Scary

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

written by Yosie

***

Seperti hari-hari sebelumnya, Kezia pulang ketika langit sudah tampak gelap. Gadis ini benci kegelapan, tentu saja. Meskipun kampus masih dipenuhi mahasiswa yang setia duduk di gazebo yang ada di sekitar gedung, hal itu tak mengurangi rasa takutnya. Kampusnya cukup indah sebenarnya, tapi jika dilihat saat hari terang. Dengan keadaan gelap seperti ini tak ada keindahan yang dapat dinikmati. Gedung setiap fakultas yang menjulang tinggi seakan menjadi tempat tinggal para makhluk kasat mata dan dilengkapi pepohonan yang sengaja ditanam menambah sisi menyeramkan dari kampusnya. 


Ada beberapa cerita seram yang sampai ke telinganya. Pertama, adanya penampakan dibalik sebuah foto. Dari sumber yang diterimanya, beberapa orang gadis mengambil gambar saat mereka mengerjakan tugas bersama ketika hari sudah mulai gelap. Berniat mengambil gambar yang menarik dengan kondisi remang-remang, yang tertangkap kamera justru hal yang menakutkan, seorang gadis berambut panjang dengan pakaian putih. Cerita kedua berasal dari salah satu teman dekat Key-sapaan gadis ini, Reina yang saat itu ingin mengambil uang di mesin ATM yang terdapat di dalam salah satu fakultas saat hari gelap, Reina dikejutkan oleh sebuah bayangan yang tak ingin dilihatnya, katanya ada tiga atau bahkan lebih anak-anak dengan kepala dibotak habis sedang tertawa. Reina bahkan segera berlari dan menangis sejadi-jadinya saat menceritakan itu. Dan Key tak ingin mengetahu cerita ketiga dan seterusnya, dan tak ingin menambah salah satu cerita mengerikan dengan ia yang menjadi pemain utama.


Benar kata mereka, kehidupanmu secara tidak langsung akan berubah saat kau menginjak dunia perkuliahan. Sangat berubah malah. Kehidupan Key berubah saat ia menginjak semester awal. Ia hidup bagai dikejar oleh banyak hal setiap harinya. Tugas, laporan, dan ujian mendadak yang bisa kapan saja menyerangnya. Key bukanlah seorang yang jenius, saat tugas datang ia pasti mengerjakan bersama dengan temannya dan memaksanya untuk pulang larut malam begini. Dan jangan lupakan jadwal praktikum yang selalu dijadwalkan sore hari dan berakhir malam hari.


Masih seperti sepuluh menit yang lalu, gadis ini masih berdiri di depan pos satpam fakultasnya. Melirik sesekali ponsel hitam miliknya menunggu kabar dari sang kekasih yang berjanji menjemputnya malam ini. Emosi gadis ini naik, ia ingin segera pulang, namun ketakutannya lebih mendominasi untuk pulang sendiri.

"Key, pulang bareng gue aja. Pacar lo belum datang juga."

Thank's, God. Kau masih melindungiku.


Key tersenyum membalas, lalu beranjak kearah Nayla yang baru saja memberhentikan motornya tak jauh dari Key. Ia menaiki motor Nayla, lalu memasang helm pemberian gadis itu padanya dan berniat mengirim pesan pada Kelvin, kekasihnya.

***

Tanpa ada niat membersihkan diri terlebih dahulu, Key lebih memilih berbaring di tempat tidur empuk miliknya. Rumahnya sepi seperti biasa, tapi selalu ada yang membuat gadis ini terkejut. Seperti suara keras dari gonggongan anjing, atau ketukan pintu yang terdengar tiba-tiba.

Seperti saat ini, baru terhitung limapuluh detik ia memejamkan mata, secara tiba-tiba lampunya padam. Retinanya tak dapat menangkap cahaya sedikitpun, mengingat ia tak membuka jendela kamarnya itu.

Key mulai merasakannya lagi, kegelisahan itu muncul kembali. Ia menyentuh tengkuknya, lalu mengusap tangannya. Kegelapan bahkan lebih menakutkan daripada mendapati laporan miliknya harus direvisi.

Berusaha menghilangkan rasa takut, ia bangkit dari tidurnya dengan sedikit penerangan dari ponselnya untuk mencari lampu emergency. Oke, Key merasa dipermainkan oleh keadaan. Lampunya kembali menyala saat tangan gadis itu menyentuh gagang pintu kamar. Ia merutuki siapapun yang tega mempermainkannya. Gadis ini menghela napas sejenak, lalu kembali menuju tempat tidur. Rasa kantuknya menghilang, ia memutuskan memainkan ponsel miliknya demi mengulur waktu.

Lagi, tanpa tahu siapa yang mengatur, lampu di kamar gadis ini kembali padam. Rasa takut itu kembali, gadis ini melirik sekeliling mencari tanpa tahu apa yang dicarinya. Menghindar tanpa tahu apa ia hindari. Ia merasa takut, itu saja. Terdengar simple tapi sangat sulit untuk melewatinya.

Key memilih meringkuk di tempat tidurnya ketika mendengar suara gonggongan anjing itu kembali, tubuhnya terlilit penuh dengan selimut biru miliknya. Ia menutup paksa matanya, berusaha untuk tidur hingga bangun saat matahari mulai memancarkan sinarnya kembali. Suara binatang itu masih terdengar, dan semakin membuat tubuh Key bergetar. Ia lebih memilih mati saat ini juga daripada merasakan saat mengerikan ini.

Suara gonggongan itu berhenti, digantikan oleh suara ketukan yang berasal dari pintunya. Demi celana dalam milik Tuan Krab, ingin rasanya Key terjun bebas dari gedung fakultasnya dan mati seketika. Ketukan pertama terdengar halus, disusul ketukan kedua yang berjarak lima detik dari ketukan pertama, dan semakin itu terdengar lebih bersemangat. Key tak melirik kearah pintu sampai terdengar suara decitan pintu itu terbuka, ia melirik sedikit lalu memaksa matanya untuk menebak siapa yang membuka pintunya.

"Siapa di sana?" Gadis ini berusaha menyuarakan isi kepalanya, tapi yang terdengar hanya bisikan halus dari mulutnya.

"Dek?" katanya lagi. Ia hanya menebak, apakah adik lelakinya yang baru saja meninggal mendatanginya? Atau ayahnya? Atau bahkan ibunya?

"Dek, Pa, Ma, jangan ganggu kakak. Kakak takut, Ma. Tolong," ucapnya sembari menutup tubuhnya.
Ia membutuhkan pertolongan, entah dari siapapun itu. Dengan tangan bergetar ia menyentuh ponselnya, berusaha memikirkan siapa yang kiranya mau menolongnya. Ya Tuhan, otak bodohnya sama sekali tidak berfungsi saat ini. Key, sadarlah!
Tanpa pikir panjang, ia membuka pesan dari orang terakhir yang ia kirimi pesan, Kelvin.

Key tak pernah suka film dengan horor sebagai genre dari film itu. Ia tak pernah bergabung saat teman-temannya mencoba uji nyali dengan mendatangi tempat-tempat yang terkenal angker. Key juga menolak saat diajak memasuki rumah hantu saat mereka berada disalah satu taman hiburan. Ia terlalu takut, seseorang yang memiliki sifat paranoid seperti dirinya bahkan sangat takut saat berhadapan dengan kaca yang mengelilinginya. Ia takut bayangan itu tiba-tiba muncul dan menariknya ke dunia menakutkan itu. Oleh karena itu, ia bingung kenapa hal-hal itu justru menghampirinya padahal ia menolak?

Key melirik sekilas pada layar ponselnya, tangannya masih bergetar. Ia mengerutkan kening melihat pesan dengan kalimat tak bermakna yang diketikkannya. Hingga dirasakannya selimut yang dipakainya semakin tertarik kebawah. Semakin tertarik hingga terlepas seutuhnya dari tubuhnya. Key semakin dilanda ketakutan. Ponselnya terjatuh di samping kepalanya begitu saja. Key memejamkan matanya saat merasakan sentuhan halus pada wajahnya. Ia ingin berteriak, namun lidahnya seakan keluh. Ia ingin bergerak melawan, tapi tenaganya seakan lenyap. Perlahan, cairan bening itu mengalir dari sudut matanya. Ia merasakan perih pada pipinya saat benda tajam dingin itu menggores pipinya. Semakin lama, semakin lama semakin mengingat benda tajam itu tak hanya melukai wajahnya. Ia berusaha bergerak melawan, dan tangannya kembali menemukan ponsel miliknya. Hingga ia tak dapat merasakan apa-apa lagi setelah ia menyalakan ponselnya lagi.

To: Kelvin

Gak perlu jemput gue. Lo mau buat gue mati?
(20.41)

To:Kelvin

Vin, lo bunuh gue.
(22.22)

TAMAT

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro