Chapter VII

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng


~ Tiga bulan berikutnya.

Keadaan masih tidak berubah dan Serkay terlihat baik-baik saja bagi semua orang yang melihatnya. Ia menjalani hari-harinya seperti biasa layaknya orang normal lainnya. Semua orang di sekitarSerkay beranggapan bahwa Serkay sudah sembuh dari terpuruknya, buktinya ia mampu berbaur seperti yang lain tanpa menunjukkan keanehan apapun.

Tetapi yang tidak orang lain tahu termasuk keluarganya sendiri adalah ia masih memendam kesedihannya hingga membuat hatinya rapuh, iya Serkay saat ini masih menjadi pria rapuh yang tidak mampu melupakan mas lalunya bersama Ebrar. Selama ini Serkay sangat pintar menutupi kerapuhan dirinya dengan selalu bersikap angkuh dan arogan.

Serkay selalu menghabiskan waktunya untuk bekerja tanpa henti, bagi kebanyakan mata yang melihat itu hanya sikap gila kerja tidak ada yang aneeh memang. Tetatpi bagi Serkay itu pelarian dirinya untuk menghilangkan kesedihan dalam dirinya. Sebesar apapun Serkay hendak melupakan ia tidak akan bisa. Bahkan di saat hatinya berkata ingin berhenti, dirinya akan semakin mencintai dan tidak mampu melupakan Ebrar.

Sebenarnya selama ini Serkay sudah menyerah dan memasrahkan semuanya pada waktu, hanya saja waktu belum sepenuhnya berpihak pada dirinya. Sepertinya waktupun masih enggan membiarkan Serkay melepaskan semuanya begitu saja, seperti hari ini ia bisa melihat begitu jelas bagaimana Ebrar duduk di meja makan sedang memakan sandwich buatan dirinya sembari tersenyum cantik, Ebrar melambai memanggil Serkay yang masih berdiri tertegun di sana.

Ketika Serkay mulai melangkahkan kaki dan mendekati Ebrar, bayangan itu menghilang terbawa embusan angin. Tangan Serkay yang terjulur hanya menyentuh helaian kain gorden yang melayang. Serkay mengembuskan napasnya berat kemudian duduk dengan menundukkan kepala. Sepertinya ia sudah mulai gila, Serkay terkekeh dengan mata memerah mengeluarkan air mata.

***

Ponsel di saku celana Serkay berdering, setelah melihat id callernya pria itu mengangkatnya di dering pertama.

"Serkay, Grandmamu menelpon baru saja. Ia mengatakan sangat merindukanmu." sapaan pertama yang ia dapat dari ibunya.

"Benarkah Mom, katakan padanya aku juga merindukan Grandma."

"Ia juga ingin kau mengunjunginya."

"Untuk saat ini sepertinya aku belum bisa mengunjunginya Mom, kau tahu sendiri bukan ada beberapa pekerjaan yang tidak bisa aku tinggalkan." Serkay melirik jam tangannya sedetik kemudian dan kembali menatap layar laptop di hadapannya.

"Baiklah Mommy mengerti, jika kau memiliki waktu hubungilah Grandmamu nak."

"Baiklah Mom aku akan mengingatnya."

"Baiklah kalau begitu kau lanjutkan saja pekerjaanmu, aku mencintaimu Serkay, oh ya dan jangan lupa makan."

"Baik Mom, aku juga menyayangimu." setelah menutup sambungan telpon Serkay kembali mengerjakan pekerjaannya. Kali ini ia memiliki proyek pengembangan Resort baru yang baru bebapa bulan selesai di bangun dan sedang berkonsentrasi untuk prospek kemajuan resort itu.

***

"Bagaimana menurutmu?" Serkay menoleh pada Emre yang berdiri di sampingnya, mereka sedang menatap hamparan laut dari kaca jendela kamar.

"Sangat bagus, pengunjung pasti akan terus naik sesuai dengan yang kita perkirakan sebelumnya, kau memang pintar memilih lokasi." Emre mengangguk pelan masih belum mengalihkan pandangannya.

Serkay bergerak mengambil wine  dan menuangkannya ke dalam gelas, "ini," Serkay menjulurkan gelas berisi wine pada Emre.

Emre meraih gelas itu sembari duduk di sofa. "Terima kasih."

"Aku sengaja memilih lokasi ini untuk pembangunan resort ini."

Bukan tanpa alasan, Serkay memilih lokasi ini untuk membangun resortnya karena teringat akan Ebrar wanita yang paling ia cintai. Pandangan Serkay menerawang mengingat bagaimana Ebrar berkata padanya bahwa wanita itu sangat menyukai suasana laut seperti ini. Ebrar bahkan pernah berkata ia ingin memiliki resort tepat di lokasi pembangunan saat ini dan hidup berdua bersama Serkay di sini setelah menikah.

"Aku dengar dari Aunty bahwa Grandmamu menghawatirkan keadaanmu." ucapan Emre membuat Serkay kembali dari pikirannya.

"Aku rasa Grandma sedikit berlebihan saja, bukankah kau lihat sendiri aku baik-baik saja."

"Jika kau ada waktu sebaiknya kau menghubungi Grandmamu, kau tahu sendiri bukan dia seperti apa."

"Terima kasih saranmu, nanti aku akan menghubunginya saat senggang." baru saja Serkay menaruh gelas di atas meja, ponsel di saku celananya berdering dan ia merogohnya, "iya Mom," sapa Serkay pertama kali, "benarkah? Baiklah Mom, aku akan ke sana sekarang juga," lanjutnya kemudian dengan cepat mematikan ponsel.

Baru saja mereka membicarakan Grandmanya, Serkay tidak menyangka bahwa Mommynya akan menelpon untuk memberikan kabar terbaru tentang Grandmanya itu.

"Ada apa Serkay?" tanya Emre melihat raut khawatir dari wajah Serkay.

"Grandma jatuh sakit."

"Apa? Lalu bagaimana keadaannya?"

"Entahlah, Mommy tidak memberitahu detailnya tetapi ia mengatakan Grandma pingsan dan sedang di tangani rumah sakit." mereka berdua pun bergegas keluar ruangan dan mengendarai mobil keluar dari pelataran resort.

💕💕 Primavera

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro