Chapter VI

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng


Terdengar suara benturan benda kaca jatuh membentur lantai begitu nyaring memekakan telinga. Saking terkejutnya Fiona menjatuhkan gelas di tangannya ketika melihat sosok yang ia rindukan selama ini berdiri di hadapannya.

"Serkay," bisiknya sembari menutup mulut dengan satu telapak tangannya. Fiona cukup syok melihat sosok yang ia rindukan selama ini berdiri di hadapannya.  Fiona menghambur memeluk putra kesayangannya, ia memerhatikan anaknya dengan seksama. Serkay terlihat lebih kurus dari sebelumnya, Fiona menyentuh wajah anaknya yang terasa lebih tirus.
Bulu-bulu halus memenuhi janggutnya, Serkay terlihat berantakan dengan tampilannya yang sekarang.

"Serkay akhirnya kau pulang nak. Mama sangat merindukanmu." Fiona menghela tubuh Serkay duduk ke sofa. Fiona bergerak duduk di sebelah Serkay sembari mengelus lembut tangan putranya itu.

"Mom, aku maafkan aku Mom." ucap Serkay terbata dengan mata berkaca-kaca.

"Tidak, jangan meminta maaf nak. Kau tidak melakukan kesalahan apapun."

"Tapi Mom.."

"Sudah, sudah jangan membahasnya lagi yang terpenting sekarang adalah kau pulang ke rumah ini." Fiona meremas pelan pundak Serkay.

"Mom, aku sangat mencintainya, aku masih belum bisa melupakannya." Serkay merebahkan kepalanya di pangkuan ibunya, hangat, kehangatan inilah yang selama ini ia rindukan.

"Serkay dengarkan Mommy, Mommy tau apa yang kau rasakan dan Mommy mengerti itu. Dengarkan Mommy nak, kau tidak perlu melupakannya Mommy tahu kau sangat mencintai Ebrar.
Tetapi kau harus tetap menjalani hidupmu, kau tidak bisa seperti ini terus." Fiona tidak mampu menahan air matanya, ia merasa prihatin melihat kondisi anaknya saat ini. Ia mengelus wajah tirus itu dengan gerakan sangat lembut, tangisan Serkay pun pecah dan ia menghambur memeluk ibunya dengan erat bermaksud menumpahkan segala rasa sedihnya selama ini.

***

"Bagaimana keadaannya saat ini?" tanya Harun ketika melihat Fiona baru saja menutup pintu kamar Serkay.
Fiona menghembuskan napas berat dan duduk di sebelah harun sambil mengambil segelas air di atas meja kemudian meminumnya hingga tandas. "Dia sudah tidur, saat ia baru datang ia terlihat sangat kacau."

"Aunty, aku mendengar Serkay sudah kembali jadi aku langsung datang ke sini." Emre masuk dengan napas memburu.

"Emre, kau duduklah dulu." Harun melambaikan tangannya menghela pria itu untuk duduk.

Emre melepaskan ikatan dasinya dan menarik kursi kemudian duduk di sana. "Dimana ia sekarang, bagaimana keadaannya?"

"Ia sedang beristirahat di dalam." Harun menunjuk kamar Serkay menggunakan dagunya sebagai tanda dan bergerak menyodorkan segelas air pada Emre.

"Emre, Aunty sangat berterima kasih denganmu karena berkat bujukanmu SErkay kembali lagi ke rumah ini."

"Aunty kau tidak usah berterima kasih padaku, Serkay adalah sahabatku jadi sudah seharusnya aku melakukan itu."

"Kau terlihat lelah kau beristirahatlah juga."

"Baiklah Harun, aku tinggalkan kalian berdua di sini kalian mengobrollah." Fiona berlalu meninggalkan mereka berdua.

"Bagaimana caramu membujuknya hingga berhasil membuat ia kembali lagi kemari?" tanya Harun dengan raut wajah penasaran.

"Tidak ada, aku hanya mengajaknya mengobrol sebentar waktu itu." Emre mengendikkan bahunya pelan.

"Hanya mengobrol?" Harun menaikkan satu alisnya masih dengan rasa penasaran

"Iya." sahut Emre singkat dan mengangguk pelan. Kemudian hening tanpa satupun dari mereka mau membuka suara lagi. Mereka larut dengan pikiran mereka masing-masing.

***

"Bagaimana tidurmu semalam?" Fiona mendongak saat melihat Serkay berjalan mendekat ke arahnya. Serkay hanya tersenyum kecil sembari menggaruk belakang kepalanya kemudian menarik kursi dan duduk di sana.

Wajah Fiona berbinar ketika melihat penampilan anak kesayangannya itu pagi ini. Serkay nampak terlihat lebih segar dengan mencukur habis kumis dan jenggotnya bahkan kini Serkay mengenakan pakaian dengan rapi. Penampilannya pagi ini jauh lebih baik dari kemarin.

Fiona bergerak menaruh makanan yang baru saja ia masak ke atas meja dan juga mengambilkan piring untuk Serkay. "Mommy sudah menyiapkan sarapan kesukaanmu kau makanlah yang banyak."

"Terima kasih Mom."

"Kenapa kau berterima kasih padaku."

"Ya itu karena Mommy sangat perhatian padaku."

"Serkay, kau itu anakku sudah seharusnya ak melakukan itu dan satu lagi kau jangan terlalu banyak berpikir sekarang makanlah."

Kemudian Serkay menyendok makanan yang ada di hadapannya dan memakannya perlahan.

"Kau makanlah dulu biar Mommy yang membuka pintunya." Fiona berlalu dari ruang makan ketika mendengar bel pintu berbunyi. "Oh, Emre kau datang masuklah, Serkay sedang sarapan kalian bisa sarapan bersama." tawar Fiona sembari membuka pintu lebih lebar dan Emre mengikuti langkah Fiona dari belakang.

"Gunaydin Serkay." sapa Emre dan menepuk pelan pundak Serkay dan ikut duduk di sebelahnya.

"Gunaydin," sahut Serkay mengangguk pelan.

"Apa rencanamu hari ini? Apa kau langsung kembali ke perusahaan?"

"Iya," sahut Serkay singkat sambil menyuapkan makanan ke mulutnya.

"Baiklah kalau begitu aku akan membantumu di perusahaan."

"Aku sudah menghubungi Albert."

"Baguslah kalau begitu."

~Primavera~
💕💕

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro