Wawancara Tokoh oleh Wulan

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Nama: Wulan

Akun wp: benitobonita

Judul cerita: Puerro

***


Wulan : "Halo, Pierre, apa kabar?"
Pierre : "Halo."

Wulan : "Terima kasih sudah diizinkan untuk mampir ke dalam kastel kalian." (Memandang ruangan yang masih berdinding batu dengan terkesima).
Pierre : "Ada keperluan apa?"

Wulan : (Berdeham). "Dalam kesempatan kali ini, aku diminta untuk melakukan wawancara dengan salah satu tokoh, karena akhir-akhir ini kita selalu bertemu setiap hari dalam proyek "re-make Puerro", maka, aku memutuskan untuk mewawancarai kamu."
Pierre : "Begitukah?"

Wulan : "Ehm ... jadi kita mulai, ya. Apa kamu bisa menceritakan sedikit tentang diri kamu?"
Pierre : "Aku memiliki kemampuan sihir, dapat menggunakan pedang, dan mempunyai pasukan mayat hidup berbau busuk yang dapat menghancurkan sebuah negara."

Wulan : "O-kay, bagaimana dengan hobi?"
Pierre : "Aku suka membaca dan bermain catur, tetapi aku lebih suka menghabiskan waktu bersama anjing kecilku."

Wulan : "Anjing kecil?"
Pierre : "Gadis cantik bermata hijau keemasan yang saat ini terikat di pinggir ranjang."

Wulan : "Terikat di pinggir ranjang?" (Memasang ekspresi bingung).
Pierre : "Dia memaksa ikut dan kamu mengatakan bahwa aku harus menemui sendiri ... jadi aku mengikatnya."

Sayup-sayup terdengar suara seorang perempuan dari salah satu kamar. "Pierre! Lepaskan tali ini!"

Wulan : "O-kay, jadi si Anjing Kecil ini adalah nama julukan?"
Pierre : "Sepertinya begitu, dia keturunan campuran antara siluman serigala dan manusia."

Wulan : "Kalau aku boleh tahu, siapa namanya?"
Pierre : "Michelle."

Wulan: "Jadi, boleh kutarik kesimpulan kalau saat ini kamu sudah memiliki pasangan?"
Pierre : "Sepertinya begitu." (Tersenyum kecil).

Wulan : "Baik, kita kepertanyaan berikutnya. Siapakah sosok yang paling kamu rindukan?"
Pierre : "...."
Wulan : "Pierre?"
Pierre : (Menghela napas). "Ibuku, aku selalu merindukan dia."

Wulan : "Di manakah dia saat ini?"
Pierre : "Dia sudah tewas, menjadi abu, dibakar oleh para manusia."

Hening sejenak.

Wulan : "Ehm ... kita lanjutkan wawancara ini, oke? Adakah orang yang dapat selalu membuat dirimu tersenyum?"
Pierre : (Tersenyum lebar). "Anjing kecilku, dia sangat naif dan bodoh, berpikir bahwa pintu surga akan terbuka untuk kaum bukan manusia. Kelakuannya sering membuatku tertawa."

Wulan : "Sepertinya Michelle akan sangat marah apabila membaca hasil wawancara ini."
Pierre : "Begitukah?" (Menunjukkan ekspresi tidak peduli).

Wulan : (Menghela napas). "Pierre kalau boleh aku jujur, dari semua tokoh laki-laki yang kubuat, kamu adalah karakter yang paling membutuhkan pendidikan tata krama."
Pierre : "Begitukah?" (Lagi-lagi menunjukkan ekspresi tidak peduli).

Wulan : (Mengambil napas dalam-dalam lalu mengembuskannya). "Baik, kita lanjutkan sesi tanya jawab ini, menurutmu, apa yang membuat dirimu menarik?"
Pierre : (Memiringkan kepala, berpikir sejenak sebelum tersenyum). "Sepertinya kemampuan sihirku yang dapat merubah manusia menjadi mayat hidup, mereka terlihat terkagum-kagum disaat aku membunuh mereka."

Wulan : "...." (Berpikir untuk menghapus seluruh hasil wawancara dan mewawancarai tokoh lain).
Pierre : "Ada lagi?"

Wulan : (Melihat daftar pertanyaan yang diberikan oleh Li.) "Ah, apa yang belum kamu dapatkan saat ini?"
Pierre : (Tersenyum kecil). "Aku berencana untuk memenggal kepala raja Puerro dan membakar putrinya hidup-hidup. Sayang sekali, jumlah pasukanku belum cukup."

Wulan : (Benar-benar mempertimbangkan untuk mengganti tokoh lain dalam sesi wawancara). "Eh, jadi apa yang kamu lakukan agar impian mengerikanmu itu terwujud?"
Pierre : (Menghela napas letih). "Aku terpaksa berkeliling ke Kota Marrach dan Richister untuk memutus hubungan Negara Puerro dengan Negara tetangga lalu membangun altar pemujaan agar meningkatkan kemampuan sihir, kemudian mengejar-ngejar para manusia untuk membunuh mereka dengan pedang hitamku. Itu sangat membosankan dan melelahkan."

Wulan : "O-kay, kalau usaha itu gagal, apa rencanamu selanjutnya?"
Pierre : "Tidak akan gagal."

Wulan : "Seandainya gagal ... apa yang akan kamu lakukan?"
Pierre : "Tidak akan gagal, bukankah begitu, author?" (Menarik pedang hitam yang berbau darah dari sarungnya).

Wulan : (Menelan ludah). "I-iya, pasti berhasil."
Pierre : (Menyarungkan kembali senjatanya). "Bagus."

Wulan : "Eng, kita lanjutkan wawancara ini. Apa konflik terberat yang telah aku berikan kepada kamu?"
Pierre : "...."

Wulan : "Pierre?"
Pierre : "Kamu membuat aku harus menyaksikan kematian ibuku saat aku berumur delapan tahun."

Wulan : "Maaf ... tetapi itu perlu untuk kelanjutan cerita."
Pierre : (Tidak berniat menjawab).

Wulan : "Apa kamu marah karena aku telah menjungkir balikan nasibmu?"
Pierre : "Apakah itu pertanyaan yang harus dijawab?"

Hening.

Wulan : "Oke, terima kasih sudah mau menjawab pertanyaan-pertanyaan ini, tolong berikan salamku untuk Michelle."
Pierre : "Sama-sama."

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro