seberang yang mendapat julukan negeri kanguru. Berdalih ingin mengambil studi S2, nyatanya semua wacana Elbayu gagal total. Pikirannya tidak tenang, fokusnya terpecah. Ditambah teror mama Rembulan yang terus-terusan memintanya untuk pulang, menambah bimbang perasaan Elbayu. Menimbang dan berpikir ulang, akhirnya hari ini Elbayu kembali ke tanah air atas menuruti permintaan sang mama.

Wacana untuk kembali mengambil S2 di negeri kanguru kandas karena pikirannya keburu carut marut.

Tekanan dari peristiwa tiga bulan lalu mengikis habis semangat Elbayu. Lelaki itu tidak bisa berhenti memikirkan bagaimana dan apa yang akan terjadi pada Hawa usai tragedi malam itu?

Apa perempuan itu baik-baik saja? Tidak ada perubahan yang terjadi pada dia, kan? Maksud Elbayu, sedikit banyak dia memahami jika laki-laki telah melakukan hubungan intim dengan seorang perempuan, apalagi tanpa memakai pengaman, besar kemungkinan akan terjadi pembuahan. Terkaan itu terus menghantui pikiran Elbayu sampai detik ini.

Hawa. Iya, ternyata gadis yang menghabiskan malam dengannya kala itu bukan bernama Clara. Dia mengakui di detik sebelum Elbayu melangkah pergi.

"Aku bukan Clara." Singkat dan tanpa basa-basi, tapi cukup membuat Elbayu termangu tidak percaya. Refleksnya adalah menggeleng beberapa kali menanggapi pengakuan gadis yang dia kenal dengan nama 'Clara' itu.

Hawa meraih clutch hitam miliknya di atas nakas. Tangannya cekatan mengeluarkan dompet dan menarik selembar kartu identitas, lantas mengulurkan pada Elbayu.

Hawa Azzura. Bibir Elbayu mengeja nama yang tertera di atas kartu identitas seraya matanya memutar pandangan pada sang gadis.

"Saya enggak paham maksud dari semua ini?!" Elbayu mendadak didera frustrasi. Tidak ada percakapan lagi setelahnya. Beberapa kali lelaki jangkung itu bertanya tapi Hawa tetap  membisu.  Elbayu melenggang pergi membawa banyak pertanyaan di benak. Kenapa dan ada apa sebenarnya? Jika gadis itu bukan Clara, berarti sama sepertinya yang berpura-pura sebagai Jonathan. Lantas apa tujuan Hawa melakukan semuanya? Elbayu bahkan belum sempat mengakui jika dia bukan Jonathan yang asli.

__

"Pakde, kok melamun telus sih?" Suara itu berasal dari Alaya, keponakan Elbayu - mendistrak angannya dari lamunan tentang kejadian tiga bulan lalu.

Elbayu tersenyum tipis. Si cerewet Alaya menekan-nekan lengannya karena merasa diabaikan.

"Alaya, please, no pakde, just call me Uncle El, oke?" Canda Elbayu pura-pura tidak terima dengan panggilan si kecil Alaya.

"Pakde Bayu," sahut Alaya lantas terkikik puas menyaksikan wajah Om-nya cemberut.

"Abang El kenapa? Jet lag?" Tsabita - adik bungsu Elbayu menukas dari bangku depan. Rombongan yang terdiri dari Elbayu, Tsabita, Rashad adik iparnya serta Alaya baru saja melewati perjalanan udara setelah meninggalkan Aussie dan tiba kembali di kota Surabaya.

Elbayu menggeleng. "Enggaklah. Gue udah biasa bolak-balik, mana ada jet lag segala, Ta."

"Tapi diem aja dari tadi." Protes Tsabita. "Kasihan loh, Alaya ngomong dicuekin," imbuhnya menoleh sang kakak.

Elbayu memutar tubuh, agak miring menghadap Alaya. "Maaf ya, Alay, tadi Uncle lagi enggak fokus."

"Abang ini kebiasaan banget, nama cakep-cakep jangan disingkat dong!" Tsabita protes lagi. Bukan Elbayu memang kalau tidak jail, pada Tsabita atau pun Alaya, tetap usilnya dalam taraf seenaknya.

Saat bercanda bersama orang-orang terdekat, mungkin Elbayu bisa sedikit merasa rileks, tapi ketika sendirian, pikirannya dipenuhi dengan over thinking berlebih. Tiga bulan berlalu begitu saja. Time Flies, seakan waktu berjalan sangat cepat. Harusnya Elbayu sudah mendaftar di salah satu universitas bergengsi di Aussie untuk program S2-nya, tetapi semuanya berjalan kacau tidak sesuai wacana. Dari sebulan lalu Rembulan - mamanya rajin melakukan panggilan via telepon maupun video call. Bukan tanpa sebab, tapi memang ada udang di balik batu, seperti dugaan Elbayu.

"Pulanglah, Nak. Ngapain sih jauh di sana, Abang enggak perlu ambil S2 tapi bisnisnya ditinggal gitu aja." Kalimat mamanya memang lembut, bahkan setengah serak - seperti ingin menangis saat berkata-kata. "Ada Rara lho di sini, sebentar lagi mau masuk kuliah." Pengimbuhan yang membuat dahi Elbayu berkernyit dalam. Apa hubungan Rara dengannya? Perasaan Elbayu mendadak jadi tak enak.

"Masih ingat Rara, kan? Anaknya Om Marto, sepupu jauhnya papa yang di Semarang." Mamanya masih nyerocos.
Elbayu mendengar sembari manggut-manggut sendiri kala itu.

"Terus, hubungannya sama El, apa, Ma?" Elbayu tidak tahan untuk bertanya.

"Kebetulan kamu udah putus sama Mikha, jadi maksud-"

"No, Mama. El enggak mau ya, ada acara jodoh-jodohan segala. Rara masih piyik Mama, astaga." Elbayu menggeram frustrasi. "Kasih ke Mas Saga aja tuh, udah ready, siap lahir batin buat berumahtangga," imbuhnya.

"Mas Saga sudah punya pilihan sendiri, Bayu. Lagian mama bukan mau jodoh-jodohin, dengerin dulu omongan mama. Kamu sama Rara, kan, lumayan dekat dari kecil-"

"Dekat dari mananya, Ma? Ketemu aja jarang, palingan pas ada acara keluarga atau pas lagi lebaran." Protes Elbayu.

"Pokoknya pulang saja dulu lah, Bay. Mama enggak mau dibantah kali ini. Selama ini mama udah banyak kasih kelonggaran sama kamu loh, Bay. Mama selalu mendukung semua maunya Bayu, meski harus berhadapan sama papa." Rembulan hapal sifat anak-anaknya satu persatu. Dari tiga bersaudara, memang Elbayu yang dianggap paling nyeleneh sejak kecil. Meski begitu cinta platonik yang terjalin antara Rembulan dan para putra-putrinya bisa membawa ketiganya pada pilihan hidup terbaik versi mereka masing-masing.

Dibanding si sulung yang tegas tapi kalem, Elbayu si tengah tegasnya menyertakan tindakan keras. Elbayu tidak akan segan memukul atau membalas jika ada yang mengusiknya.

Jika si sulung Sagara Dhaniswara tipe penurut yang tidak banyak protes dengan arahan papanya, lain halnya dengan Elbayu Dhanunendra, si tengah yang selalu punya seribu cara untuk merealisasikan pemikiran ajaibnya.

Itu juga yang membuat Elbayu enggan menjadi penerus papanya menduduki kursi hirarki pewaris perusahaan rintisan keluarganya. Alih-alih menerima tawaran papanya untuk turut mengembangkan bisnis keluarga, Elbayu memilih mengembang bisnis dengan ide dan pemikirannya sendiri.

Terlalu larut dalam lamunan tidak terasa mobil yang dikemudikan Rashad - adik iparnya sampai di pelataran rumah kediaman orangtua Elbayu.

"Udah sampai, ngelamun melulu Abang!" Cibir Bita melangkah keluar disusul Alaya dan suaminya.

Elbayu masih bergeming, otaknya sibuk merangkai banyak kalimat saat bersemuka dengan mamanya nanti. Dari jauh hari Elbayu telah membayangkan, pasti betapa kecewanya sang mama saat Yanu semua masalah yang menderanya kini. Semakin dipikirkan semakin membuatnya dijerat rasa bersalah mendalam. Apalagi kalau sampai menyaksikan mamanya menjatuhkan airmata karena ulahnya. Ah! Rasanya Elbayu seperti orang gila. Bagaimana nanti dia akan menjelaskan duduk perkara pada kedua orangtuanya? Diamnya tidak akan kekal, ibarat menyimpan bangkai di lemari, cepat atau lambat pasti akan tercium juga baunya. Demi Tuhan bukan ini yang Elbayu inginkan, mencoreng arang di muka papa dan mamanya. Kalau saja waktu bisa diputar ulang, dia akan tegas menolak ajakan Jonathan kala itu. Sayangnya waktu yang telah terlewati tidak bisa direvisi kembali.
Lantas, bagaimana caranya dia untuk meminta maaf dan menebus semua kesalahannya nanti?

____







Terima kasih banyak yang udah berkenan vote dan komen.

Calangeyo 💜

20-08-23







Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro