ES ~ Bab. 4 - Jadi Apa Aku Selama Hunter Games?

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

oleh Jurnallin

Hunter Games? Apa itu? Asing sekali...

Kisah ini bermula di awal September 2020. Bulan yang super duper padat dalam kehidupan nyataku. Aku harus membagi 24 jam ku untuk melakukan semua hal, termasuk Hunter Games. Maka, akan aku mulai dari sana. Hari di mana seluruh kesibukanku dimulai.

Selasa, 1 September 2020

Malam sebelumnya, kami para member Hunter berkumpul untuk menerima pengarahan dalam kegiatan Hunter Games. Mulai pembagian distrik, tugas apa saja yang harus dilakukan. Semuanya tumplek blek jadi satu.

Setelah kami mendapat distrik dan rule gamesnya, kami masih semangat. Berdiskusi tentang apapun. Hingga ronde pertama kami lalu. Eeiitts, tapi tak semulus itu, Kisanak. Banyak kisah di baliknya. Terutama padaku. Suasana yang begitu hectic dan luar biasa menyita perhatianku, hingga ya... kami paksa semua anggota untuk menyelesaikan tantangan ronde pertama. Berhasil, meski ada kendala. Hopeless tahap pertama.

Sabtu, 5 September 2020

Setelah tantangan pertama berhasil kami kumpulkan, munculah tantangan kedua. Kuis yang memecah otak. Sungguh, aku bisa gila seandainya aku tidak bertemu dengan Kania dan Dyah. Mereka adalah partnerku selama di Sylph yang lama.

Senin, 7 September 2020

Selesai kuis, lanjut ke tantangan berikutnya. Oke, kami kerjasama tetapi kami dibantai. Tidak masalah. Kecewa tahap pertama.

Sabtu, 12 September 2020

Selesai tantangan kedua, lanjut lagi dengan tantangan ketiga. Kali ini tanpa kuis dan langsung ke inti permainan. Kami sempat berdiskusi, bagaimana tekniknya. Aku, yang notabene paling tua, berinisiatif untuk bekerja terlebih dahulu. Mencoba memberikan gambaran tentang bagaimana tantangan ke tiga ronde pertama ini. Tapi... justru di sinilah puncak dari emosiku. Entah kenapa, aku benar-benar hopeless dan ingin left dari Hunter. Merasa aku salah rumah, aku salah tempat. Bukan ini. Bukan seperti ini yang aku inginkan. Atmosfernya membuatku sesak. Aku bisa mati kalau terus melanjutkannya. Selain HG, aku juga punya kehidupan nyata yang enggak kalah menyita perhatianku. Kombinasi yang tepat untuk menangis lalu bunuh diri, bukan?

Rabu, 16 September 2020

Aku merasa benar-benar berada di titik terendah dalam kehidupanku. Selama aku mengikuti grup penulis, baru kali ini aku merasa menyesal dan ingin kabur. Benar-benar berada di tahap terhitam. Bukan masalah menang atau kalahnya, tapi sesuatu yang lebih besar daripada itu. Sesuatu yang membentuk pribadi itu sendiri. Sesuatu yang membuat solid suatu tempat. Selesai tantangan dan poin di umukan, aku menyerah melambaikan bendera hitam. Dyah menjadi saksi perjalanku waktu itu.

Seakan Semesta tak merestui, para anggota yang lain berbondong-bondong untuk memberiku semangat secara pribadi. Aku sangat mengapresiasi dengan semua yang mereka lakukan. Tapi aku juga enggak bisa merelakannya begitu saja. Langkah terakhir, aku mencoba ikhlas. Sudahlah, hanya permainan saja. Tapi buatku, ini bukan sekadar permainan. Ini adalah pembentukan suatu karakter. Jika di awal saja seperti ini, apa yang akan terjadi ke depannya nanti? Hopeless dan kecewa tahap terakhir dan paling akut. Namun, ternyata tidak selesai di sini.

Kamis. 17 September 2020

Hari berikutnya,guncangan terjadi dalam distrik kami. Perubahan penghuni dan penjaganya. Jujur,aku merasa insecure. Enggak pede dengan penghuni yang baru. Bahkanhampir mengajukan pengunduran diri kepada pihak penyelenggara. Apalagi adaseorang Muhammad Ichsan Kamil atau yang akrab kami panggil MIK. Pesonanyasungguh membuatku minder, bahkan saat perjumpaan kami (aku sendiri tepatnya yang mengamati) di Pra- Hunter (belum resmi jadi anggotanya, gaiss).

Dari awal aku berdoa agar jangan sampai satu distrik dengan MIK. Di ronde pertama, doaku terkabul. Namun, di ronde kedua, penyelenggara sepertinya benar-benar ingin mengujiku. Aku berada dalam distrik yang sama dengan MIK. What should I do?

Sabtu, 19 September 2020

Kuis pertama ronde kedua, aku mencoba memahami jalan pikiran seorang MIK. Buatku, MIK itu genius. Kecepatannya dalam menangani suatu masalah bisa dibilang cepat. Leadershipnya juga oke, hanya saja tak tersentuh.

Kami berempat (Aku, Kania, Eka, Rahma) melakukan voice call via whatsapp. Apa yang kami bahas? Selain seputar kuis, sosok MIK-lah yang mendominasi. Banyak hal kami ceritakan bersama tentang MIK. Entah, telinga anak itu berdengung dan panas atau tidak. Haha...

Selesai kuis, kami masih lanjut ngobrol ngalor ngidul enggak jelas. Tiba-tiba, MIK mengajak kami zoom bareng-bareng. Hahaha.. aku yang tertawa paling duluan dan paling keras. Akhirnya, kita terima ajakannya. Dan dari situ, kami tahu sosok MIK yang sebenarnya.

Bukan hanya kami yang tercengang, namun juga pihak penyelenggara, terutama sang Kapten MosaicRile. Sosok MIK yang terkenal tak tersentuh bisa larut dalam guyonan ringan dan garing dengan kami, para penghuni distrik Sylph yang baru. Ada apakah dengan MIK? Itu adalah pertanyaan kami bersama.

Berawal dari obrolan kami di malam minggu yang tidak lagi kelabu, kami bisa memahami sosok seorang MIK dan jalan pikirannya. Akhirnya, kami bisa melewati tantangan pertama ronde kedua dengan bahagia.

Selasa, 22 September 2020.

Hari berganti dan kami memasuki tantangan kedua ronde kedua. Kembali kami diadu oleh para penyelenggara. Bukan diadu secara fisik, tapi secara ilmu dan psikologis. Dibalik keaktifanku dalam mengikuti tantangan ini, terselip satu rasa besar yang tak dapat aku singkirkan. Aku merasa tidak bisa. Takut kalau pengalaman yang lalu akan terulang lagi. Takut kalau kami akan dibantai kembali. Dan sederet rasa takut dan cemas akan kebenaran semuanya. Perasaan "salah rumah" kembali mencuat. Benar-benar menyisakan trauma yang tak bisa dengan mudah aku singkirkan.

Namun, semua anggota saling menguatkan. Kami saling berbagi pengetahuan kami. Saling menyokong untuk dapat memberikan yang terbaik. Aku yang masih mencoba mengobati trauma mengenai akhir dari permainan ini, merasa beruntung sudah dipertemukan dengan penghuni distrik yang baru.

Meskipun mereka mempunyai kesibukan, mereka tak lupa untuk berpamitan dan tetap menyokong ide demi meraih kemenangan. Ya... meskipun hasilnya tetap di luar kendali kami. Setidaknya, aku sudah merasakan nilai positif di sini.

Kamis, 24 September 2020.

Selesai dengan ronde kedua, kami memasuki fase terakhir dalam permainan kali ini. Dan kalian tahu apa tantangannya? Di luar ekspektasi kami. Tentu saja pihak penyelenggara selalu punya ide serta gagasan yang benar-benar membuat para penghuninya misuh-misuh.

Entah siapa yang punya ide, tapi aku akui. Idenya juara!! Kami harus menyelesaikan tantangan kali ini dengan waktu yang singkat. Padahal, tujuan utama yang akan kami tempuh saja belum ada gambaran. Bagaimana bisa membuat rutenya secara utuh dalam waktu sesingkat itu?

Aku yakin semua merasakan hal yang sama. Namun, lagi-lagi kami dikuatkan. Ide muncul dan membentuk sebuah jalan. Tapi, ternyata jalan tersebut rada sesat. Maka kami harus putar haluan untuk menemukan jalan yang tepat. Kebetulan ada kompas yang menuntun kami dalam menemukan jalan tersebut, sehingga rute baru dapat tersusun cepat. Berakhir di tangan dingin seorang "crankie-" tongkat estafet perjalanan kami menemui tujuan akhir. Hasilnya, kami semua ternganga selebar-lebarnya.

****

Ada penghuni, tentu ada penjaga. Selama permainan berlangsung, Sylph mengalami 4x pergantian penjaga dengan total 6 penjaga yang bersama kami. Diantara keenam penjaga tersebut, Nadya adalah yang paling ganas. Cara dia memotivasi penghuninya patut diacungi jempol (satu saja tapi). Bagaimana tidak? Bukannya memotivasi, doi justru bikin huru-hara. Pakai bawa-bawa apalah, inilah, itulah. Enggak jelas banget. Tapi, doi rame macam pasar pagi. Di mana ada Nadya, di situ ada kebakaran. Karena buatku, Nadya itu melekat dengan api. Melekat selekat-lekatnya. Entah hanya aku saja, atau mungkin ada yang lainnya. Aku enggak tahu.

Pesanku untuk Nadya, jaga kewarasan otakmu, Nak. Tapi enggak ada Nadya, bagai sayur tanpa tempe. Enggak lengkap, coii! Apa hubungannya coba? Enggak ada, tapi cocok. Ah, sudahlah.

Terakhir adalah penutup dalam perjalan kami melewati rintangan demi rintangan. Selama dalam perjalanan, aku selalu menemui batu dan kayu. Tak sedikit yang menyandung namun banyak pula yang menuntun. Meski di ronde pertama aku kecewa dan putus asa, tapi di ronde selanjutnya aku dibuat bahagia. Bukan berarti aku mengkotak-kotakan persahabatan. Tidak. Aku berteman dengan semua anggota Hunter. Tanpa kecuali. Namun, memang masing-masing menyematkan kartu tersendiri dalam sanubari.

Selama permainan ini berlangsung, aku diajak untuk menjadi semakin dewasa dalam menyikapi sebuah keadaan. Boleh saja menangis. Boleh saja berhenti, tetapi aku harus ingat tujuan awalku ketika ingin bergabung. Aku harus menjadi lebih baik dari diriku yang lama. Aku harus mengubah diri sendiri terlebih dahulu untuk dapat mengubah orang lain. Pengalaman ini aku temukan sepanjang permainan. Kalian semua sangat berarti buatku.

Entah yang hanya hadir sebagai pelengkap hingga mereka yang hadir setiap saat. You're meant a lot for me. Harapanku, semoga ke depannya permainan ini semakin kreatif dan membuat solid semua penghuninya. Tak lupa, kuis-kuis yang membuat otak meledak jangan sampai terlewat. Aku menantikan permainan kalian selanjutnya!

****
Terima kasih sudah membaca.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro