01. DOUBLE EDGED SWORD

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Armeria mati. Menyebabkan Augen kehilangan akal sehat.

Saat ini dirinya dikendalikan oleh darah iblis yang mengalir di nadinya. Darah iblis itu jugalah yang menjadikan Augen mempunyai kekuatan dan kemampuan bertarung yang luar biasa.

Laki-laki itu menghancurkan apapun yang ada di hadapannya. Membunuh semua makhluk hidup yang ditemuinya tanpa pandang bulu. Darah dan bagian tubuh dari berbagai makhluk hidup tercecer dimana-mana. Menambah kekacauan di kerajaan yang sudah mulai hancur itu.

Walaupun Augen mengamuk seperti itu, perasaan laki-laki tersebut tidak membaik. Malah sebaliknya, amarah yang ada dalam dirinya semakin membesar. Augen menyalahkan anggota kerajaan, bangsawan, pendeta, dewa, dan juga menyalahkan dirinya sendiri atas kematian Armeria.

Augen menangis, berteriak, menghancurkan, dan membantai dengan membabi buta. Sudah tak terhitung lagi berapa makhluk hidup yang terkena tebasan pedangnya. Pakaian yang dikenakannya koyak dan bersimbah darah. Wajah tampannya basah oleh keringat, air mata, dan cipratan darah.

Entah sudah berapa lama waktu sudah berlalu. Tangis dan teriakan Augen berubah menjadi tawa mengerikan yang membuat siapa saja yang mendengarnya bergidik ngeri.

Augen berdiri di tengah lautan darah dan mayat. Sorot matanya menggambarkan kegilaan.

Salah satu dewa yang daritadi memperhatikannya, mulai bosan dengan kejadian mengerikan itu.

TIba-tiba sang dewa menyeringai. Dia sepertinya mempunyai ide menarik untuk menghilangkan rasa bosannya.

***

Augen Starksten membuka matanya. Di sekelilingnya hanya ada kehampaan yang gelap. Tubuhnya pun terasa melayang, kakinya tidak menapak pada apapun. Dia merasakan sakit disekujur tubuhnya.

Dimana ini? Apakah aku sudah mati?

Sebenarnya Augen tidak peduli lagi apa yang terjadi dengan dirinya ataupun kerajaan yang ditinggalinya. Dia tidak peduli apakah dia hidup atau mati, tidak peduli dia ada di surga atau neraka, tidak peduli dunianya hancur atau tidak.

Baginya, dengan kematian Armeria, dunianya sudah hancur lebur.

"Kau sungguh makhluk fana yang bodoh."

Seketika ada suara yang terdengar dari segala sisi. Augen tidak pernah mengenal suara itu. Entah pemiliknya itu seorang wanita ataupun pria.

"Kau menghancurkan segala yang ada di depanmu hanya karena seorang gadis yang mati? Sungguh menggelikan."

Augen tidak mempedulikan suara itu. Dia menutup matanya dan membiarkan tubuhnya terombang-ambing tanpa arah.

"Padahal kau bisa saja menguasai kerajaan yang kau tinggali dengan kekuatanmu itu. Tapi kau malah meluluh lantakkan segalanya," suara itu terus-terusan mengoceh dengan nada menyindir. "Sebenarnya apa yang kau sukai dari gadis itu? Armeria vier Kraftvoll bahkan gagal menjalankan tugasnya, dan dia malah seenaknya lari dari tanggung jawab dengan membunuh dirinya sendiri."

Augen dari awal berniat tak acuh pada suara yang tak berwujud itu. Namun, begitu mendengar nama gadis yang dicintainya, dirinya menjadi gusar.

"Itu bukan urusanmu."

"Oh..., akhirnya kau meresponku," suara itu terdengar ceria.

"Siapa kau?"

*Aku adalah salah satu dewa. Kau bisa memanggilku Kairos."

Augen tertawa mengejek.

"Dewa, huh? Lalu ada urusan apa sang dewa yang maha agung terhadapku, makhluk fana rendahan ini?"

Kairos tidak mempedulikan sindiran Augen. Sang dewa menjawabnya dengan riang, "Kau ingin Armeria vier Kraftvall hidup, kan?"

Tubuh Augen membeku mendengarnya. Matanya memicing.

"Apa maumu?"

"Augen Starksten, ayo kita membuat kesepakatan."

"Kesepakatan?"

"Iya, kesepakatan antara kau dan aku," ujar Kairos sambil terkekeh. "Aku akan memberimu sebuah penawaran yang menarik. Aku akan membantumu untuk kembali ke masa lalu. Dengan begitu kau bisa menyelamatkan gadismu itu, bukan?"

"Lalu, apa yang kau mau dariku sebagai balasannya?" tanya Augen curiga. Augen yakin, tawaran itu tidaklah gratis. Dari dulu dia tidak akan langsung percaya pada kata-kata orang lain, dan juga dewa.

"Tenang saja, aku meminta hal yang tidak sulit. Cegah monster dan iblis menguasai dunia tempatmu tinggal, jangan sampai mereka keluar dari dunia bawah."

"Menjaga segel perbatasan dunia atas dan bawah adalah tugas holy maiden. Maksudmu aku harus melindungi mereka agar gadis-gadis itu tidak mati?"

Terdengar suara tepuk tangan yang cukup lama.

"Ternyata kau bisa menggunakan otakmu. Bukankah itu tugas yang mudah? Dan juga, Armeria vier Kraftvall merupakan salah satu dari holy maiden. Jadi kau bisa sekalian menjaga keselamatannya, kan? Rajamu yang idiot itu hanya sibuk dengan dirinya sendiri, dia tidak peduli dengan keselamatan holy maiden ataupun keutuhan segel dua dunia itu. Sampai-sampai holy maiden terbunuh satu persatu oleh kaki tangan iblis," oceh sang dewa dramatis.

Augen diam membisu. Tak menyangkal pada apa yang dikatakan oleh Kairos.

"Holy maiden yang tersisa, hidup dalam ketakutan dan berusaha menyembunyikan statusnya sebagai manusia pilihan para dewa. Walaupun pada akhirnya dia menemui ajalnya juga. Mari ambil contoh, hmm... seperti Armeria vier Kraftvall," lanjut Kairos. Dia memberikan penekanan sewaktu menyebutkan nama sang putri.

Augen tidak mampu membalas ucapan sang dewa, karena semuanya merupakan fakta. Hatinya mencelos.

Diapun pada awalnya tidak menyadari jika Armeria merupakan seorang holy maiden yang berharga. Reputasi Armeria sebagai putri yang terbuang dan tidak dipedulikan oleh sang raja ditambah rumor jelek tentangnya membuat Augen tidak menyukai Armeria. Membuat laki-laki itu berusaha sebisa mungkin untuk mengabaikan sosok sang putri.

Namun, semua itu berubah semenjak dia secara tidak sengaja melihat diri Armeria yang sebenarnya. Dan ketika dia menyadari perasaannya terhadap Armeria, semuanya sudah terlambat.

Augen menggertakkan gigi mengingat semua itu.

"Kau tahu? Aku mempunyai dugaan bahwa kau bukan tipe dewa yang peduli pada keutuhan dunia ataupun keselamatan holy maiden. Katakan tujuanmu yang sebenarnya," gertak Augen pada sang dewa.

Tawa Kairos pecah, terdengar dari berbagai arah. Membuat Augen terpaksa menutup telinganya.

"Aku tidak mengira bahwa kau mahkluk fana yang lumayan cerdas. Yah, aku memang tak peduli dengan semua yang kau sebutkan itu," balas Kairos membenarkan prasangka Augen. "Aku sedang bosan. Dan kebetulan aku melihatmu sedang mengamuk. Lalu aku mempunyai ide, untuk mengembalikanmu ke masa lalu. Sepertinya akan menarik melihatmu, yang tidak peduli dengan dunia dan seisinya, berjuang menyelamatkan dunia dari kehancuran hanya karena seorang gadis."

Alis Augen mengernyit.

"Apakah ada yang pernah memberitahumu bahwa kau ini dewa yang gila?"

"Baru kau yang bilang begitu padaku," jawab Kairos ceria.

"Hanya itu saja maumu?"

"Ah! Sebelum kau memutuskan menerima atau tidaknya penawaranku, aku akan memberitahumu sesuatu. Jika kau memutuskan untuk menerima tawaranku dan kembali ke masa lalu, kau akan mendapatkan sebuah kutukan."

"Kutukan?"

"Ya, anggap saja kutukan itu sebagai hukuman karena telah mempercepat kehancuran dunia."

"Apa kutukannya?"

"Itu rahasia, tidak akan menarik jika kau tahu kutukannya sedari awal."

Augen mulai jengah dengan suara riang Kairos. Sayang sekali Kairos tidak menampakkan wujudnya. Jika Kairos ada di depannya, Augen berniat meninju mulut sang dewa yang banyak omong itu.

"Terserahlah. Aku tak peduli ada atau tidaknya kutukan padaku. Aku akan menerima semua syarat darimu, asal kau tidak menyentuh Armeria."

"Hei! Kau kira aku dewa macam apa!" Kairos langsung menyahut dengan nada tersinggung yang dibuat-buat.

Augen mendengus kasar.

"Sebagai kemurahan hatiku, aku akan memberimu sebuah informasi. Armeria vier Kraftvall sudah tidak memiliki keinginan untuk hidup sejak kematian ibunya."

Augen tersentak mendengarnya.

Kairos melanjutkan tanpa peduli dengan keterkejutan Augen, "Dia memaksakan untuk hidup karena tanggung jawabnya sebagai holy maiden. Jadi, walaupun kau berhasil menghentikan kehancuran dunia dan memulihkan kembali segel antar dua dunia, aku tak menjamin gadis itu berkeinginan untuk tetap hidup."

"Kalau begitu..."

"Kau tidak bisa merubah takdir makhluk yang mati secara alami," potong Kairos cepat. "Kematian alami berarti waktu hidup makhluk tersebut memang sudah habis. Bahkan dewa pun tidak berhak menginterupsinya. Walaupun aku merupakan salah satu dewa yang mengatur waktu, aku tidak boleh menambah atau mengurangi waktu hidup sebuah mahkluk."

Raut wajah Augen berubah muram.

"Hei! Kenapa wajahmu ditekuk begitu? Kau kan tinggal memberi tujuan hidup pada gadis itu, atau bagaimana terserah padamu. Belum apa-apa kau sudah menyerah?" seru Kairos meremehkan.

Tidak semudah itu. Augen bahkan tidak tahu bagaimana caranya menghibur orang yang sedang bersedih. Dan sekarang dia harus menghibur gadis yang putus asa dengan hidupnya?

"Jika Armeria vier Kraftvall menyerah untuk hidup karena kehilangan orang yang berharga baginya, kenapa kau tidak berusaha saja untuk menggantikan posisi itu?"

"Itu... hal yang mustahil," bisik Augen sendu. Kata-kata yang keluar dari bibir Armeria sebelum gadis itu menusuk diri sendiri masih terngiang di kepala Augen.

"Ternyata kau tipe yang pesimis, ya," ucap Kiaros jenuh. "Jadi, bagaimana? Kau menerima tawaranku atau tidak?"

"Aku akan menerimanya," jawab Augen tegas. Dia bertekat akan melakukan apapun agar Armeria tetap hidup. Bahkan jika harus memohon, menyembah, ataupun mencium kaki gadis itu, dia akan melakukannya dengan suka rela.

"Oh... aku suka sorot matamu. Bagus! Kau memang harus mempunyai semangat yang menggebu seperti itu!" kata Kairos antusias.

Seketika, cahaya dari segala sisi menyelimuti Augen.

"Aku mengharapkan keberhasilanmu," suara Kairos terdengar semakin menjauh. Itulah kalimat terakhir yang didengar Augen sebelum laki-laki tersebut menutup matanya.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro