CATATAN KENMA II

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Tak banyak orang yang tahu, Kenma sudah bolak-balik rumah sakit pasca Misako enyah dari hadapannya. Masa kelam itu- Kenma ingat dengan jelas. Ia semakin kurus, bahkan sempat mengambil cuti ekskul voli. Kenma tahu ia tak dapat menyalahkan mantan kekasihnya.

Misako benar-benar pergi dari hadapannya. Apakah ini yang Kenma inginkan? Kenma gundah. Kenma hanya tak pernah tahu apa yang ia inginkan.

"Hey," Kuroo memanggilnya. Kenma yang sedang menyetir mobil hanya menanggapi sahabatnya yang entah sadar atau tidak itu seadanya.

"I know you've been struggling a lot, tapi kau harus tetap siap untuk hari berikutnya, Kenma." Ucap Kuroo dengan mata tertutup, kepalanya menyender pada kaca mobil.

Kelopak mata Kenma merendah, sekarang benar-benar terlihat lelah seperti tidak tidur tiga hari.

"Terkurung pada rasa bersalah itu bukan hal yang baik, kau bahkan tidak berniat membaca suratnya Misako, 'kan?"

"Jangan menebak-nebak." Kenma menyanggah.

"Aku tak pernah menebak-nebak, Misako memang seperti itu. Nyalinya kecil sekali jika harus bicara secara langsung. Kalian berdua itu sama saja." balas Kuroo.

Kenma hanya diam. Ia menginjak pedal rem perlahan sebelum sepenuhnya berhenti di lampu merah.

"Kalian masih sangat muda saat itu. Misako mungkin sudah lupa." imbuh Kuroo.

"Dan sekarang kau malah mengada-ngada? Berhenti bicara omong kosong." ucap Kenma tak terima.

"Cincin yang waktu itu untuk siapa? Aku melihat dengan mata kepalaku sendiri bagaimana kau hampir menangis melihatnya. Siapa lagi yang terbesit di pikiranmu jika bukan Misako." ucapan Kuroo semakin tidak jelas.

Kenma berdecak lidah. Ia memungut boneka kumbang merah di dashboard mobil kemudian menyumpal mulut Kuroo dengan boneka itu.

Nyatanya yang dikatakan Kuroo memang benar. Kenma benci sekali. Jemarinya kemudian mematikan ac mobil, membuka atap mobilnya, menunjukan jati diri mobil hitam itu sebagai mobil convertible*, mobil dengan atap terbuka.

Kuroo sempat terkejut, namun selang satu detik kembali melanjutkan acara tidurnya dengan kepala bersender ke jok mobil.

Kenma merogoh saku celana, mencari bungkus rokok dan mulai menghisap asapnya. Membiarkan dinginnya angin malam membawa pergi asap tembakau dan usil mengacak rambut panjangnya.

Faktanya, cincin itu, cincin emas putih dengan berlian di tengahnya, dibeli Kenma sebab terbayang secantik apa wanita itu bila jarinya bertengger cincin anggun ini. Kenma selalu terbayang.

Selama masa sekolah, Misako yang suka sekali dengan origami, sering membuat cincin kertas untuk Kenma. Walaupun Misako tak pernah melihat Kenma mau menggunakannya, namun Kenma menyimpan semua cicin-cicin kertas buatan Misako. Sesampainya di rumah Kenma akan cekikikan tidak jelas hingga Nyonya Kozume geleng-geleng kepala. Persis seperti orang kasmaran.

Tak jarang pula Kenma hampir menangis, cincin buatan Misako rusak karena lupa melepasnya saat latihan. Misako tak pernah tahu sebab Kenma memang enggan memberi tahu.

Misako selalu ingin meraih Kenma, namun Kenma tak pernah mau menunjukan bagaimana caranya mencintai Misako.

Kenma seharusnya tau apa yang harus ia lakukan. Kenma seharusnya memberi afeksi dengan baik, tidak seperti itu. Ego Kenma seharusnya tak setinggi itu.

Kenma tau, berurusan dengan orang lain memang bukan keahliannya. Sesekali terkesan individual. Ketakutan Kenma memang tanpa alasan.

***

Ketika langit gelap menaungi angkasa, ketika semua orang mulai terlelap dalam tidurnya. Kenma terduduk sendirian. Menghadap monitor komputer yang tak menampilkan apapun selain kegelapan dan pantulan bayangan Kenma.

Dulu, Misako sering merengek minta telepon sesering tolakan yang Kenma berikan. Ogah-ogahan. Kenma memilih menyumpal telinganya dengan bising suara permainan.

Di ulang tahun Kenma yang ia sendiri tidak ingat, Misako pernah melakukan sedikit pesta kejutan. Misako bekerja sama dengan teman-teman Kenma, bersyukur mentor nekoma tak ada di tempat hari itu. Pukul empat subuh, Misako masih sempat menata potongan stroberi pada roti ulang tahun hanya untuk Kenma. Teman-teman Kenma menyiapkan sandiwara "Latihan dadakan dengan Karasuno," hasilnya, Kenma marah sebab ia merasa dibohongi.

Misako yang malang merasa kecewa, rotinya jatuh, tak sempat dicicipi Kenma. Walau Kenma meminta maaf di kemudian hari, Kenma masih merasa bersalah.

Mata Kenma terkunci pada amplop wangi yang tergeletak di atas keyboard komputer. Wanginya samar-samar memenuhi ruangan remang-remang ini. Dengan keberanian yang tersisa, Kenma meraih benda itu. Entah apa isinya, Kenma masih tak berniat datang.

Kenma mengeluarkan kartu undangan, kemudian mengeluarkan amplop yang lebih kecil lagi. Warnanya putih keunguan, seperti kertas daur ulang dengan campuran bunga kering. Kenma membukanya, selembar kertas menyambut jemari.

Mata Kenma mulai membaca. Hingga sampai pada kalimat ke dua, mata Kenma melebar. Persetan dengan ketakutan, Kenma akan menemui Misako apapun yang terjadi. Kenma sudah siap jika nanti Misako akan menamparnya. []

***

*convertible: jenis mobil kecil dengan atap yang bisa dilipat (dibuka)

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro