Shadow's of Me

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Prompt; Debata Idup memberiku pertanda lewat sebuah perkamen terkait ramalan abstrak diriku sepuluh tahun kemudian.

Genre; Fantasi

***


Setelah kemarin hari yang sangat membosankan itu, disebutnya apa? Orientasi lingkungan? Entahlah aku capek pokoknya kemarin.

Hari ini adalah hari yang kunanti, hari di mana aku akan mendapatkan ilmu, ya hari di mana aku belajar dengan siap. Aku pun sedang berjalan dengan penuh semangat bersama Cia yang terkadang ia melemparkan beberapa lelucon.

Melupakan sejenak bagaimana Ayah memperlakukanku seolah tidak ada. Baiklah, akan kubuktikan kali ini bahwa aku tak akan mengecewakan ayah!

Aku membuka pintu kelas dan mendapati ada sekitar 18 orang yang telah sampai di sana, 'Ternyata kita yang terakhir, ya?' Monologku dalam hati.

Aku melangkahkan kakiku masuk dengan Cia, tiba-tiba lelaki yang lebih pendek dariku menghadang kami dengan senyuman di bibirnya namun tidak di matanya, 'Ada apa dengannya?' Pikirku.

"Hei, selamat datang di kelas Centaurus of Insvhool. Tolong isi kehadiran kalian di papan sana oke? Sebentar lagi Bu Hecate akan datang dan mengelompokkan kalian dalam tim bersama kakak asuh." Jelasnya panjang lebar, aku mengangguk menjawab dan berucap terima kasih.

Setelahnya aku mengambil tempat duduk yang kosong di nomor dua dari depan dan samping, sementara Cia di belakangku. Begitulah, kami mendapat nomor khusus untuk diduduki.

Beberapa saat pun berlalu, aku yang masih menunggu dikejutkan oleh sebuah ketukan tangan, "Hey, teman lama! Ternyata kau berada di sini, eh?" Suaranya sangat menjengkelkan sungguh, dia adalah Stella Fyalery Naevix, rival abadiku sejak kanak-kanak.

Entah mengapa ia terlihat amat membenciku dari sorot matanya yang sangat meremehkanku, "Apa yang kau lakukan Nona Fyalery? Bukankah seharusnya kau duduk di bangkumu?" tanya polos seseorang yang bukan aku, melainkan Felicia Dvyone Baverly, alias Cia yang kemarin resmi menjadi teman sekamarku dan bukan pelayan.

"Hey, berani-beraninya kau!" Serunya tertahan, ketika suara langkah kaki yang cukup kentara memasuki ruang kelas.

Bu Hecate adalah kepala sekolah dari akademi yang aku sedang jalani ini, Akademi Insvhool adalah satu-satunya akademi sihir serta ilmu pengetahuan lain yang ada di Loctanus.

"Baiklah semuanya, untuk memudahkan pembelajaran kalian kami akan membagi tim kepada tiap empat dari kalian yang akan dipimpin oleh satu kakak asuh," jelasnya kembali lalu ia mengeluarkan lima gulungan perkamen yang bisa kubayangkan bagaimana baunya.

Bu Hecate menjelaskan kamilah yang akan menentukan kelompok atau tin kami sendiri dengan meneteskan setitik darah kami masing-masing di lima perkamen yang telah tergelar itu dan lingkar simbol akan terbuka, kurang lebih sih, seperti itu.

Kami memulainya dari barisan yang paling kiri, alias seorang pria yang berada di depanku lalu berurutan sesuai nomor yang kami dapat. Ia terlihat menyayat telunjuknya dengan cukup dalam dan meneteskan darahnya satu persatu.

Setelah sudah, selang beberapa detik tiba-tiba aura magis keluar dari salah satu perkamen dan membuka lingkar simbol. Lalu anak lelaki itu berdiri membelakangi kami dan menghadap meja di mana kertas perkamen menunjuknya.

Giliranku pun tiba, aku berjalan gugup hingga berada di atas podium. Ya, kelas kami cukup unik bentuknya, mereka mempunya pintu yang berada di pojok kiri serta kelas yang menjorok tinggi di tiap bangku serta mejanya dan memiliki podium yang tangganya terletak di sebelah pintu masuk dan ada pula papan besar untuk mengabsen serta menulis materi nantinya.

Aku mengambil belati perak yang ukirannya aku bisa tahu itu berasal dari mana, yah hanya ada satu yang seperti ini. Aku menyayat telunjukku tidak cukup dalam, namun cukup untuk mengeluarkan beberapa tetes darah.

Setelah aku meneteskan darahku di atas perkamen, salah satu dari mereka, lebih tepatnya yang paling kanan dari posisiku dengan tulisan kuno 'Eurydome' mengeluarkan lingkar simbol.

Aku pun mengikutinya dan berdiri menghadap, setelahnya pun begitu. Cukup lama pula hingga kakiku terasa kesemutan.

.
.
.

"Nona Sawyer? Bisakah kau membawakan kelima gulungan perkamen ini kembali ke tempatnya?" Bu Hecate menyuruhku setelah semuanya usai, aku mengangguk ragu dan ia tersenyum lebar.

Aku berdiri dan menumpuk lima gulungan perkamen ini di atas kedua tanganku, sesaat aku ingin keluar dari ruangan aku berhenti dan bertanya.

"Di mana aku harus mengembalikan ini?" Bu Hecate kembali tersenyum, "Di luar lingkar jalan kau akan mendapat jawabannya Gravy," jawabnya yang membuat bulu kuduk bagian leherku ikut bangun semua.

Langsung saja aku bergegas ke ruang lingkar jalan, di mana aku dipandu ke arah perpustakaan pribadi miliki Bu Hecate, aku memasuki ruangan yang sangat-sangat harum kayu pinus ini dan mencari rak tempat perkamen ini tinggal.

Aku menemukannya, saat aku hendak meletakkan perkamen keempat aku merasakan kilasan tentang diriku yang entah mengapa rasanya aku menjadi lebih tua di sana.

_"Gravy Lianem Sawyer, resmi diangkat menjadi Grand Duchess dan akan menjalankan tugasnya untuk kerajaan Vasmov."_

Kepalaku sampai sakit saat kilasan lain masuk, di mana kulihat Loctanus begitu gersang dan gelap, selain itu aku juga tertusuk oleh belati perak yang kulihat tadi saat berada di kelas.

Kenapa seperti ini? Aku pun terhuyung hingga menabrak rak di depanku dan menyebabkan beberapa lembar perkamen yang tergulung maupun tidak serta buku jatuh dari tempatnya.

"Beruntunglah bu Hecate tidak ada di sini," ujarku asal, tak memedulikan kilasan masa depan tadi (?) Ya kusebut saja begitu. Aku merapikan semua benda jatuh kembali ke tempatnya.

Saat aku membalikkan badan aku mendapati bu Hecate yang memandangku kembali dengan senyuman seram itu, "Apa yang kau lakukan Nona Sawyer?" Aku menjawab sekenanya, namun tidak menyinggung soal kilasan memori yang tadi.

"Baiklah, aku percaya padamu." Aku mendengarnya, aku pun memutuskan untuk pergi dari sana, namun aku dihentikan oleh Bu Hecate dengan segenggam buku yang tidak lumayan tebal dengan sampul merah darah berukir. "Bawalah ini bersamamu, Debata Idup akan membantumu selalu."

Aku mengernyit heran, apa yang dikatakannya? Ia tidak menyembah Dewa Xyergi? Entahlah yang kupahami dari ini ... mungkin Bu Hecate tau?

.
.
.

Ketika tengah malam, aku yang tergelung dibalik selimut ini berusaha memejamkan mata untuk tidur namun tak berhasil sedari tadi.

Berbagai macam pikiran negatif menghantuiku tentang kilasan memori siang tadi. Aku pun beranjak dari tempat tidur dan beralih ke meja belajarku.

Aku membuka laci dan mengambil buku pemberian bu Hecate yang tiap lembarannya kosong. Ya, benar! Hanya terlihat lembaran usang berwarna kuning dengan tiap benang yang mengikat kertas itu satu sama lain dengan cover kulit berbau binatang.

Aku berpikir keras, hingga suara dengungan memasuki telingaku. Aku pun melihat lembaran buku yang usang itu dan muncul bahasa kuno yang berbunyi.

'Debata Idup telah memilih untuk membantu hidupmu ....

Sebagai terima kasih atas 10 tahun lalu yang akan dibalas dengan angka sama serta cerminan dirimu sendiri ....'

"Siapa itu Debata Idup?" Aku bertanya kepada entah siapa di tengah malam, angin malam juga menjawabnya dengan dingin dan penuh suara gemericik karena hujan.



Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro