ES ~ Bab. 2 - Bingkai Kicauan Si Biru

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

oleh crankie-

e-


Seorang lelaki duduk di atap rumah untuk menyaksikan rembulan yang menyirami bumi dengan sinar indahnya. Dua bola matanya berbinar-binar tanpa pertanda. Tiga detik berlalu, wajah kakunya itu langsung melukiskan senyum tipis tiada kentara. Memorinya bergerak mundur menuju sebuah peristiwa yang berharga. Spontan, tangan lelaki itu bergerak cepat meraih ponsel yang bersembunyi malu di balik saku celana. Ibu jarinya sigap mengusap-usap layar milik sang kotak bercahaya.

Dapat.

Ia berhasil menemukan tangkapan layar yang mengawali peristiwa ini. Sebuah topik yang saat itu sedang ramai diperbincangkan oleh khayalak pengguna sebuah aplikasi. Ia ingat bagaimana rasa penasaran—yang dilandasi kebosanan—memenuhi dirinya hingga membuka hal yang menggemparkan situasi. Namun, inti dari pembicaraan itu tidak langsung menunjukkan eksistensi. Ada banyak cuitan-cuitan aneh yang hanya memanfaatkan kondisi.

Ditelisik lebih jauh, akhirnya ia berhasil menemukan akar dari hal semuanya. Namun, lelaki itu tidak paham maksud dari cuitan itu seperti apa. Alhasil penelusurannya berlanjut menuju akun yang tertera. Sinyal malam itu sedikit lambat, membuatnya harus menunggu agak lama. Detik ketiga, tidak terjadi apa-apa. Detik kelima, tanda memuat menjadi ada. Sepuluh detik setelahnya, profil akun tersebut akhirnya terpampang nyata.

Bibir lelaki itu ternganga untuk sepersekian detik ketika melihat jumlah akun yang mengikuti. Pasalnya, 270 ribu adalah angka fantastis untuk sebuah akun yang berkecimpung di dunia literasi. Tentu tubuhnya merasakan gairah pada dalam diri. Sejak kecil, literasi adalah hal yang tidak pernah bosan ia tekuni. Ayahnya pernah berkata, "Tutur bahasamu secara tidak langsung menunjukkan kapabilitasmu sebagai pribadi."

Lelaki berkacamata itu lantas mengusap layar ke atas untuk mengetahui informasi—selain kapan perekrutan member ditutup—mengenai perekrutan yang diadakan. Banyak sekali postingan-postingan interaksi antara akun ini dengan para pendaftar, membuatnya sedikit sulit menyelesaikan pencarian. Beberapa menit kemudian, ia akhirnya mendapatkan apa yang sedari tadi diperjuangkan. Syarat yang diberikan terbilang mudah, begitu pula dengan bagaimana cara mendaftarkan. Segera ia melaksanakan semua yang diperintahkan.

Selesai. Lelaki yang menggunakan nama Mr. Disney itu sudah mengirimkan bukti tangkapan layar seperti yang diperintahkan, sekarang saatnya untuk menanti. Namun, ia tidak dapat menunggu dengan damai. Perasaannya gundah tiap kali memeriksa pesan yang dikirimkannya tadi. Padahal di lubuk hati terkecil, ia tahu kalau mereka sedang disibukkan registrasi.

Sampai masa pendaftaran ditutup hingga pengumuman mereka yang lulus seleksi awal, Mr. Disney masih tidak juga mendapat balasan. Akhirnya ia kembali mengirimkan sebuah pesan dengan pertanyaan—yang tiada sangka dapat cepat mendapat balasan.

Tak lama setelahnya, Mr. Disney diundang ke dalam sebuah grup obrolan para peserta yang lulus di tahap pertama. Sembari membaringkan tubuh di atas matras, ia memejamkan matanya dan tersenyum bangga. Setidaknya satu pintu telah terbuka, jadi tinggal melewati beberapa yang tersisa. Mr. Disney lantas membuka grup obrolan yang baru saja ia terima.

Waktu berlalu begitu cepat. Hari yang dinanti pun tiba tanpa terlambat. Usai mengerjakan tugas yang terus merambat, Mr. Disney segera membuka aplikasi burung biru untuk mendapat info perihal kelanjutan prasyarat. Obrolan grup sudah menyentuh angka maksimal yang mampu didapat. Ini berarti seleksi selanjutnya sudah diberikan mandat.

Sebuah paragraf bertema manusia, ya?

Paradigma Mr. Disney langsung berlarian untuk mencari ide yang ada. Ia juga melihat ke dalam ruang obrolan grup yang sudah tidak kondusif sebagai upaya berjuang sama-sama.Tampaknya, tersisa Mr. Disney yang belum memperkenalkan dirinya. Ia pun mengetik sebuah kalimat singkat dan apa adanya.

Tak mengharap balasan, ia langsung kembali memusatkan fokus pada bagaimana akan merangkai paragraf. Namun, semakin diupayakan, ide tersebut kian menguap. Mr. Disney pun memutuskan untuk mengerjakan hal yang lain dengan terus berharap ada ide yang hinggap.

Agustussudah menapaki angka ke dua puluhnya dan Mr. Disney masih saja berguling-gulingmalas di atas kasurnya yang tercinta. Begitulah dia. Ketika malas merajalela,maka tidak 

akan ada yang mampu mengubahnya. Saat itu ia duduk di hadapan laptop sembari mendengarkan dosen yang berbicara seperti pewarta. Matakuliah Filsafat dan Logika saat ini sedang membicarakan tentang manusia dengan menggunakan teori kepribadian seorang filsuf ternama, Carl Gustav Jung, penulis buku berjudul Persona. Dari sanalah ide yang selama ini didamba-damba datang seperti hamba.

Padanan itu berhasil terbentuk pada detik-detik sebelum tenggat waktu habis. Mr. Disney menghela napasnya yang tanpa sadar kian menipis. Setelah melihat ruang obrolan, ia mendapati informasi baru perihal kapan pengumuman akan dirilis.

Tiga puluh Agustus ditetapkan menjadi saksi. Mr. Disney tidak begitu acuh kali ini. Ia berusaha untuk abai dengan segala kemungkinan yang bisa terjadi.

Tetes hujan tiba-tiba menggelitik. Pemilik akun di balik nama Mr. Disney itu harus memberhentikan dulu kegiatannya memutar ulang kenangan akibat hujan yang turun dengan cantik melalui rintik. Buru-buru ia masuk ke dalam rumah sebelum makin deras dan berisik.

Suara hujan menguar malu-malu menjadikan syahdu malam yang dirasa kelabu. Hal itu membuat Mr. Disney kembali larut dalam tayangan ulang mengenai bagaimana ia menemukan kawan yang baru.

Pada hari pengumuman, nama Mr. Disney tercantum dalam daftar peserta yang dinyatakan resmi bergabung. Hanya ada 26 orang yang berhasil melewati seleksi tanpa tersandung. Mereka dipindahkan ke ruang obrolan yang lebih resmi untuk berlindung. Malam nanti, akan ada pengarahan dan pembagian kelompok bagi anggota yang baru bergabung.

Ketika waktu yang ditentukan tiba, Mr. Disney langsung membuka beranda seperti yang diminta. Di sana, ia melihat ada empat pembagian yang di dalamnya berisikan kurang lebih tujuh anggota. Mr. Disney mendapatkan kelompok Bleue Maison bersama enam orang dan seorang penjaga.

Dalam waktu satu minggu, Mr. Disney berkenalan dengan enam kepribadian yang baru—selain seorang pengawas dan penjaga yang juga termasuk di dalam grup—untuk memudahkan komunikasi. Ia berusaha mengenal mereka melalui paragraf-paragraf yang kemarin mereka ciptakan untuk seleksi. Tampaknya, kelompok ini tercipta dari berbagai macam pribadi.

Diskusi awal memiliki kesimpulan bahwa Mr. Disney menjadi ketua dari kelompok ini. Didampingi dua wakil, ia merasa senang bisa belajar bersama dengan penuh harmoni.

Kebersamaan itu harus melewati sebuah duka tatkala satu dari mereka memutuskan untuk meninggalkan. Namun, ikatan antara Mr. Disney dengan anggota kelompoknya semakin kuat dirasakan. Bahkan tak lama setelah itu, mereka berhasil memenangkan permainan antarkelompok yang menyenangkan.

Pergantian penjaga sedikit mengejutkan seluruh kelompok Bleue Maison. Tugas Ly digantikan oleh dua penjaga baru.

Setelah transisi itu, semua terjadi begitu cepat dan tiba-tiba. Pengacakan anggota membuat Mr. Disney pindah menuju Noire Maison tanpa anggota dari kelompok sebelumnya. Tidak ada lagi waktu untuk mengenal mereka dalam waktu yang lama. Semua harus dilakukan dengan segera, sebab ada tugas yang menanti mereka.

Usai tugas dilaksanakan, mereka melakukan panggilan video melalui aplikasi biru yang lain. Di sana mereka berbincang, berkenalan, dan bercanda ringan.

Waktu begitu terburu-buru ketika sudah merasa padu. Tantangan terakhir dari permainan kelompok ini akan segera hadir memburu. Suasana ini pasti akan dijadikan sebagai alasan untuk merindu. Namun, itu tidak berarti semuanya harus membiru.

Mr. Disney kembali hadir ke dunia nyata. Sudah cukup waktu baginya untuk bernostalgia. Semua kenangan indah itu akan selamanya tersimpan di kepala, tanpa melupakan satu pun peristiwa. Tanpa sadar ada air mata yang meleleh yang ia rasa. Dengan spontan gerak tangannya menghapus sang kesedihan dengan paksa.

Semua kenangan itu tersimpan rapat dalam ingatan haru,

juga terekam di dalam bingkai kicauan si biru.

***

Terima kasih sudah membaca.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro