PUTRI SARAH?

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

"Apakah tuan Carlos semalam tak bisa tidur lagi?" tanya Pablo ketika pagi ini dia menyiapkan sarapan pagi untuk Carlos. Sejujurnya bukan Pablo yang memasak, melainkan ada Betti, koki yang sudah bertahun-tahun bekerja untuk melayani kebutuhan makan Carlos yang sangat vegetarian.

"Seperti biasa, Pablo. Seharusnya kamu tak perlu bertanya jika kamu sudah tahu jawabannya. Tapi terima kasih sudah bersedia selalu membangunkan aku, Pablo. Meski sesungguhnya aku tak ingin terbangun lagi," ujar Carlos dengan nada rendah nan murung.

"Mohon dimaafkan jika anda tidak berkenan, Tuan carlos. Saya hanya bisa berharap agar anda segera bertemu dengan gadis itu," Pablo membungkuk hormat sebagai perwujudan permintaan maaf.

"Hm. Apa ada kabar baru, Pablo?" Carlos bertanya dingin.

"Mohon dimaafkan, Tuan. Beberapa orang yang kita sebar belum menemukan orang dengan ciri-ciri seperti yang Tuan sebutkan dulu."

"Hm." Hanya itu jawaban Carlos sebelum Pablo undur diri dari hadapan laki-laki tampan dengan wajahnya yan aristokrat itu.

Ruang makan ini kembali senyap. Sebagaimana kehidupan Carlos yang selalu diliputi kesunyian, begitupun dengan rumah ini. Meski kastil ini terlihat megah dan mewah untuk ukuran rakyat biasa, namun nyatanya hanya kesunyian yang selalu melingkupi kastil ini.

Ini sebenarnya adalah bangunan tua yang usianya ratusan tahun ketika Carlos datang ke tempat ini, sebagai usahanya untuk menghilangkan jejak atas identitas lamanya yang tentu saja tidak wajar, untuk berganti dengan identitasnya yang baru, di distrik yang berbeda dengan tempat tinggalnya sebelumnya.

Tentu Carlos wajib menggelontorkan sejumlah uang untuk mengganti dan merubah data dirinya karena data setiap penduduk di negara itu sudah terpadu. Tapi tentu saja Carlos tak keberatan dengan berapapun uang yang harus dia gelontorkan asalkan orang tidak mencurigai keberadaan dirinya yang aneh.

"Siapkan kendaraan untukku, Pablo," seru Carlos ketika dia selesai sarapannya yang hanya menggunakan rebusan sayuran dan sedikit saus serta jus yang setiap pagi harus berganti jenisnya.

"Baik, Tuan," sahut Pablo yang segera bergegas ke luar untuk meneruskan perintah Carlos kepada Davi, sopir pribadi Carlos.

Sementara itu Carlos berjalan menuju ke kamar pribadinya di lantai atas dengan menggunakan lift. Ya, kastil yang kini ditempati Carlos semenjak beberapa puluh tahun yang lalu itu sudah dilengkapi dengan fasilitas lift karena ada beberapa tingkat sehingga akan menyulitkan dan tidak efektif jika mengunakan tangga. Namun begitu, masih tersedia tangga manual di bangunan itu.

Berdiri beberapa saat di depan cermin yang terpasang besar di salah satu sisi kamar pribadinya, laki-laki tampan namun memiliki aura yang dingin dan tak bersahabat itu mengamati wajahnya yang setiap hari selalu sama, tak mengalami perubahan. Padahal sejujurnya, Carlos ingin ketika pagi tiba dan dia bangun dari tidurnya yang tak pernah nyenyak itu, dia akan mendapati sedikit saja kerutan di wajahnya sebagai tanda bahwa dia bertumbuh dari hari ke hari.

Tapi nyatanya apa? Carlos tetap pada postur dan wajah yang sama. Postur tinggi nan atlethis masih terlihat nyata di cermin, matanya masih setajam dulu ketika dia menghabisi Alfonso di depan Putri Sarah kemudian menyusul Putri Sarah yang harus tewas di tangannya, menyisakan kutukan abadinya yang membuat Carlos seringkali marah tak karuan.

Bahkan cermin yang ini ada di hadapannya ini pun entah cermin ke berapa yang dibeli Pablo untuk menggantikan cermin lama yang sealu berakhir hancur berantakan karena Carlos yang kesal setiap kali melihatnya selalu tak berubah menua, setiap hari.

Menatap tak suka dengan tampilan tubuhnya yang bak pahatan seniman Yunani yang penuh kesempurnaan, Carlos menilai bahwa stelan jas tiga potong yang dipakainya kini sepertinya layak untuk menemui klien yang siang ini akan menemuinya di kantornya.

Carlos melihat jam tangan sederhana namun terlihat mewah dan elegan itu dan menyadari bahwa dia sudah beberapa saat menatapi dirinya di cermin. Dengan langkah lebar, dia keluar dari ruangan pribadinya menuju ke pintu lift untuk segera ke bawah karena dia yakin bahwa Davi sudah pasti telah menunggunya di bawah.

"Langsung ke kantor, Davi. Ada yang harus aku persiapkan sebelum klien nanti datang," begitu duduk di dalam mobilnya, Carlos memberi perintah tegas pada Davi yang langsung dijawab dengan anggukan cepat.

Mobil meluncur membelah jalanan kota yang di sisi kiri dan kanannya dipagari bangunan gedung-gedung tua dan tinggi yang didalamnya adalah para pekerja perusahaan dan pabrik-pabrik yang ada di pinggiran kota. Tak banyak mobil yang memadati jalanan karena di negara ini, ada larangan memiliki kendaraan yang melebihi peraturan. Para pegawai perusahaan berangkat dan pulang kerja dengan kendaraan bus jemputan, karena setiap pekerja biasanya berada dalam satu kompleks perumahan yang sudah disediakan oleh perusahaan.

Mata Carlos mengawasi ke jalanan luar sementara mobil yang dikemudikan oleh Davi terus meluncur lancar menuju ke gedung dimana dia menempati salah satu lantainya sebagai pusat kantornya.

Tiba di gedung kantornya, Carlos sudah disambut oleh Elson, asisten pribadinya ketika bekerja. Elson hanya menjadi asisten Carlos untuk urusan pekerjaan, namun ketika jam kerja usai maka Elson kembali ke rumahnya, tanpa terganggu denga urusan pekerjaan lai.

"Apakah kalian sudah mempersiapkan beberapa hal sehubungan dengan kedatangan klien siang ini?" tanya Carlos yang berjalan tegap menuju ke ruangannya, sementara Elson mengekor di belakangnya.

"Sudah, Tuan."

"Di mana kita akan mengadakan pertemuan dengan mereka?" tanya Carlos begitu mereka tiba di dalam lift yang akan membawa mereka menuju ke lantai dimana kantor mereka berada.

"Seperti permintaan anda, bahwa pertemuan akan dilangsungkan di restoran d'Delici. Bahkan saya sudah memesan tempat di sana."

Carlos mengangguk puas karena dia yakin bahwa semua anak buahnya adalah pegawai-pegawai yang kompeten dan memiliki desikasi yang tinggi dalam pekerjaannya.

"Jam berapa kita harus berada di restoran itu, Elson?"

"Kita menjadwalkan jam sepuluh, Tuan.' Elso menjawan dengan efektif.

Carlos melihat jam di pergelangan tangannya dan mengangguk kecil. "Masih ada waktu satu jam untuk mempersiapkan keberangkatan kita ke sana, Elson."

"Siap, Tuan," jawab Elson patuh, tepat ketika lift yang membawa mereka ke lantai di mana kantor mereka berpusat, berhenti dan pintunya terbuka.

Seperti sebelumnya, Carlos selalu memimpin perjalanan, sementara Elson hanya mengekor dengan patuh.

* * *

Restoran d'Delici hari ini terlihat sibuk karena akan ada pertemuan di restoran ini. Memang restoran d'Delici adalah satu-satunya restoran yang memiliki fasilitas lengkap dan memadai. Selain hidangannya yang lezat dan penuh varian dengan banyaknya menu yang ditawarkan, restoran d'Delici menyediakan sebuah ruangan yang memungkinkan diadakannya pertemuan, baik dalam skala kecil maupun skala besar. Tak heran jika restoran ini menjadi langganan beberapa perusahaan besar maupun kecil yang akan mengadakan sebuah pertemuan dengan kolega-kolega mereka. Tak terkecuali perusahaan jasa akuntansi yang dijalankan oleh Carlos.

Seorang gadis dengan pakaian sederhana, bahkan mirip pakaian pegawai toko, terlihat berada di depan kasir dengan sebuah tas plastik yang sepertinya berisi makanan yang dia beli di restoran ini. Gadis dengan rambut hitam legam dan kulit yang putih bersih itu mengenakan topi layaknya topi laki-laki, bercelana jeans warna biru yang sudah pudar, sementara kaos putih yang dikenakannya terlihat kedodoran untuk tubuhnya yang kecil.

Usai membayar, gadis itu bergegas keluar dari restoran sambil menerima telepon. Namun karena kecerobohannya, dia tak melihat bahwa di depannya, berjalan serombongan laki-laki dengan pakaian resmi yan sedang berjalan menuju ke arah dalam restoran. Dan karena fokusnya menerima telepon, gadis itu tak menyadari bahwa langkahnya sudah begitu dekat dengan rombongan eksekutif berpakaian resmi itu dan bahkan menabrak salah satu laki-laki yang juga sedang serius membahas sesuatu dengan rekannya yang lain.

Keduanya berbenturan. Namun karena postur gadis itu jauh lebih kecil dari si lelaki, maka gadis itu yang kalah sehingga dia tersungkur dengan plastik berisi makanan yang terjatuh juga ponsel kuno yang juga terlempar.

Carlos, si lelaki berdecak kesal dan Elson yang bergegas mendekat sudah hendak memaki si gadis. Namun ketika gadis itu mendongak dan tatapan matanya yang hitam pekat bertemu dengan mata Carlos yang coklat terang dan bening, dunia Carlos mendadak berhenti berputar.

Sorot keterkejutan yang nyata terlihat jelas di wajah Carlos, membuat wajah laki-laki tampan elegan itu mendadak pias. "Putri Sarah?" Carlos berguman lirih namun demikian jelas, bahkan di telinga si gadis yang masih tersungkur di kaki Carlos itu.

* * *

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro