Bab 12

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Beberapa hari tinggal bersama Tian membuat Yura senang, karena ada temannya. Apalagi saat ini masa libur sekolah. Tentu saja Yura akan di rumah terus, akan membosankan jika sendirian, beruntung ada Tian.

"Tante Yura, boleh minta bikinkan cemilan. Tian lapar." Karena libur Tian hanya bermain sendiri tanpa teman, kecuali Yura. Dia kan nggak ada adik. Tadinya dia merengek ingin ikut Raga ke kantor, tapi pria itu ada rapat penting di perusahaan koleganya.

"Boleh dong." Yura mencubit gemas Tian.

Ting... Tong...

Baru juga ingin membuatkan cemilan, bell malah berbunyi. Yura pun membuka pintu utama rumahnya.

Betapa kagetnya Yura melihat Alfira datang ke rumah. Wanita ini kan enggak ada urusan apa-apa lagi dengan Raga, untuk apa coba ke rumahnya.

"Alfira, ngapain lo ke sini?" Yura langsung bersikap ketus. Dia sangat-sangat menyukai kehadiran Alfira.

"Seharusnya gua yang tanya, lo ngapain di rumah mantan suami gua?" Yura tersenyum miris, sepertinya Alfira belum mengetahui tentang Raga yang menikahinya. Lalu dengan sombong wanita ini menunjukan cincin pernikahannya dengan Raga.

"Gua istri sah Raga. Elo kan cuma mantan istri, enggak harusnya ke sini." Alfira menatap sinis Yura, dia tak percaya lagi-lagi kalah dengan Yura. Harus gitu Raga menikahi mantan kekasihnya itu.

"Mami, udah pulang? Mau jemput Tian ya." Telinga Tian kan tajam, dia hapal banget suara Alfira. "Tapi Tian masih pengen di sini dengan Tante Yura," ucap Tian sambil memeluk Yura dengan manja. Tian kan baru sebentar bermain bersama Yura, kalau pulang bersama Alfira, dia enggak ada temannya, maminya terlalu sibuk di luar, enggak pernah habiskan waktu seperti Yura.

"Enggak kok, sayang. Mami ke sini cuma sebentar." Sama sekali tak pernah Alfira duga, jika mereka menikah. Ya dia tahu sih Raga menikah lagi, tapi kenapa mesti sama Yura? Kayak kehabisan stok wanita, padahal dia juga masih menunggu Raga.

"Mami baik sekali. I Love You, Mami." Tian beralih memeluk Alfira, dia memang sangat polos. Bocah ini tak pernah merasakan kasih sayang seorang ibu atau ayah sebenarnya. Kedua orang tuanya itu super sibuk, saking sibuknya Tian bahkan jarang makan malam atau sekedar say hello.

"I Love You too, Amore. Boleh main di dalam sebentar, Mami mau bicara sama Tante Yura dulu ya." Alfira jelas tidak menyukai Yura, dia bersumpah akan merebut Raga daru wanita ini. Enak saja merebut Yura darinya.

"Urusan lo udah selesai dengan Tian, lebih baik pergi," usir Yura tak suka, dia sekarang menatap Alfira tajam, seolah ngin memakan Alfira bulat-bulat. Lebih tepatnya dia seperti orang kebakaran jenggot. Gerah uy.

"Tapi urusan kita belum selesai. Jangan lo pikir gua dan Raga cerai, lo bisa ningkung gua seenaknya." Loh kok malah dia yang marah. Ini kan pernikahan Raga dan Yura. Kenapa sih Alfira masih merasa Raga miliknya, enggak punya kaca atau gimana sih?

Yura tertawa.

"Gua ningkung lo? Enggak kebalik, bukannya lo yang udah ningkung gua, lo diam-diam tidur dengan Raga, terus hamil, dan drama nikah kalian. Dan sekarang lo bilang gua ningkung!" Yura sama sekali tak terima. Jelas-jelas sih wewe gombel ini yang merebut Raga darinya.

"Elo aja bego! Semua wanita itu bermimpi untuk menjadi pendamping Raga, termasuk gua." Sebegitu bangganya sih Alfira, karena berhasil merebut Raga dari sahabatnya sendiri. Ups, mantan sahabat maksudnya.

Yura mengelus dadanya sendiri, ingin sekali tangan mulusnya menampar wanita ini. Kalau tidak mengingat ada Tian, dia akan melakukan. Bagaimana pun Alfira tetap ibu kandung Tian. Akan menyakitkan, jika anak itu melihat kejadian tak menyenangkan ini.

"Gua nggak heran sih. Elo memang suka bekas gua sih, tapi sayangnya Raga balik lagi sama gua, cara apapun yang lo lakukan, harus ingat hati Raga cuma buat gua. Paham!" 

Plak! Bukan Yura yang menampar, malah sih janda gila ini. Padahal Yura sudah menahan emosinya demi Tian.

"Elo!" Yura menyeret Alfira, sebelum Tian melihat kejadian tersebut.

"Yura, lepaskan tangan gua!" Alfira memberontak. Belum ada yang mempermalukannya seperti ini. Berani sekali Yura.

"Enggak! Pergi lo dari sini." Yura bahkan mengantar wanita ini sampai ke mobilnya, dia memastikan sih lampir satu ini enyah dari rumahnya.

*

Yura baru saja ingin memaksa untuk makan malam, tapi semua bahan makam malam telah habis. Ah, sepertinya dari berbelanja sejenak, tapi Tian bagaimana?
Anak itu masih tidur pula?

#Noted

Tian, maaf ya Tante perlu beli bahan makanan dulu sebentar. Enggak jauh kok dari sini, kamu sama Pak satpam dulu ya.

Yura menulis noted itu kepada Tian, dia sengaja menaruh kertas mini itu di atas ipad miliknya, agar bangun dari tidur dia bisa melihat note kecil itu.

Karena buru-buru Yura belanja di pasar modern, tidak jauh dari kompleknya ada. Sebenarnya kalau belanja keperluan dapur, ia lebih suka belanja pasar tradisional, lebih lengkap, harga pun terjangkau.

"Ayam udah, ikan, sayur, terus buah, apa lagi ya." Dia jadi bicara sendiri sih, enggak ada temannya, harus pak suami temankan dia belanja.

"Yura." Yura merasa ada yang memanggilnya, dia pun menoleh, ternyata itu kan sih Dafa, tadi ketemu kakaknya, eh sekarang adiknya.

"Dafa, kamu di sini? Ngapain?" basa-basi Yura jelek banget sih. Pasti pria ini mau belanja lah, apalagi coba. Dasar Yura oon!

"Biasa beli keperluan laki-laki. Kamu sendiri? Enggak sama suami?" Yura kaget dong mendengar lontaran Dafa, kok laki-laki ini tahu aja sih Yura udah nikah, cepat juga beritanya.

Yura jadi tak enak hati. Kan dia menolak lamaran Dafa beberapa bulan yang lalu. Ya mau gimana lagi ya, sih Dafa ini kan adik Alfira. Malas pakai banget Yura harus iparan dengan wanita itu, bisa mendadak gila.

"O iya, selamat ya atas pernikahan kamu. Semoga pilihan kamu terbaik." Pilihan apa? Dia juga terpaksa kali nikah dengan Raga, kalau ada boleh pilih sih lebih baik nikah dengan Dafa, dia bisa kasih syarat menjauh dari hidup Alfira. Namun sayang sekali, dia sudah menjadi istri sah Raga.

"Terima kasih. Hemm, keponakan kamu ada di rumah aku lho." Dafa menaiki alisnya satu tampak bingung. Dia sama sekali tak tahu jika Yura menikah dengan Raga, dia cuma tahu dari adik Yura yang kebetulan teman kantornya.

"Kok bisa?" Yura mengaruk-garuk kepalanya yang sama sekali tak gatal, sepertinya memang sih Dafa nggak tahu, jika Yura menikah dengan mantan suami kakaknya.

"Papinya Tian kan suami aku." Ini sih Dafa bisa jantungan. Enggak habis pikir dia, Yura malah memilih laki-laki sejenis Raga, padahal mantan suami kakaknya itu suka main perempuan lho, tapi kok Yura mau ya.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro