Gang sempit

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Judul : Gang sempit

Oleh : Dean Akhmad 

**********************

Unyil dan Ucrit, dua orang sahabat yang kemana-mana selalu berdua, selain mereka bertetangga juga tumbuh bersama di lingkungan yang sama. Membuat mereka menjadi dua sahabat yang tak terpisahkan.

Dimana ada Unyil pasti ada Ucrit, makan selalu bersama, berangkat sekolah juga bersama, main bareng sepulang sekolah bersama, dan mandi pun mereka bersama.

Tak ada ceritanya mereka berjalan terpisah, bak pinang dibelah dua, layaknya kembar siam yang selalu menempel. Kemanapun mereka berada pasti tak terpisahkan.

Siang itu, ketika mereka berdua tengah melepas penat sehabis berlari-larian bermain petak umpat bersama kawan lainnya disebuah tanah lapang yang tak jauh dari tempat mereka tinggal. Membuat mereka memanfaatkan tanah lapang tersebut sebagai tempat bermain mereka.

Kedua sahabat tersebut tidur terlentang menghadap keatas, kearah dedaunan yang rimbun. Ditambah dengan suara gemerisik daun-daun yang bersentuhan diterpa angin sepoi-sepoi siang hari.

"Nyil, katanya temen-temen pernah ngeliat ndas glundung." Seloroh Ucrit yang tak sekalipun menoleh kearah sahabatnya Unyil. Ucrit sendiri memejamkan matanya tengah menikmati angin sepo-sepoi menghantam wajahnya. Membuatkan sebuah kesejukan tersendiri.

"Dimana ada ndas glundung itu, jangan ngarang kamu Crit," timpal Unyil yang melakukan hal sama seperti yang dilakukan Ucrit.

"Beneran Nyil, Sapto dan Heru katanya pernah liat." Tukas Ucrit tak mau kalah, posisinya sekarang sedang duduk bersandar pada batang pohon besar.

"Oh, iya. Seriusan kamu Crit?"

"Kamu tau gang sempit itu gak?" Tanya Ucrit menunjukan gang sempit yang menghubungakannya langsung ke gang sebelah, yang letaknya tak jauh dari kampung mereka tinggal.

Gang tersebut memang sempit, ditunjang dengan bangunan yang kebanyakan bertingkat membuat suasana gang menggelap. Sekalipun disiang hari yang terik seperti ini.

Hanya asa beberapa sinar matahari siang yang menelusup melalui celah-celatph atap seng yang bolong ataupun alasan lainnya.

Namun tetapa saja bagi sebagian orang, melawati gang tersebut seperti uji nyali.

Untuk ukuran orang dewasa yang mengetahui desas-desus, kabar angin yang beredar. Bahwa pernah suatu ketika ada seorang saksi mata yang saat itu suasana adzan magrib mulai berkumandang, saksi mata tersebut melewati gang sempit tersebut guna mencari jalan tercepat menuju rumahnya. Yang salah satunya adalah menggunakan gang sempit tersebut.

Tidak cukup panjang memang jalan yang ditempuh, namun pencahayaan yang remang-remang, itupun berasal dari lampu rumah warga melewati celah jendela-jendela kamar mereka menambah kesuraman gang tersebut.

Ketika selangkah kakinya menjenjakkan dibibir gang tersebut, samar-samar dia mendengar sesuatu yang menggelinding dari salah satu genteng rumah milik warga sekitar. Diringi dengan suara benda berat yang jatuh dari ketinggian.

Sekilas saksi mata itu, melihat sebuah siluet benda bulat dan plontos layaknya bola.

Belum sampai dia kembali melangkahkan kakinya, saksi mata tersebut mendengar bunyi gesekan sebuah benda yang dia yakini adalah sebuah benda yang tengah diseret.

"EHMMMM......"

Tubuhnya merasakan getaran hebat, bulu kuduknya meremang dan otot-otot kakinya seakan ikutan melentur layaknya jeli. Sedikit bekal dari hafalan surat Ayat Kursi, saksi mata tersebut merapalkan Ayat Kursi dan dengan ancang-ancang kuat saksi mata itu berlari menembus dinding-dinding pekat dari gang tersebut.

Sedikit melangkahkan kakinya dengan cepat, sesaat ketika ditengah-tengah perjalan. Kakinya membentur sesuatu.

Mau tidak mau, dia menghentikan langkahnya. Dengan nafas tercekat dan memicingkan matanya, saksi mata tersebut mencoba melihat kebawah kakinya. Benda apa yang menghalangi jalannya, diringi dengan bulu roma yang sudah meremang seutuhnya saksi mata memberanikan dirinya.

Benda bulat layaknya bola, berwarna hitam. Namun ketika mata saksi mata itu lebih memfokuskan pandangannya, seperti ada sesuatu yang bergerak dari bola tersebut.

Sepasang mata, dengan netra merah. Menatapa sang saksi mata.

"SETAAAAAAN...." teriak saksi mata begitu mengetahui apa yang barusan dilihatnya.

Saksi mata itu lari tunggang langgang, tak menghiraukan tatapan mengejek warga sekitar. Keringat dingin bercucuran, jantungnya berdegub kencang, ingatan akan mata itu membuat bola romanya meremang dan mengigil ketakutan.

*********

Sore itu, Unyil dan Ucrit tengah asyik bermain gobak sodor dengan beberapa teman sebayanya. Bagi mereka adanya lahan kosong laiknya lapangan ini sangat bersyukur karena ada tempat untuk bermain dengan teman sebayanya.

Jam sudah menunjukan jam lima sore, ketika Unyil dan Ucrit sampai dirumah. Tubuhnya letih, keringat bercucuran.

"Unyil, kamu dari mana saja Le? Mau magrib jangan keluar rumah." Ucap si ibu yang sudah menemani anaknya duduk lesehan diatas karpet.

"Iya buk,"

Unyil yang sedang melepas penat dikagetkan dengan kedatangan Ucrit yang tiba-tiba datang, mengajak serta Unyil untuk mengambil sandalnya yang tertinggal di lapangan tersebut.

Dengan santai mereka berjalan, menapaki setiap sudut lapangan guna mencari sepasang sandal jepit milik Ucrit.

"Ketemu Nyil!" Seru Ucrit berteriak.

Unyil yang berdiri tidak jauh dari Ucrit pun berlari menghampirinya.

Unyil dan Ucrit sepakat untuk melewati gang sempit tersebut, sedikit gamang. Namun jalan itulah yang menhubungkan langsung menuju jalan lain yang akan menjadi tujuan mereka selanjutnya.

Sesaat mereka terdiam dan saling memandangi satu sama lain, ketika berada didepan gang semping tersebut.

Sedikit ragu-ragu memang, mereka meyakinkan satu sama lain untuk memasuki gang sempit tersebut. Dengan saling menganggukan kepala masing-masing tanda persetujuan, mereka memantapkan diri melangkah menuju gang sempit tersebut.

Entah kenapa, suasana sedikit mencekam disekitar mereka. Seperti ada yang sedang memandangi mereka dari balik punggung mereka.

Unyil yang merasakan, berhenti melangkah dan menoleh kebelakang.

Nihil

Kosong, hanya hembusan angin yang langsung menerpa wajahnya.

"Kenapa Nyil?" Tanya Ucrit yang celingukan.

"Kayak ada yang liatin Crit."

"Mana, gak ada gitu. Ayo, jalan lagi,"

Mereka berdua kembali menapaki gang sempit tersebut, gang ini gak begitu panjang. Tapi kenapa rasanya sangat lama.

Unyil merasakan ada sesuatu yang meniup tengkuknya, bulu romanya seketika berdiri menegang. Kembali Unyil mengapau tangan Ucrit dan menghentikan langkah mereka.

Lagi-lagi Unyil menoleh kebelakang, dan kosong.

"Kenapa lagi si Nyil?"

"Merinding Crit!"

Entah kenapa keadaan gang sempit ini semakin mencekam, seperti yang dikatak oleh saksi mata. Unyil sudah merasakan bulu kuduknya meremang, membuat dia menjadi was-was yang tinggi.

Terdengar bunyi gemerisik yang tak lazim sampai ditelinga mereka, dengan hati-hati mereka mendekati sumber suara gemerisik tersebut.

Katakanlah didalam gang sempit tersebut ada celah kecil yang muat untuk persembunyian satu anak kecil.

Unyil dan Ucrit saling pandang ketika akan mendekati celah tersebut, saling menelan ludah dengan kesulitan, dan suasana horor yang meliputi mereka.

Dengan dada yang naik turun menahan suatu perasaan kalut dan ketakutan menjadi satu, mereka memberanikan diri untuk melonggok ke arah celah kecil tersebut.

"DUAAAR" teriak Sapto ketika keluar dari persembunyiannya di antara celah kecil tersebut.

Sapto sendiri tertawa puas melihat ekspresi terkejut dari kedua temannya ini, bahkan Heru pun ikut menyusul tertawanya.

"Gak lucu tau!" Teriak Unyil geram

"Huahahahaha, liat ekspresi kalian. Konyol sekali." Tukas Heru yang masih memegangi perutnya karena tertawa tiada henti.

"Kalian pikir lucu, ngagetin kita kek gini?"

"Iya" jawab serempak Sapto dan Heru.

DUG!!

BRUGH!!

Sesuatu terjatuh tepat ditengah-tengah mereka berempat, Unyil dan Ucrit melihat wajah tegang dari Sapto dan Heru. Membuat Unyil kembali menatap Ucrit yang juga menampakan wajah kebingungan.

SREEKH

Benda itu bulat seperti bola, benda itu menatap kearah Unyil dan Ucrit. Dengan netra merah menyala, mata itu menatap tajam Unyil dan Ucrit yang sekarang menunjukan wajah pucat mereka.

Dan ketika mereka melihat senyuman dari pemilik mata merah itu. "NDAAAAS GLUNDUNG!!!!"

The End

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro