Fatbuloves - 10

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Empat lima..

Empat enam..

Empat tujuh..

Empat lapan..

Empat sembilan..

Lima puluh..

Aku merebahkan diri di karpet gym sambil memejamkan mata dan menikmati hembusan angin AC yang tepat berada di atasku. Setelah treadmill selama hampir dua jam, aku baru saja menyelesaikan sit up sebanyak  50 kali. Aku berencana sauna setelah ini dan tidak akan naik ke apartemenku sebelum fasilitas gym ini tutup saat waktu sudah menunjukkan jam 9 malam.

Selalu berakhir seperti ini jika siang tadi aku melihat Elsa menyeret Hezel untuk berduaan di ruangannya. Membayangkan apa saja yang mereka lakukan saat berduaan benar-benar membuatku ingin muntah. Aku melampiaskan semua kekesalanku di rumah keduaku ini.

Kabar yang kudengar hari ini lebih parah dari biasanya. Elsa meminta tolong Andre menghubungi salah satu fotografer andalan kantor kami, untuk dibuatkan janji melakukan foto prewedding antara dirinya dan keparat itu. Setelah mengorek keterangan dari Andre, aku bisa merasakan ada api di mataku seperti di film-film kartun. Marah, aku sangat marah tapi tidak tahu harus berbuat apa.

Bahkan air mataku belum kering dan Hezel sudah memutuskan untuk menikahi Elsa tiga bulan lagi!

Sialnya lagi, setelah semua yang telah terjadi, Hezel masih berani bicara padaku saat kami bertemu di pantry tadi siang. Aku sedang mengambil air minum sementara dia, sepertinya sengaja mengikutiku. Pembicaraan itu masih terekam jelas di pikiranku sampai detik ini.

Aku terkejut ketika ada tangan menepuk bahuku pelan dari belakang. Lebih terkejut lagi ketika melihat siapa yang melakukannya.

“Gina..kamu sehat?” Sapanya dengan senyum tipis.

“Mau apa kamu?” ketusku. Aku berusaha mencari cara untuk kabur dari pantry sempit itu. Ketika aku berjalan selangkah untuk melewatinya, tangan Hezel menahan lenganku.

“Gin..please, kita perlu bicara baik-baik.” Hezel memasang tampang memelas.

Aku menarik nafas berat, dan menepis tangannya.“Apalagi mau kamu?”

“Aku akan menikahi Elsa..” jawabnya lirih.

“Aku sudah tahu. Elsa meminta Andre menghubungi Gito untuk membuat janji foto prewedding.” Aku bersedekap, membuang muka dan berusaha tidak menatap matanya.

“Ini keputusan keluarga, Gin..”ujarnya setengah berbisik.

Aku mengerutkan kening. “Apa?”

“Ini keputusan keluarga kami berdua. Aku hanya mengikuti saja. Kalau mau jujur, aku masih cinta sama kamu!”

Plak!

Tanganku melayang tanpa di komando. Air mataku mulai menetes berkejar-kejaran tanpa bisa kutahan lagi. Emosiku sudah berada di ubun-ubun. “Hez, kamu udah 32 tahun. Dan masih nggak punya pendirian sendiri untuk masa depanmu? Sekarang setelah semua yang kamu lakukan, kamu masih bisa bilang cinta?! Hez, ini hati, bukan keset yang walaupun udah di injek-injek masih tetep welcome!” Sentakku.

Hezel mengelus pipinya yang memerah karena tamparanku.
Bagus aku masih menampar dan bukan malah memutilasinya dengan pisau pantry yang terkenal tumpul.

Hezel maju selangkah, membuat posisi kami lebih dekat. Sementara aku sudah memasang ancang-ancang menendang kelaminnya kalau dia berani menyentuhku.

“Gin..Elsa nggak seperti kamu, nggak sehangat kamu..”

Dengan segenap keberanian, aku mendorong dadanya. “Iya! Dia memang nggak sehangat aku, nggak selembut aku, nggak seempuk aku, dan nggak segendut aku! Itu sebabnya kamu lebih pilih dia daripada aku!” Aku terengah-engah, kali ini sulit sekali tetap bersikap tenang sementara naluriku benar-benar ingin mencabik-cabik si brengsek ini.

“Bawa omong kosongmu pergi. Apapun yang telah kamu putuskan, akan kamu sesali nanti.” Lanjutku sambil melangkah melewatinya.

“Gin! Gin!” Aku membuka mata saat seseorang mengguncang bahuku.

“Yeee..lo nangis lagi?” Andre duduk di sampingku, t-shirt hitamnya terlihat basah karena keringat. Aku bangun dan langsung bersandar di lengannya.

“Lo janji nggak nangis lagi, gue tinggal pull up bentar udah mewek sambil tiduran di sini. Gimana kalau ada om-om jahat yang ngeraba-raba lo tadi.” Ujarnya sambil menatapku.

“Nggak ada om-om jahat, kalau ada yang ngeraba-raba cewek yang lagi rebahan di gym, hanya lo, manusia satu-satunya yang perlu di curigai.” Andre terkekeh mendengar jawabanku.

Andre merebahkan tubuhnya dan menekuk lututnya bersiap untuk sit up, dia memintaku menduduki kakinya. Hal ini adalah kebiasaan kami sejak lama, jika Andre sit up, aku adalah pemberat yang membuat kakinya tetap diam di tempat.

“Ndre..gue capek.” Ujarku lirih sambil menyandarkan kepalaku di lututnya.

“Yaudah kita balik sekarang..” jawabnya sambil terus melakukan aktivitasnya.

“Bukan, bukan cape fisik. Gue capek ngelakuin ini semua buat Hezel.” Seketika Andre berhenti dari aktivitasnya dan menatapku.

Wajah kami hanya berjarak sejengkal. Rambutnya yang berpotongan pendek terlihat acak-acakan dan sedikit basah. Harum keringat campur parfum milik Andre membuat jantungku tiba-tiba ingin melompat keluar.

“Kalo aja ngebunuh itu nggak dosa, udah gue abisin si Hezel itu biar lo nggak sakit hati kayak gini terus. Gue udah bilang kan Gin, please, lupain semuanya. Lo nggak pantes mikirin dia lagi.” Andre menyelipkan beberapa helai rambutku ke belakang telinga.

Aku menghela nafas. “Gue takut sebenernya..gue nggak yakin bisa nemuin seseorang lagi sementara lo tau sendiri, nyokap udah sibuk nyuruh nikah.”

“Yaudah lo nikah aja ama gue..” Ujarnya santai.

Kalau dalam keadaan normal, kata-kata Andre barusan pasti akan kubalas dengan lemparan bantal atau cibiran. Tapi dengan kondisi wajah kami hanya berjarak beberapa centimeter dan kegalauan yang sedang meliputiku, kata-katanya barusan sukses membuat pipiku memanas, dan detak jantungku semakin cepat.

Entah setan apa yang merasuki Andre, mungkin karena suasana gym yang sudah sangat sepi, dan hanya ada kami berdua. Secara perlahan wajahnya semakin mendekat, dan hebatnya aku pun tidak serta merta mendorong tubuhnya atau segera bangkit dari posisiku yang sedang menduduki kakinya. Aku hanya bisa terdiam sampai hidung kami bersentuhan.

“Ndre…” bisikku. Andre terus menatapku tanpa berkata apa-apa sampai bibir kami bersentuhan. Badanku gemetar. Ini jelas bukan ciuman pertamaku, tapi Andre dan pengaruhnya ternyata luar biasa kuat. Di titik ini aku bisa memahami kenapa si instruktur yoga, instruktur belly dance, sekretaris seksi sampai dokter cantik bertekuk lutut padanya.

“Ehm..”

Setelah beberapa detik  merasa tubuhku melayang, aku tersadar saat ada seseorang berdehem di belakangku.  Aku segera melepaskan bibirku dari Andre dan menoleh.

Ya ampun, apa itu tadi?

Ciuman?

Sama si Andre gila ini?

SAHABATKU??

DI TEMPAT GYM?

Dan ketangkep basah sama orang pula???

“Mas Andre, Mbak Gina, udah mau tutup gymnya.” Ujar Karyo, petugas di gym ini sambil berlalu dan tersenyum penuh makna.

Aku dan Andre sontak berdiri. Salah tingkah dan bingung harus berkata apa. Sampai tiba-tiba aku merasa perutku luar biasa sakit, spontan aku langsung menunduk dan memegang perutku.

“Gin..lo kenapa Gin?” Andre memegang lenganku.

“Sakit, Ndre. Tiba-tiba perut gue sakit banget. Aduh sampai sesak nafas gue.” Ujarku kepayahan. Bahkan untuk bernafas saja sulit.

“Gue gendong aja ya..” ujarnya panik sambil merangkul bahuku.

Aku berusaha berpegangan pada tangan Andre dan mencoba mengatur nafas di sela-sela sakit yang semakin membuat otot dan sarafku tegang. Dalam hitungan detik, penglihatanku mulai buram, kemudian telingaku berdengung dan akhirnya aku terjatuh lemas di pelukan Andre.

***

Kepada : [email protected]
Dari : [email protected]
Subjek : lemas tak bertulang

Dear lala,
Jadi sekarang di apartemenmu ada adikmu yang terkenal tampan sejak dulu kala itu? Andaikan umur kami tidak terpaut jauh pasti aku sudah menghiba-hiba untuk dijodohkan dengannya..^^
Kedekatannya dengan thobias? Oh ayolah..itu salah satu pertanda bahwa Thobias mungkin saja orang yang tepat untukmu. (tolong pikirkan tentang hal ini sekali lagi) *tendang sakti*

Ya okaylah, dia cukup menjengkelkan ketika membawakan racun di saat diet ketatmu sedang berjalan. Dan hal yang sama juga kurasakan pada Andre. Setiap dia berjalan menuju mejaku sambil membawa plastik, saat itu juga mataku berkeliling mencari benda yang bisa dipukulkan ke kepalanya. Datang dari abad berapa Thobias dan Andre sampai tidak mengerti arti kata "sedang diet".

By the way, La..saat ini aku dengan suksesnya terbaring di rumah sakit. Setelah seminggu yang lalu aku memuntahkan asam lambungku ke baju Andre, hari ini aku pingsan saat berada di gym. Seluruh tulang-tulang tubuhku serasa di tarik keluar. Lemas.
Dan akhirnya Andre berhasil menyuapiku dengan sepiring bubur tadi pagi, tentu saja di iringi pelototan matanya dan ancaman akan melaporkan dietku (yang katanya tidak masuk akal) pada mamaku.
Sejujurnya aku mulai merasa lelah melakukan ini semua untuk keparat yang sedang mempersiapkan pernikahannya dengan bosku itu, La. Aku merasa sia-sia karena toh Hezel bukan milikku dan tidak akan pernah jadi milikku lagi. Dan ada satu hal yang membuat semua ini menjadi bertambah rumit sekarang, semalam Andre menciumku. Ralat, kami berciuman. Hanya bibir bertemu bibir, no French kiss. Astaga La, pertanda bencana apalagi ini? aku bahkan tidak menolak dan mendorongnya. Aku pasti sudah gila.

Ps : eyeshadow biru looks good, kalau kamu pakai baju atau accesoris dengan warna senada. Tapi kalau mau terlihat seksi, smokey eyes never fail ;)

Aku mematikan ponselku setelah membalas email dari Laura. Lega rasanya sudah membahas tentang adegan semalam padanya, dan aku rasa sekarang dia pasti sedang melompat kegirangan karena prasangkanya selama ini yang selalu aku mentahkan, terbukti juga.

Tapi apa sih sebenarnya motif Andre melakukan itu semalam? Kami bersahabat bertahun-tahun, dan kami tidak pernah melewati batas, bahkan dalam keadaan mabuk sekalipun, Andre tidak pernah berlaku kelewatan padaku. Lalu setelah semalam, bagaimana aku harus bersikap kepadanya?

Sementara tadi pagi Andre bersikap biasa-biasa saja seakan-akan ciuman semalam itu tidak ada artinya bagi dia. Lagipula, memangnya apa yang kuharapkan, aku tidak punya perasaan apapun padanya, dan bagiku ciuman itu juga tidak berarti apa-apa, kecuali aku dan Andre yang hilang kontrol.

Aku menoleh ketika mendengar suara pintu berderit, Andre masuk sambil menenteng plastik yang entah isinya apa. Dia meletakkan plastik itu di meja kecil dan berjalan menuju tempatku berbaring.

“Udah bangun?” Andre tersenyum lebar, wajahnya tampak segar dan dia terlihat tampan dengan kemeja kotak-kotak flanelnya.

Aku hanya mengangguk, Andre duduk di tempat tidurku. “Kata dokter, lo bisa pulang sore ini. Dokter juga bilang, lo harus berhenti diet gila-gilaan kayak gini. Stop aktivitas berat di gym. Kalau memang mau kurus, ada cara yang lebih sehat, Gin.” Dengan lembut dia membelai rambutku.

Entah kenapa setelah kejadian semalam, gesture-gestur ringan semacam ini membuat kerja jantungku lebih cepat dari biasanya.

Aku menghentikan kegiatan tangannya yang sedang membelai rambutku. “Ndre, gue mau bicara. Emm..masalah semalem.”

“Kenapa semalem?” Andre turun dari tempat tidur dan menarik kursi lalu duduk sambil menatap serius padaku.

Aku bergerak gelisah, “Soal ciuman itu, Ndre..”

Andre mengangkat kedua alisnya dan memasang tampang polos. “Ada yang salah?”

“Ya salahlah, Ndre! Kita sahabatan!” jawabku kesal.

“Trus?” lagi-lagi dia memasang tampang sok tidak mengerti kemana arah pembicaraanku.

“Itu nggak wajar. Gue lagi patah hati. Lo mau sekedar jadi pelarian?”

“Kalo bisa membuat lo lebih baik kenapa nggak?” sahutnya santai.

Aku mendecak kesal. “Ck..Ndre, jangan ngerusak apa yang udah kita punya selama ini deh..” jawabku memelas sambil menatap matanya.

Andre menghela nafas kemudian tersenyum tipis. “Okaylah, kalau lo nggak mau kejadian semalem tadi terulang, gue nggak akan cium lo lagi..kecuali..lo yang minta.” Ujarnya sambil tersenyum licik.

Aku mencibir. “Mimpi…”

“Ya meskipun Cuma di mimpi, gue pasti puas kalo bisa nyium lo lagi. Tapi bisa request French kiss nggak? Semalem gue berasa lagi nyium anak SMP yang baru pertama kali ciuman..” ujarnya sambil terkekeh.

Aku langsung meninju lengannya sambil tertawa. Sekarang aku bisa bernafas lega. Setidaknya setelah semalam, persahabatan kami baik-baik saja, dan aku harus lebih ketat mengontrol diri agar tidak berbuat hal-hal konyol yang akan aku sesali setelahnya.

-----------------------------------

heyhoooo,

ayem beeeek :)
eciiieee yang ciuman *ihiir* ini kenapa dengan otak saya ya, cerita yg saya post minggu ini isinya ciuman semua :"D *geplak kepala sendiri*

jgn lupa stay tune di akun jeng acariba ya untuk part 11.

vote dan komennya juga dooong, biar saya sama si tante acariba semangat nyelesain cerita gina dan laura :D

makasii ya semua, i love you guys!!

love,
vy

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro