PAMALI by Umaya afs

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Judul:Pamali                                                   Author : umaya_afs

***

Hari ini sekolah SMP2 Ciawi mengadakan kunjungan ke sebuah kampung adat. Dimana adat dan kepercayaannya masih dijunjung tinggi. Tahukah kalian kampung apa yang kami kunjungi? Ya benar sekali, kami akan mengunjungi Kampung Naga. Tempatnya masih satu kabupaten dengan tempat tinggal kami, meskipun demikian kami semua begitu antusias dalam kunjungan kali ini. Perjalanan kali ini sekolah kami menggunakan bis. Sebelum berangkat kami dibagi-bagi kebeberapa bis yang ada.

Saat perjalan semua anak-anak di bis bernyanyi bersama untuk meluapkan rasa senang. Dari mulai nyanyian naik-naik kepuncak gunung, kereta malam dan lain sebagainya. Ketika sampai tempat kami si sambut oleh pemangku adat dan juga kuncen dari Kampung Naga. Untuk memudahkan kamipun di bagi menjadi beberapa kelompok kecil, dan setiap kelompok di dampingi oleh orang setempat.

Terlihat Ayu, Sisi, Tami, Rinda, Sri, Dina, Dini, Ratna, Iis dan Tanzil sedang memperhatikan penjelasan Pak Rahmat ( pemandu setempat). Dari penjelasan Pak Rahmat di kampung ini ada beberapa pantangan atau orang setempat menyebutnya "pamali". Kata yang sangat ajaib yang diikuti oleh semua warga setempat. Dimana kami tidak boleh memfoto sebuah rumah, tidak boleh memindahkan barang mulai dari daun, ranting bahkan batu yang ada dilokasi. Setelah Pak Rahmat selesai menjelaskan Ayu dan teman-temannya mulai mengikuti Pak Rahmat untuk masuk ke kawasan perkampungan.

Sisi mengajak ke teman-temannya untuk menghitung tangga yang ada dikawasan itu " kita hitung yu berapa tangga sampai kebawah!"

Tami menimpali "boleh siapa takut"

Dan yang lainnyapun setuju dengan usulan Sisi. Ayu hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah teman-temannya.

Setelah sampai di tangga paling bawah ternyata jumlah tangga yang di hitung tidak ada yang sama. Mereka pun saling menganggap bahwa dirinyalah yang paling benar berhitung. Sampai Pak Rahmat pun buka suara dari dulu tiap yang menghitung tangga disana selalu seperti itu. Sehingga sampai sekarangpun jumlah tangga pasti tidak ada yang mengetahui.

Ayu dan teman-temannya diajak berkeliling oleh Pak Rahmat, merekapun mengabadikan foto di tempat yang memang di perbolehkan. Disaat berkeliling tanpa sengaja Ratna mengambil 3 buah batu dan menendang ranting di jalan yang dilalui. Bahkan disaat melihat Kali Ciwulan Ratna memberikan batunya ke Ayu dan Sisi. Awalnya Ayu menolak karena ingat sama penjelasan Pak Rahmat tadi.

"Ratna kamu ngambil ini bati dari mana?"

"tadi dijalan liat dan pengen ambil"

"Duh, ngapain di ambil sih! Ntar kalo ada apa-apa gimana?"

"ye ga mungkinlah itu palingan juga mitos Si"

"Aku ga mau ikut-ikutan ah, ayo Si"

"jangan gitu dong, ah... Ayu ama Sisi ga asik banget. Kita lempar siapa yang paling deket lemparannya nanti harus traktir Baso Atun" kata Ratna

Ya, akhirnya merekapun melempar ternyata Ayu yang kalah. Lemparannya ga terlalu jauh. Tanpa mereka sadari Pak Rahmat mendekat dan menegur mereka yang malah main-main. Dan mengajak mereka untuk meneruskan melihat-lihat lagi. Apalagi waktunya sudah mau selesai juga. Setelah selesai berkeliling mereka semua merasa puas. Dan tinggal membuat laporan hasil kunjungannya dalam bentuk makalah sebagai salah satu tugas kunjungan ini.

Ayu sampai di rumahnya. Terlihat Ayahnya dan Ibunya sedang mengobrol santai di ruang keluarga. Ayahnya pun menanyakan gimana tadi kunjungan ke Kampung Naganya apakah menyenangkan dan mendapatkan ilmu baru. Ayu pun mengangguk dan pamit ke orang tuanya untuk istirahat di kamar. Tidak tahu kenapa badannya begitu terasa lelah setelah kunjungan kali ini.

Satu, dua hari tidak ada yang aneh, tapi di hari ketiga ada kejadian yang aneh di kelas 2B. Salah satu siswinya menjerit-jerit ingin ke kelas 2C. Akhirnya guru dan juga teman-teman sekelasnya mencoba menenangkan dan memegang Sisi, tapi tenaga Sisi begitu kuat dan akhirnya terlepas. Sisi pun mendatangi kelas Ayu dan Ratna.

Ketika mereka bertemu seperti kor, mereka meraung-raung bersama dan memekakkan telinga yang mendengarnya. Akhirnya pihak Sekolahpun memanggil orang tua Ayu, Ratna dan juga Sisi untuk datang ke Sekolah.

Pertama datang Pak agus dan Bu Imas orang tua dari Ayu, di susul dengan Pak Jeje dan Bu Ade orang tua dari Sisi, dan terakhir orang tua Ratna yang datang yaitu Pak imam dan Ibu Erna. Mereka begitu khawatir melihat keadaan anak-anaknya yang menjerit-jerit histeris. Akhirnya pihak Sekolah pun meminta orang tua masing-masing untuk membawa anak-anaknya supaya tenang dan cepat sembuh.

Pak Agus dan Bu Imas pun membawa Ayu ke dokter, setelah di periksa tidak ada kelainan pada Ayu. Pak Agus dan istrinya membawa pulang Ayu ke rumah, tapi yang mengherankan setiap Ayu ke kamar mandi Dia pun menjerit. Pak Agus pun menayakan kenapa Ayu menjerit. Ternyata Ayu melihat penampakan-penampakan yang menyeramkan. Akhirnya Pak Agus pun membawa Ayu ke Ustad Nurman yang ada di kampung Malahening di Desa Bugel. Mencari syafa'at untuk kesembuhan anaknya.

Ustad Nurman pun melihat kondisi Ayu, sorot mata Ayu terlihat kosong. Ustad Nurman menjelaskan kalau sukma Ayu tertinggal di tempat yang jauh seperti hutan. Kalau samapai 1 minggu ini tidak segera di tarik lagi sukmanya maka tubuh Ayu akan dikuasai oleh makhluk yang ada ditubuhnya. Setelah penjelasan dari ustad, Pak Agus menghubungi orang tua Sisi dan Ratna. Untuk membawa mereka kembali ke Kampung Naga bertemu dan meminta bantuan kepada kuncennya yang bernama Pak Ade Suherlin berdasarkan informasi dari guru di sekolah SMP 2 Ciawi.

Setelah sampai di Kampung Naga merekapun langsung datang ke tempat Pak Ade sebagai kuncen dan mengutarakan maksudnya. Pa ade pun mencoba untuk membantu dapi tidak bisa menjanjikan. Karena kesalahannya ada pada Ayu, Ratna dan Sisi yang tidak menaatin adat istiadat dan kepercaan disana. Dimana batu bahkan ranting dan daun yang ada di jalanpun itu memiliki penunggu. Dan penunggu itu merasa terusik karena rumahnya telah di ganggu. Dan yang mereka ganggu itu bukanlah penunggu sembarangan.

Bahkan Ayu berceloteh bahwa dia senang bisa pulang ke rumahnya lagi. Dan mengatakan kalau rumahnya begiry besar dan penuh hiasan padahal yang lainnya tidak melihat apa-apa disan. Hanya lahan kosong semata.

Pak Ade pun menjelaskan kalau memang ingin anak mereka seperti sedia kala maka harus meminta maaf ke pada 3 orang yang di ganggu itu. Dimana yang diganggu itu merupakan suami istri dan anaknya. Dan kalau tidak segera dilaksanakan kemungkinan Ayu, Sisi dan Ratna akan selamanya terkurung di hutan larangan. Karena semakin lama akan semakin susah menarik kembali sukmanya.

Dilain tempat nampak sukma Ayu, Sisi dan Ratna yang terus berputar-putar mencari jalan pulang. Tapi apalah daya mereka hanya terus berputar-putar di hutan yang mereka tidak ketahui ada dimana itu. Karena ketika mereka sadar mereka sudah berada di hutan yang begitu gelap karena sinar matahari saja tidak bisa menembus rimbunnya hutan disana.

Setelah berdikusi akhirnya dilakukan ritual-ritual untuk permintaan maaf pada arwah yang terusik dan juga memanggil sukma dari ketiga siswi itu. Dan Akhirnya sukma dari ketiga gadis itu pun kembali ke raga masing-masing. Para orang tuapun berterima kasih atas bantuan dapi Pak Ade selaku kuncen.

Karena merasa sudah sehat Ayu pun mulai masuk sekolah lagi. Karena sudah banyak tertinggal dengan pelajarannya yang mana sebenttar lagi akan ujian sekolah. Awalnya biasa-bisa saja, tapi ketika Ayu bertemu dengan temannya yaitu Ratna dan Sisi tiba-tiba Ayu meraung-raung kembali. Dan mengakibatkan pihak sekolah pun memanggil orang tuanya dan juga orang tua kedua temannya. Mengherankan memang karena setelah beberapa hari melaksanakan ritual di Kampung Naga, Ayu tidak pernah melihat penampakan ataupun mengalami kejanggalan. Dan terlihat sudah mulai membaik. Tapi ketika bertemu dengan temannya malah kambuh kembali.

Dengan rasa penasaran yang menggunung, orang tuanya pun membawa kembali Ayu ke Pak ade dan menjelaskan yang terjadi. Ternyata Arwah itu masih belum bisa memaafkan secara sepenuhnya. Dan kuncen pun menyarankan supaya ketiganya untuk di pisah saja jangan samapi bertemu terlebih dahulu.

Akhirnya Sisi dan Ratna dipindahkan sekolah oleh orang tuanya karena tidak ingin hal yang buruk menimpa anak mereka. sedangkan Ayu masih tetap sekolah di SMP 2 Ciawi karena menurut orang tuanya kasian kalau Ayu harus adaptasi dengan sekolah yang baru. Lagi pula kedua teman Ayu sudah pindah.

Semoga saja mereka tidak bertemu kembali karena ketika bertemu aura mereka saling tarik menarik. Dan kemungkinan untuk kambuh lagi semakin besar. Pada Akhirnya hanya waktu yang bisa menjawab.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro