DEMON'S DAUGHTER by Andi RJ

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Judul: DEMON’S DAUGHTER
Author: AndiAR22

***

Mereka ada di sekitar kita, tepat berada dibelakang kita.
Memandang kita dari kejauhan. Tapi dia, tepat berada di depanku.
Memandangku dari kegelapan, berdiri di dekat lemari.
Matanya merah menyala, suaranya sumbang. Lalu dia tepat berada di belakangku, membisikkan sesuatu, “You are the DEMON’S DAUGHTER!”

Dan malam itu aku tak pernah kembali.

“Sara, segera habiskan sarapanmu!” perintahnya padaku, aku hanya mengangguk sebagai balasan.

“Hei, Are you okay?” Suara Mommy memecah lamunanku.

I am okay, Mom!” balasku dengan singkat.

“Lalu apa yang kau lamunkan? Kevin?!” tanyanya lagi.

“Mom, jangan menggodaku! Sungguh dia hanya temanku.” Aku meneguk susuku sampai habis lalu menyimpannya lagi diatas meja.

“Tentu, Kevin hanya temanmu.” Mommy tersenyum padaku.
“Mom, bagaimana menurut Mommy jika didunia ini kita tak sendiri?” tanyaku tiba-tiba.
Mommy mengangkat sebelah alisnya lalu menjawab.

“Kita memang tak pernah sendiri, ada Oma, Opa, tetangga dan teman di sekeliling kita,” jawabnya, tapi bukan jawaban ini yang kubutuhkan.

“Bukan itu maksud Sara, tapi mahluk yang tak bisa kita lihat dengan mata telanjang. Seperti mahluk halus Mom.” Jelasku.

“Berhenti, sudah Mommy katakan. Jangan bermain dengan kotak musik sialan itu!” teriaknya lalu Mommy mengambil kotak musik kesayanganku dalam tas.

“Jangan Mom..” cegahku tapi Mommy sudah membantingnya.

Prang…!!

“Mom, itu pemberian Daddy, dan kau merusaknya.” Aku menangis namun Mommy malah menatapku tajam.

“Jangan menangis Sara! Mommy tak suka, hapus airmatamu segera! Mommy menunggumu dimobil,” bentaknya lalu menghilang dari hadapanku.

Sebelum kalian membaca kisahku lebih jauh, aku akan memperkenalkan diriku. Jadi dengarkan baik-baik, namaku Sara Henzie Marioline. Usiaku tujuh belas tahun tepat satu bulan yang lalu, kalian bisa memanggilku Sara. Mommy tak suka jika aku menambahkan kata terakhir dinamaku, Marioline. Karena nama itu adalah nama Daddy-ku, entah apa yang membuat Mommy begitu membenci Daddy? Mereka bercerai tiga tahun yang lalu dan semenjak itu rasanya hidupku sangat terkekang. Aku tinggal bersama Mommy di Cardiff, Ibukota Negara Wales.

Negara konstituen Britania Raya, dan tepat satu tahun yang lalu Daddy meninggalkanku untuk selamanya. kotak musik yang dibanting oleh Mommy-ku tadi adalah kado terakhir yang Daddy berikan padaku, sungguh aku sangat kesal hanya itu satu-satunya peninggalan Daddy dan sekarang rusak karena Mommy. Kotak musik itu sangat berharga bagiku, tapi satu hal yang harus kalian tahu,  semenjak adanya kotak musik itu. Aku bisa melihat eksistensi mereka, sesuatu yang tak terlihat oleh kalian. Sesuatu yang sangat dekat ketika gelap menutupi matahari.

Disinilah aku terduduk dibawah pohon rindang dibelakang sekolahku, aku sangat suka tempat ini begitu tenang untuk ukuran manusia. Tapi bagiku, mereka selalu ada melihatku dari kejauhan. Namun mereka tak menganggu sehingga aku hanya mengabaikannya. Lalu suara yang sangat ku kenal membangunkanku sontak membuatku kaget.

“Sara,” tepuknya pada pundakku.

Aku menoleh, “Kevin”

“Aku tadi mencarimu di kelas dan ternyata kau disini sedang tertidur.” Kevin lalu duduk disampingku.

“Aku hanya memejamkan mataku Kev, aku tak tidur,” bantahku.

“Jangan berbohong Ra! Bahkan matamu sangat merah.” Tuduhnya.

“Aku tak berbohong Kev, sungguh! Aku hanya ingin menenangkan pikiranku,” balasku.

“Kevin, Awas!” teriakku sambil menariknya dan disaat bersamaan sebuah ranting besar jatuh tepat d itempat Kevin duduk.

Kevin terlihat syok melihat kayu tersebut.

“Kau tak apa Kev?” tanyaku memegang pundaknya.

“Aku baik-baik saja Sara, Apa kau terluka?” tanyanya balik lalu memeriksa tanganku.

“Ayo kita pergi dari sini,” ajakku lalu kami meninggalkan tempat itu, aku sempat menoleh ke belakang dan melihat wanita berambut panjang itu tersenyum licik.

***

Bel berbunyi, Aku segera bergegas pulang. Hari ini Mommy tak bisa menjemputku katanya ada hal penting yang harus dia urus. Aku sudah janjian dengan Kevin untuk pulang bersama kebetulan rumah kami searah.

“mmm… Sara!” panggilnya saat kami menyusuri jalanan pulang.
“Iya, kenapa Kevin?” tanyaku, langkahku terhenti.

“bolehkah aku bertanya padamu?” Kevin menatapku, aku berpikir sejenak lalu tersenyum padanya.

“Tentu!” jawabku singkat, kami kembali berjalan.

“Bagaimana kau tahu jika ranting besar itu akan jatuh?” tanyanya, membuatku menahan langkahku.

Bagaimana ini?apa yang harus kukatakan? Aku tak mungkin mengatakan bahwa wanita itu ingin mencelakainya, Wanita berambut panjang dan memakai gaun merah yang menjaga pohon di belakang sekolah.

“Kevin, lihat tenda di taman itu!” Aku menunjuk sebuah tenda yang terpasang di taman, dan pandangan Kevin mengikuti arah tanganku.

“ Ayo kita kesana! Sepertinya itu seru,” kutarik tangan Kevin menuju tenda itu.

Sebenarnya aku sudah tahu tempat itu, itu tenda Madam Shalimar. Dia bisa meramal sehingga menjadikan kemampuannya itu sebagai mata pencahariannya. Meski begitu aku sebenarnya tak terlalu percaya dengan hal semacam itu tapi setidaknya ini bisa mengalihkan perhatian Kevin.

“Kau mau masuk?” Tanya kevin padaku saat kami sudah berada didepan tenda.

“Iya, aku ingin tahu seperti apa kehidupanku dimasa yang akan mendatang,” jawabku.

“Aku tidak percaya hal semacam ini, itu hanya tipuan Sara,” ingatnya padaku.

“Ayolah Kev!” rengekku padanya.

“Baiklah, kita masuk.” Kevin langsung menarik tanganku.
Wow, ruangan ini sangat luar biasa. Menurutku seperti ruang karaoke, tidak terlalu mistis tapi bola kristal itu, kupikir hanya ada di film. Lalu kamipun segera duduk dan Madam Shalimar langsung memegang tangan Kevin. Madam memejamkan matanya lalu membukanya dan tersenyum pada Kevin.

“Hidupmu akan bahagia, jika kau menemukan pasangan yang tepat,” ucapnya, membuat Kevin tersenyum.

“ kemarikan tanganmu cantik!” Aku menaruh tanganku diatas telapaknya dan Madam kembali memejamkan matanya tapi Madam menyentakkan tanganku. Terlihat sebuah ketakutan diwajahnya.

“Pergi kau dari sini!” usirnya padaku.

“Jangan kembali lagi, dan kau anak muda. Menjauhlah darinya, Dia adalah iblis!” tegasnya.

“Jaga bicaramu Madam! Sara anak yang baik, dia temanku.” balasnya.

Kevin mengajakku pergi, sungguh aku tak tahu apa yang dikatakan Madam Shalimar. Lalu langkah kami terhenti saat Madam Shalimar kembali mengucapkan sesuatu yang membuat aku sedikit ketakutan.
“Kalian pikir aku berbohong?”
Madam lalu menunjukku, “ Gadis itu titisan iblis, jika kau tak menjauhinya maka kau akan celaka. Bukankah tadi kau hampir dijatuhi ranting besar?”
Kevin tersentak, lalu melepas genggamannya. Bagaimana mungkin Madam tahu?.

“Jangan bicara yang tidak-tidak!” tegas Kevin menatap Madam Shalimar.

“Aku hanya memperingatkanmu, jika kau tak mau percaya. Silahkan saja! Pergilah dari sini,” usirnya lagi, kami langsung pergi dari tempat ini.

Setelah kejadian tadi aku dan Kevin langsung pulang kerumah, dan disinilah aku dikamar, tempat yang selalu membuatku nyaman. Aku masih mengingat setiap kata demi kata Madam Shalimar, itu tidak benar. Pasti Madam Shalimar hanya menakut-nakutiku, sebaiknya aku tidur saja. Namun sebuah musik terdengar dari luar pintu kamarku, bukankah itu suara kotak musikku? tapi bagaimana mungkin? Bulu kudukku merinding seketika, tidak biasanya ini terjadi.

Aku segera beranjak dari kasurku, suara kotak musik itu makin terdengar kencang. Lalu kubuka pintu perlahan, dan yang ku temukan kotak musik  pemberian Daddy-ku. Aku tercengang melihatnya, bukankah kotak musik ini rusak? Tanpa pikir panjang, aku langsung mengambil dan menutupnya agar suaranya berhenti, rasanya musiknya sangat menyeramkan.

“Mom… Apa kau sudah pulang?”

Aku menelusuri lorong kamar Mommy yang sedikit gelap, lalu langkahku terhenti saat melihat mahluk itu, dia tepat berada di samping lemari dekat pintu kamar Mommy, dia menatapku tajam. Matanya merah menyala, suaranya sumbang. Dia terlihat seperti tokoh iblis yang sering ku tonton di TV, aku tidak percaya tapi ini nyata. Tubuhku meremang, aku mencoba menguatkan diriku untuk mendekatinya lalu suaranya terdengar sangat dekat.

“You must die!”

“Mommy…” teriakku kencang, Aku langsung berlari ke kamarku namun dia menarikku.

“Lepaskan!” Aku meronta, rasanya tubuhku mati. Kotak musik itu lagi-lagi berbunyi dan sungguh aku tidak menyukai suara itu.

“Aku mohon siapapun, tolong aku!” suaraku serak, aku betul-betul takut.

This mine!

Suara itu membuat kakiku terlepas dari cengkraman mahluk yang sangat mengerikan bagiku, aku segera berlari kekamar dan menguncinya, terdengar seperti suara orang berkelahi, Aku tidak kuat. Kupejamkan mataku lalu Kututup kedua telingaku, aku bersandar di jok kasurku sambil menangis. Aku bisa merasakan kehadirannya, begitu dekat semakin dekat. Menatapku dengan tajam, memanggil namaku. Begitu dingin, suaranya tercekat dan roh ku semakin menjauh, begitu gelap. Aku memasuki dunia mereka, dunia dengan segala kebencian, dunia yang tak seharusnya aku singgahi. Kumohon jika kalian mendengarku, tolong bawa aku keluar dari sini. Rasakan betapa mereka tak suka dengan keberadaanku

“Mommy, please! Sara takut.”
Hanya kata itu yang mampu kukeluarkan lalu perlahan kubuka mataku dan semua tampak gelap, kututup mulutku agar tak ada suara yang keluar tapi ini nyata, aku melihatnya. Dia, apakah mahluk itu Diafol? Tapi Diafol tak menolong seorang manusia seperti, mereka jahat. Aku tak dapat melihatnya dengan jelas, aku hanya melihat orang-orang yang ada dibelakangnya. Mereka jiwa yang sudah mati lalu tepat disampingnya. Aku mengenalnya, dia Madam Shalimar. Dan mahluk itu, apa yang dia lakukan?

“Tidak…..”

“Sara, bangun Sweety!” Itu suara mommy, Aku terbangun dan memeluknya. Aku menangis dipelukannya.

“Sara, kenapa sayang?” tanyanya sambil melepas pelukannya dan menghapus airmataku.

“Diafol itu memenggal kepala Madam Shalimar Mom,” ucapku parau.

“Kau hanya mimpi sayang, Madam Shalimar baik-baik saja. Percayalah!” yakinnya padaku.

“Mommy tidak percaya padaku? Mom, Sara tidak bohong, Mommy tak pernah percaya padaku. Apa aku terlihat bodoh dimata Mommy?” bentakku.

“Sara, dengarkan Mommy! Apa yang kau lihat itu tidak benar, Diafol itu tidak ada sayang,” elaknya, Mommy mengenggam tanganku.

“Tidak, Mommy selalu berkata seperti itu.” Aku menyentakkan tangan Mommy.

“Diafol ada Mom, dia mengawasi sara setiap malam di dekat lemari itu. Dan tadi dia, hampir membunuh Sara dan kotak musik yang Mommy rusak berada didepan pintu kamarku dalam keadaan utuh. Aku tidak berbohong Mom, ini bukan mimpi. Percayalah padaku mom!” jelasku.

Aku menangis, bagaimana mungkin Mommy tidak mempercayaiku? Aku benar-benar tidak berbohong. Aku takut, dia akan kembali.

“Sara, sini sayang! Mommy bukannya tak mempercayaimu, tapi semua itu hanya ketakutanmu. Mommy sudah katakan untuk membuang kotak musik itu, tenanglah semua akan baik-baik saja!” Mommy memelukku. Aku hanya terdiam, percuma saja. Mommy tak akan pernah percaya.

**

Matahari meninggalkan langit digantikan oleh sang rembulan, berganti malam. Saat ini aku sedang makan malam bersama Mommy, tak ada satu suara yang keluar selain decapan dan dentingan sendok lalu suara telepon memecah keheningan kami.

“Teruskan makanmu sayang! Biar Mommy yang mengangkat teleponnya,” perintahnya.
Kuhabiskan makananku tapi saat aku ingin mngangkat piring kotorku, Mommy kembali dengan wajah sendu. Terlihat ada ketakutan di matanya.

“Mom, ada apa? Siapa yang menelpon?” tanyaku pada Mommy tapi bukannya membalas dia malah memelukku dan menangis.

“Maafkan Mommy sayang, mestinya mommy percaya padanya dari awal” timpalnya.
“Mom, bicara yang jelas. Aku tak mengerti,” tambahku.

“Madam Shalimar meninggal sayang, mayatnya ditemukan tanpa kepala.” Ucapan Mommy membuatku mundur.

“Ini tidak benar, kau bilang ini hanya ketakutanku. Iyakan mom?” kupegang kedua lengan Mommy, Aku mencoba meyakinkan diriku.

“Maafkan Mommy!” mohonnya, sebuah tetesan air jatuh tepat dipelupuk mataku.

“Tidak Mom, ini tidak mungkin” elakku, kujatuhkan tubuhku kelantai.

“Dengarkan Mommy sayang! Bereskan pakaianmu dan kita akan pergi dari sini secepatnya,” perintahnya.

“Tapi kenapa mom?alasannya?” tanyaku.

“Menurutlah Sara untuk kali ini saja! Mommy hanya ingin melindungimu” ucapnya.

Kami langsung bergegas membereskan koper lalu tiba-tiba terdengar suara, itu suara kotak musik. Tidak, dia kembali!

“Ayo sayang!” ajak Mommy, Mommy menghampiriku.
“Mom, suara itu. Diafol kembali!” gugupku.

“Sara, Mommy yakin! Sara anak yang kuat, apapun yang akan terjadi malam ini. Percayalah mommy mencintaimu sayang!” yakinnya lalu mengecup keningku.

Saat kami ingin pergi, angin kencang bergemuruh, jendela kamar semua terbuka. Semua lampu padam. Kupeluk tubuh Mommy erat.

“Mom, aku takut.” Ucapku.
“Tenanglah Sweety, Mommy disini.”

Mommy menyalakan senter dari handphone-nya, namun lagi-lagi suara kotak music itu terdengar dan kali ini sangat menyeramkan. Kulihat mahluk itu memandang kami, aku dapat melihat wajahnya yang rusak, bola matanya keluar, dan sebuah tombak ditangannya. Suara angina makin kencang, dan sekarang dentingan benda-benda terdengar berjatuhan dilantai.
“Apa yang kau inginkan? Jangan ganggu anakku! Dia tak bersalah,” teriak Mommy sambil menyorotkan senter ke segala penjuru.

“Sara, She is mine!” suara Diafol terdengar tepat dipenghujung lemari kamarku. Aku makin mencengkeram lengan Mommy. Aku benar-benar tidak tahu harus bagaimana.

“Sayang, Apapun yang terjadi tetap disamping Mommy. Kita pasti akan keluar dari sini,” yakinnya padaku. Tapi tiba-tiba pintu kamarku tertutup dengan kencang, Aku berteriak saat sebuah tangan menarik kakiku menjauh dari Mommy.

“Mommy…”

“Tidak, Sara..” teriaknya, dan suara Mommy menghilang.
Gelap, itulah yang kurasakan saat ini. Aku tak tahu ini dimana, kaki dan tanganku terikat rantai. Aku mencoba melepaskan ikatannya dan berhasil, aku segera berdiri dan bergegas mencari Mommy.

“Mom, kau dimana?”teriakku, lagi-lagi kotak music itu berbunyi. Kututup telingaku, aku membenci suaranya.

“Berhenti!! Mommy tolong Sara,” ucapku, aku harus kuat. Mommy sudah mengatakan padaku apapun yang terjadi, aku harus menemukan Mommy.
Ku telusuri kembali lorong kegelapan ini, namun terlalu banyak kudengar suara yang menakutkan bagiku, lalu suara itu membuatku menoleh kebelakang.

“Sara,” panggilnya.

“Madam Shalimar!” Aku berlari memeluknya.

“Madam, keluarkan aku dari sini! Bantu aku mencari Mommy,” rengekku padanya lalu dia tersenyum padaku.

“Tentu Sara, ikutlah denganku!” Aku mengikutinya dan terlihat sebuah cahaya terang, aku bisa melihat mommy, dia terlihat panic memanggil namaku.
“Mommy..” Aku langsung berlari memeluknya.

“Sayang, Mommy mencemaskanmu. Apa mahluk itu melukaimu?” tanyanya lalu mengecup keningku.

“Tidak Mom, Madam Shalimar yang membantuku menemukanmu,” ucapku, membuatnya kaget.

“Ayo sayang, kita tinggalkan tempat ini!” ajaknya.

“Mom” panggilku lalu dia menoleh padaku

“Sara…” suaranya terdengar gugup, Mommy terjatuh kelantai dengan pisau yang menancap tepat di dadanya.

“Tidak…” teriakku.

“kau membunuhnya Sara!” suara Madam Shalimar begitu jelas terdengar.

“Bukan aku, itu bukan aku!” elakku

“Itu dirimu Sara!” timpalnya.
“karena kamu adalah Titisan iblis!”

Kulihat Mommy yang sudah tidak bernyawa dan sebuah senyuman terukir diwajahku
“Kau pantas mati, Mom!”
Lalu sang Diafol menarikku, menjauh dari Mommy. Semakin jauh dan semakin gelap. Malam itu aku tak pernah kembali lagi ke dunia, aku hanya akan datang pada jiwa yang suci. jiwa dengan segala keputusasaan dan kepada mereka yang tak pernah mempercayaimu.

Because I am the DEMON’S DAUGHTER…! YES… I am the beat of the hell !!!

Note:

Diafol : Iblis

-TAMAT-

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro