Deep Sea

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Tanpa cahaya, dalam suhu rendah dan tekanan tinggi, nyaris tak mungkin ia menjelajahi lautan tanpa bantuan teknologi canggih.

Genre: Sci-Fi

***

Aku berenang mengikuti arus air, banyak pula yang seperti itu dan sungguh menyesakkan rasanya. Aku pun menggoyangkan ekorku dengan cepat.

Menghindari tempat ramai dan mencari sunyi, di mana ya? Ekorku menuntunku sampai di sebuah tempat yang cukup jauh dari pemukiman. "Terlihat seperti tempat sampah, tapi yasudahlah. Aku hanya perlu tidur," monologku sembari mencari tempat nyaman di antara tumpukkan barang-barang yang terlihat asing.

Entah apa itu, mungkin dari atas ya? Manusia memang menyebalkan.

.
.
.

"Lia, apa kau pernah melihat mermaid?" Cia bertanya padaku dengan antusias. Aku pun mengangguk dan beberapa orang lainnya menoleh kepadaku dengan tatapan yang berbeda-beda.

"Aku sedikit lupa, agaknya kita pernah berteman juga." Aku tersenyum kikuk karena tatapan yang kuterima semakin tak terkendali sampai tur pemandu kami mengambil atensi.

Dia mempersilakan kami untuk menaiki sebuah kapal selam di jalur permanen. Yash, kami sedang mendapati pembelajaran di luar ruang.

Kami diperintahkan untuk mengeksplorasi dunia bawah laut yang di mana banyak sekali temuan asing pastinya. Orang yang memandu itu terlihat menekan beberapa tombol dan menekan tuas, seketika menutup tutup alat yang kami masuki.

Terlihat seperti tabung sih, namun karena tertempel pada jalur panjang menyerupai rel kupikir lebih pantas disebut kereta bawah air. Alat ini pun berjalan turun mengikuti jalur.

Aku dan yang lain antusias sekali ingin melihat apa yang ada di balik gelapnya biru lautan ini, namun nihil. Semakin dalam alat ini menyelam maka semakin tak terlihat pula.

Aku mendesah kecewa, tapi gak mungkin cuma ini saja 'kan? Setelah beberapa saat alat ini sedikit terguncang dan berhenti. Pemandu tur menekan tombol dan menarik alat seperti pemantik.

Lampu di dalan serta luar alat ini pun menyala, kapal selam pun berjalan dengan perlahan. Menampakkan betapa indahnya kota bawah laut yang sering dibicarakan itu.

Alat ini sangat canggih juga ternyata, di bawah kedalaman yang cahaya saja susah untuk menembus serta ketinggian tekanan yang ditunjukkan dibalik indikator itu, alat ini masih saja bertahan. Apalagi kehangatan yang masih dapat kurasakan, padahal di luar sana pasti sangat dingin.

"Wah, banyak sekali biota laut di sini! Lihat itu, ada mermaid!" Semuanya tertuju pada arah pandang yang sama. Aku juga melihat berbagai macam makhluk air yang tak pernah kulihat sebelumnya.

Di sana terlihat pemukiman bawah air yang kupastikan banyak pula populasinya. Sesaat aku mengagumi banyaknya hal indah di dalam laut, satu hal menggangguku.

Ada sebuah cahaya di balik jendela besar yang menghubungkan kami mengarah langsung pada mataku, aku mencari sumbernya sembari sedikit menyipitkan mataku.

Aku pun mendapati sebuah makhluk berenang dengan cepat mengarah ke alat kami, dia adalah mermaid! "Wah, seekor mermaid. Ia menyentuh ini!"

"Indah sekali, apa yang dia lakukan ya?"

Aku memandangnya lekat, ia terdengar seperti memanggilku. "Melody?" tanyaku ia pun mengangguk, tangannya memegang kaca bagian luar dan aku meraihnya dengan menempelkan kaca bagian dalam.

Kalung kerang miliknya pun bersinar dan tak disangka gelang kerangku ikut bersinar  dan dapat kudengar Melody bernyanyi di luar sana. "Kamu mengingatku, 'kan?" Suara lembut yang entah dari mana itu menggema di kepalaku, aku ragu untuk menjawabnya.

Melody kembali berenang indah mengikuti alat ini berjalan, ternyara Melody mencoba berbicara kepadaku lewat telepati. "Tidak kusangka kau benar-benar berteman dengan seekor mermaid!" Aku tersenyum menanggapi.

Aku juga tidak menyangka, karena hanya sedikit yang dapat kuingat. Di kala aku masih belia, kakek sering mengajakku untuk memancing dan berlayar di tengah laut. Pada satu kejadian aku pernah jatuh dari kapal karena hantaman ombak besar yang menyapu diriku.

Di kala itu aku melihat Melody yang berenang ke arahku. Aku tidak bisa berenang dan sudah menelan begitu banyak air diangkat oleh Melody.

Tidak banyak lagi yang kuingat, hanya saja aku ditemukan di pesisir oleh nelayan dengan gelang kerang di tanganku.

.
.
.

"Wah, Lia sudah besar! Kuharap dia bahagia dan bisa bermain bersamaku di lain waktu." Aku berenang menjauh dari alat itu yang tadinya kukira alat mati dan tak terpakai.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro