Tuhan Hidup di Hal-Hal yang Kamu Tidak Mengerti

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Tuhan Hidup di Hal-Hal yang Kamu Tidak Mengerti
Written by Green Tea
Playlist, Rayuan Perempuan Gila, Nadin Amizah.

***

Kamu berdiri di tepi dunia yang bagai telah berubah sepenuhnya. Langit di atasmu perlahan bergerak, tetapi yang terlihat bukan awan seperti biasanya. Di sana, di atas kepala, ikan-ikan berenang bebas, melayang dalam udara yang hening. Sisik mereka berkilauan, memantulkan cahaya bulan yang menggantung seperti tak bergerak. Warna-warninya—perpaduan biru pucat dan merah—selayak menari dalam bayangan misteri. Mereka bukanlah makhluk dari duniamu, 'kan tetapi dalam ketenangan ini, hanya mereka yang terasa nyata.

Langit yang semula kau kenal kini bagai laut yang terbalik. Kamu tahu ini bukan mimpi, tetapi tak ada cara untuk menjelaskan bagaimana kau bisa berada di tempat ini.

“Apa yang kau cari di sini?” suara itu datang, menghampiri dari kegelapan yang entah dari mana asalnya. Tak perlu kau menoleh. Kamu sudah tahu siapa yang berbicara. Sang Tuan, sosok yang melambangkan jawaban yang tak pernah kau tanyakan. Kegelapan yang menyelimutinya, tampak hidup, seperti makhluk yang bernapas pelan.

Dia bukan sekadar bayangan; ada kehadiran di dalam kegelapan itu. Bagai jantung yang berdetak bersamaan, kau bisa merasakan bisikannya dalam udara yang mulai dingin. Namun, anehnya, kamu tidak takut. Ada sesuatu yang lebih dalam dari rasa takut. Mungkin takjub, atau mungkin ketidakpahaman yang membalut dirimu.

“Kamu tahu apa yang kamu cari,” katanya lagi, lebih dekat kali ini, “Tapi kamu tak pernah tahu bagaimana menemukannya.”

Kamu tidak menjawab, karena, dalam segala hal, dia benar. Selalu ada perasaan bahwa ada yang kau kejar di tempat ini, dalam dimensi aneh yang dihuni oleh ikan-ikan di langit dan kegelapan yang hidup. Namun, kau tak pernah sepenuhnya mengerti apa yang kau cari. Namun, tetap saja, kamu selalu merasa bahwa sesuatu di sini memanggilmu.

Sang Tuan melangkah mendekat, kegelapannya menggerogoti cahaya di sekitarmu. “Apakah kamu percaya bahwa Tuhan bisa ditemui di segala hal?” tanyanya dengan suara yang terdengar bagai berbisik di dalam kepala.

Kamu terdiam, pertanyaannya berputar-putar dalam benakmu. Tidak sulit untuk dijawab, tetapi entah mengapa kau tak pernah bisa memutuskan apa yang sebenarnya kau percaya. Bagi sebagian orang, Tuhan ada di atas, di langit. Namun, di sini? Di langit yang dihuni ikan-ikan yang berenang? Bisakah Tuhan juga ada di sana?

“Lihatlah.” Dia mengarahkan pandanganmu ke langit. “Mereka menuju ke arah-Nya.”

Matamu mengikuti arah tangannya. Ikan-ikan itu berenang dengan arah yang jelas, bergerak menuju satu titik jauh di cakrawala, sebuah titik yang hampir tak terlihat bagai bintang yang terlalu jauh untuk dijangkau. Namun kamu tahu, di sana ada sesuatu. Sesuatu yang menunggu mereka.

“Lalu aku,” ujarnya lagi, tangannya sekarang meluncur menyusuri kegelapan yang menyelimutinya, “Aku juga berjalan menuju Tuhan. Kegelapan ini bukanlah akhir. Ia adalah bagian dari perjalanan.”

Kegelapan di sekelilingnya bukan hanya bayangan. Ia hidup, bergerak dengan cara yang aneh dan tidak sepenuhnya bisa kau pahami. Di dalamnya, kau merasakan ada sesuatu yang berbisik, entah rahasia apa yang disimpannya. Lantas kamu mulai sadar, mungkin di dalam kegelapan itulah jawaban yang selama ini kau cari.

“Tuan tahu jalannya?” tanyamu, mencoba menahan desakan di dadamu. Ikan-ikan itu masih bergerak perlahan, seakan mengumpulkan seluruh cahaya di dunia untuk dibawa ke satu titik.

Kita semua tahu,” jawab Sang Tuan. “Namun, sebagian dari kita memilih untuk berpaling. Sebagian lagi takut.”

Kamu berpikir, mungkinkah kamu adalah salah satu dari mereka yang takut? Selama ini, kamu berjalan tanpa arah, seperti tertinggal di tempat yang tak pernah sepenuhnya kau pahami. Mungkinkah kau takut menghadapi kebenaran yang selalu berada di depanmu?

“Kegelapan pun tidak selalu memiliki jawaban,” Sang Tuan menambahkan, suaranya berubah menjadi nada lembut. “Namun, kegelapan berjalan dengan keyakinan bahwa ia akan menemui Tuhan pada akhirnya. Kita semua akan menemui-Nya.”

Kamu menatap kegelapan yang mengitarinya, dan untuk pertama kalinya, kau merasa bahwa kegelapan itu bukanlah akhir. Mungkin, selama ini kau selalu menganggap kegelapan sebagai musuh, sebagai akhir dari segalanya. Namun sekarang, di hadapanmu, kegelapan berubah menjadi sesuatu yang lebih dari itu—bagian dari sebuah perjalanan.

Langit semakin gelap, ikan-ikan semakin jauh, hampir menghilang di balik cakrawala. Di bawah kakimu, kegelapan mulai merayap, mendekat perlahan-lahan, tetapi kali ini kau tak merasa takut. Kamu mengerti, ini adalah bagian dari perjalanan yang harus kau tempuh.

Apakah aku akan menemui Tuhan?” tanyamu, suaramu bergetar, tetapi ada keyakinan yang mulai tumbuh di dalam dirimu.

Sang Tuan tersenyum—atau mungkin, setidaknya kau berharap ia tersenyum. “Kamu sudah menemui-Nya. Dalam setiap langkah yang kau ambil, setiap helaan nafas, Tuhan ada di sini.”

Lalu saat itu juga, kau merasakannya. Segala hal yang pernah membingungkanmu, segala pertanyaan yang tak terjawab, perlahan mulai menemukan tempatnya. Bukan karena kau menemukan jawaban pasti, tetapi karena sekarang kamu tahu bahwa jawabannya tak perlu ditemukan. Tuhan ada dalam setiap tarikan nafas, setiap langkah yang kau ambil, setiap kegelapan dan cahaya yang kau hadapi.

Kamu menutup mata, membiarkan kegelapan menyelimuti dirimu. Di suatu tempat di langit, ikan-ikan itu masih berenang, berjalan menuju Tuhan, atau mungkin sesuatu yang lebih dari itu. Di sekitarmu, Sang Tuan dan kegelapannya juga bergerak, terus berjalan.

Lantas di dalam dirimu, ada perjalanan yang baru saja dimulai. Sebuah perjalanan yang tak akan pernah berakhir. Meskipun kamu mungkin tak pernah benar-benar sampai, tak apa.

Karena kini, kamu tahu, dalam setiap langkahmu, dalam setiap hal yang kau lihat, Tuhan sudah ada di sana.

Selesai.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro