Cinta Berdarah by Nurul Cahaya

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Judul: Cinta Berdarah
Author: nurul_cahaya

***

Buuugh buuugh buuuggh..

Lima komplotan mavia itu menyerang Edi ayah Mutia tanpa ampun, karena Edi telah mengerti segala rencana busuk Sarni dalam menghancurkan keluarga Edi Nugroho sampai ke akar-akarnya.

Sementara di balik pintu dengan gemetar dan wajah penuh air mata, Mutia melihat kejadian itu, dia masih tak mengerti kenapa ayahnya bisa disiksa terlebih oleh komplotan pembantu rumahnya sendiri.

"Sebenarnya aku tidak berfikir untuk membunuhmu secepat ini Edi, aku lebih ingin kamu melihat istrimu mati terlebih dahulu tapi sayangnya kamu telah mengetahui segala rencanaku." ucap Sarni sambil menatap penuh kebencian kepada Edi.

Edi tak berdaya menerima segala pukulan yang dilakukan oleh mavia dihadapannya "Cukup aku saja Sarni, jangan pernah kamu melukai keluargaku. Sebenarnya apa mau kamu yang sesungguhnya?"

Dengan tawa mengejek, Sarni menjawab "Hahaha.. Hatiku dulu bahkan lebih sakit dari apa yang kamu rasakan sekarang Edi, mana bisa aku menyudahi semua rencana yang sudah aku buat dengan baik."

"Apa maksud kamu Sar?"
Edi semakin tak mengerti kenapa Sarni bersikap begini "aku kira kamu seperti ini karna ada yang menyuruhmu."

Bukan menjawab tetapi Sarni malah menyuruh anak buahnya melanjutkan memukul Edi, kemudian Sarni akan segera pergi dan membuka pintu tempat dimana sedari tadi Mutia mendengarkan, buru-buru Mutia berlari keluar dari rumah itu untuk menyelamatkan diri, kalau tidak pasti dirinya akan dihabisi juga.

Sesampai di rumah, Mutia menghubungi Danu kakaknya dan Reno teman dekatnya, ia menjelaskan semuanya dan meminta pertolongan.

Segala rencana telah mereka susun untuk menyelamatkan Edi, Mereka berpencar untuk mengelabuhi Sarni dan komplotannya.

"Aku akan masuk di pintu utama, kamu Mutia masuk dari pintu samping, dan kamu Reno dari pintu belakang. Hati-hati karna sepertinya mereka membawa senjata sementara kita hanya memakai jaket biasa yang tak tembus senjata." ucap Danu mengintruksi.

Pelan-pelan mereka berhasil masuk dari pintu-pintu tersebut, Mutia hampir saja tertangkap ketika berjalan ke arah ruangan dimana Edi di sekap namun cepat-cepat ia menundukan diri.

Door dooorrrr dorrr
"Arrhhhgg." Mendengar bunyi peluru di tembakkan, seketika Mutia melihat ke arah tersebut tepat dibawah lantai yang Mutia pijak.

"Kak Danu, selamat jalan.. Aku akan berusaha menyelamatkan ayah dan ibu." Mutia menanggis melihat ternyata yang tertembak adalah kakaknya, dia tak tega ingin menolong kakaknya tapi jika dia menolong kakaknya pasti akan bernasib sama juga.
Dengan gemetar Mutia melangkahkan kakinya, tiba-tiba dihadapannya ada salah satu dari mavia tersebut, dengan segala ilmu taekwondo yang dimilikinya Mutia melawan, beruntung ia menang dalam perlawanan itu.

Diujung jendela Sarni melihat gelagat Mutia yang mulai mendekat. "Brengsek, apa saja yang kalian lakukan sampai anak ingusan itu bisa sampai sini, apa kerjaan kalian hanya tidur hah?? jangan sampai rahasia kita terbogkar sebelum waktunya. Cepat habisi dia sekarang juga!"

Dengan obeng yang dimilikinya Mutia mencoba untuk membuka pintu tempat Edi di tahan .

"Ternyata kamu berani kesini anak manis." ucap Sarni.

Kaget, itulah reaksi Mutia sekarang. "Bi-bik kenapa melakukan semua ini, lepaskan ayahku".

Tanpa aba-aba Mutia langsung dibekap dan digendong menuju ruangan sebelah tempat ayahnya disekap. Mutia hanya meronta-ronta berusaha untuk lepas, sementara Sarni semakin tertawa lepas.

Mendengar suara ramai dari atas terlebih itu adalah suara Mutia, Reno segera mengikuti mereka dan menghubungi teman-temannya yang dianggap bisa membantunya.

Di dalam ruangan, Mutia disekap sama seperti ayahnya, berkali-kali ia dipukul oleh Sarni.

" Aww.. Bik sakit." rintihnya.

Sarni hanya tertawa dan semakin gencar memukuli Mutia, setelah puas ia akan melakukan beberpa metode untuk mencuci otak Mutia dan kemudian di jual kepada madam Eline untuk dijadikan wanita penghibur.

Telfon Reno berdering menandakan ada panggilan masuk, dan ternyata dari temannya "Halo, sudah sampai? Iya, dari gang itu lurus saja nanti ada gudang warna abu-abu, kita ada disana. Bawa ambulance karna sepertinya Danu meninggal di tempat, jangan lupa selamatkan ibu Mutia karena para mavia juga akan segera meghabisi ibunya." ucap Reno bisik-bisik, Reno hanya mengamati dari belakang kardus persembunyiannya ia menunggu kawan-kawan untuk saling melawang pasukan mavia itu.

"Lebih baik bunuh aku saja bik daripada kau siksa seperti ini." Mutia memercingkan matanya melihat dara bekas siletan Sarni di tangannya.

"Enak saja, kamu itu masih bisa aku manfaatkan gadis bodoh."

"Kenapa bik, kenapa bibik melakukan ini? Bukankah bibik bekerja pada ayah?"

"Haha aku bekerja pada ayahmu? dengar ya gadis bodoh, selama ini aku bukan bekerja pada ayahmu tetapi aku sedang menjalankan rencanaku."

"Rencana?" tanya Mutia.

"Iya.. Setelah aku bekerja dirumahmu, aku bisa mengetahui segala tentang keluargamu, perusahaan ayahmu dan aku akan mengambil alih perusahaan itu.. Dan asal kamu tahu, sebenarnya aku tidak membutuhkan gaji dari ayahmu karena aku sudah punya bisnis sendiri."

Mutia tak menyangka atas penuturan pembantunya tersebut "Ayah salah apa bik sampai kamu tega membuatnya seperti ini, menyiksanya?"

"Awalnya aku tak ingin menyiksanya, yang ku ingin adalah menyiksa lalu menjualmu dan membunuh ibumu?"

Mata Mutia melebar seketika, iakaget mendengar hal itu, kemudian ia mengerak-gerakkan tangannya agar bisa lepas dari tali yang mengikatnya meskipun ia sudah tak punya daya karena merasakan sakit memar disekujur tubuhnya.

"Lepaskan aku, aku tidak sudi berada dekat dengan wanita sepertimu bik, apa salah ayahku kenapa hanya ayah yang dalam rencanamu kamu biarkan hidup?"

"Ayahmu tidak salah, yang salah adalah ibumu. Dia telah merebut Edi dariku."

"Tapi ayah sama sekali tak mengenalmu bagaimana bisa ibuku merebut ayah darimu?"

"Sejak kuliah aku menyukai Edi, rasa cinta ini sudah mendarah daging, lalu tiba-tiba aku melihat dia akan menikah dan itu adalah hal yang kubenci. Ibumu adik kelas ku dan Edi, tapi kenapa baru beberapa saat kehadiran ibumu bisa merebut Ediku? Aku muak, aku benci dengan ibumu dan aku bersumpah akan membuat keluarga Edi hancur lalu Edi akan menikah denganku." dengan amarah yang meluap-luap Sarni meceritakan segalanya "tapi sialnya, Edi sudah terlebih dahulu mengetahui rencanaku maka dari itu sekarang aku menyiksanya."

"Dasar wanita gila, hanya karena cinta kamu berbuat senekat ini, sadarlah bahwa ayah dan ibu itu telah bahagia, pergi menemukan kebahagiaanmu sendiri dan jangan ganggu keluargaku bik. Aku menyayangimu bahkan kamu sudah ku anggap sebagai ibu keduaku, teganya kamu berbuat seperti ini bik"

"Jangan coba-coba untuk menceramahiku gadis kecil, usiamu baru 19 tahun. Tahu apa kamu tentang kebahagiaan, kebahagiaanku adalah dengan cara aku melakukan rencanaku." ucap Sarni dengan memalingkan wajah, menyembunyikan tetesan air yang jatuh dari pelupuk matanya "sejujurnya aku juga sudah menganggapmu seperti anakku sendiri, tapi aku memungkirinya. Aku sudah tak mau lagi dibodohi oleh yang namanya perasaan."

Kemudian Sarni menyuntikkan obat pencuci otak kepada Mutia, selang 10 menit pintu di dobrak oleh Reno dan teman-temannya.

"Hentikan perbuatan keparatmu itu bik." bentak Reno.

Sarni ketakutan melihat Reno dan ternyata hanya dua mavia yang tersisa selamat, ia berusaha keluar sambil menodongkan pistolnya ke Reno, sementara Reno cepat-cepat menolong Mutia.

"Kamu tidak apa-apa?"

Mutia hanya tersenyum dan mengangguk, mungkin kini separoh otaknya telah tercuci hingga Mutia terasa lemas dan tak sanggup berjalan.

Sarni dan para mavia lainnya kabur lewat pintu rahasia, namun sayangnya ia ditangakap oleh polisi-polisi yang berjaga disekeliling rumahnya. Ketika Reno menunggu kawananya tadi, ia menghubungi polisi dan mengatakan agar tidak membunyikan sirine mobil polisi di dekat gedung tersebut.

Kini Sarni dan mavia-mavianya telah tertangkap, tak terkecuali mavia yang berada di rumah Mutia untuk membekap ibu mutia, selain itu Reno menyelamatkan Edi kemudian membawanya ke rumah sakit dan mengurus pemakaman Danu.

Beberapa saat setelah Mutia sadar, ia menceritakan segalanya kepada Edi, tentang dendam dan rencana pembunuhan Sarni kepada ibu mutia dan tentang meninggalnya Danu.

Kini Sarni telah mendekam di penjara, dan keadaan keluarga Mutia telah berangsur-angsur membaik.

________end_______

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro