Prolog

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

|| Prolog | 461 words || 

Tembok "W" sudah berdiri sejak penghujung abad 21. Benar-benar penghujung. Tepatnya, tahun 2099.

Tembok itu dinamakan demikian bukan karena nama pendirinya William atau Waluyo, melainkan karena medan tempatnya berdiri begitu bergelombangnya hingga tembok tersebut ikut meliuk menyerupai huruf WWW berkepala dan berkaki tumpul, bersambung terus-menerus tanpa ujung.

Di baliknya adalah sisa-sisa peradaban, tanah tandus, dan zombie.

Serius. Zombie. Seperti di film-film lawas sejak awal abad ke-20. Sejarah mencatat zombie apocalypse pertama di dunia terjadi pada 31 Desember tahun 2096. Bayangkanlah—perayaan tahun baru, kembang api di langit, tiupan terompet, ratusan sampai ribuan manusia berkumpul. Puluhan tempat paling ramai menjadi rumah makan prasmanan bagi para zombie yang memutuskan untuk memulai debut mereka malam itu.

Dari mana asalnya, sejak kapan persisnya, atau bagaimana terjadinya—tidak ada yang tahu. Pada akhir tahun 2096 yang menjadi bencana itu, sudah ada ratusan zombie yang memulai rantai penyebaran infeksinya, muncul di berbagai lokasi berlainan. Jadi, zombie pasti sudah ada jauh sebelum itu.

Dunia diselimuti teror selama tiga tahun lamanya sampai umat manusia mulai beradaptasi dan melawan balik, lantas mendirikan tembok W untuk menentukan batasan—nah, zombie, itu tanahmu; dan di sini tanah kami. Kapan-kapan ketika teknologi kami sudah lebih maju, kami akan menyeberang dan memusnahkan umat kalian sepenuhnya, seperti kalian memusnahkah setengah dari umat kami.

Tipikal manusia—menjebak dirinya sendiri dalam kurungan.

Kurungan itu mereka sebut Nusa—peradaban para manusia yang berusaha hidup senormal mungkin tanpa mengacuhkan fakta bahwa negeri mereka bertetangga dengan tanah zombie. Sedangkan wilayah di luar tembok W dinamai Neraka.

Hari ini ulang tahun Nusa yang ke-70, terhitung sejak tembok W didirikan. Perayaan besar-besaran, makan-makan, muda-mudi berpacaran, semua orang di dalam kota senang-senang, sementara orang-orang yang tinggal di perbatasan berteriak-teriak tanpa ada yang mengacuhkan, bahwa tembok mulai terkikis.

"Mereka memakan tembok! Para zombie memakan tembok!" teriak seseorang yang kurang penting di pinggiran nan jauh di sana.

"Penelitian menunjukkan bahwa zombie hanya memakan otak manusia—jika manusia itu masih dalam keadaan hidup," jawab orang yang tampak penting dalam jas hitam dan dasi kupu-kupu merah jambunya. "Jika manusia itu selamat otaknya, maka ia akan menjadi zombie kurang lebih dalam 6 jam, terhitung dari awal gigitan. Jadi, tidak, wahai rakyat jelata, zombie tidak makan tembok."

"Para zombie itu mencoba menyeberang kemari!"

"Penelitian membuktikan bahwa zombie tidak memiliki inteligensi seperti manusia. Mereka hanya bergerak berdasarkan insting hewani dan mendengar suara-suara. Mereka bahkan tidak bisa melihat atau mengendus dari jarak lebih dari tiga meter."

Masalahnya, Bung, manusia beradaptasi. Berevolusi. Seisi dunia seperti itu.

Begitu pula para zombie.

Kami kini mendengar kian jelas, dengan penglihatan yang mulai terbuka, dan berpikir dengan lebih baik. Tak seperti nenek moyang kami yang hanya argh! Grauk! Hap! Toh, retakan telah menjadi lubang, dan lubang akan menjadi gerbang. Gigi-gigi ini lelah melumat semen dan baja—kami butuh otak segar.

Kami siap menyerbu tahun ini.

ヾ(*゚ー゚*)ノ Thanks for reading

Secuil jejak Anda means a lot

Vote, comment, kritik & saran = support = penulis semangat = cerita lancar berjalan

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro