03. Morning :)

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Yang di media nggak wajib dilihat, diabaikan nggak papa :v
Iya, jelek. Ane tau kok TvT
Ane lagi tergila-gila ma roti sobek setelah gambar roti sobek.
Dan sekaligus... pemanis cerita soalnya di cerita ini nda ada sesuatu yang W.O.W. Sudahku peringatkan.

Happy reading.
.
.
.
Setelah selesai mandi, aku berjalan keluar. Di tempat ganti aku melihat sudah ada beberapa baju yang sudah disiapkan.

Tapi kok rasanya agak...
.
.
.
Setelah berganti, aku berjalan ke arah dapur. Aku tau karena tadi aku sempat melihat meja makan saat Len menarikku ke kamarnya.

"Heeh.. kau terlihat segar [Y/N]." Kata Rinto sambil tersenyum.

"Tentu saja! Lebih nyaman dibanding kulit yang lengket." Kataku sambil tersenyum lebar.

"Baguslah..." kata Gumiya sambil tersenyum.

"Ngomong-ngomong kenapa kalian ada dres berenda?" Tanyaku dengan alis yang mengkerut kebawah.

"Ah itu..."

"Di sini asrama cowok bukan? Kenapa ada dress selucu itu?" Tanyaku bingung.

"En...."

"Jangan tertawa ya..." kata maz Gakupo sambil menaruh semangkuk makanan di depanku.

"Itu.... tergantung...."

"Janji dulu kau tak akan tertawa!" Seru Rinto.

"Baiklah..."

"Begini, Meiko memberikan dress-dress itu kepada kami. Sepertinya setelah ia minum, ia tak sengaja melewati toko penjual dress-dress itu." Kata Gakupo dengan suara pelan.

"Uhuk! Uhuk! Air! Uhuk!" Seruku sambil menepuk-nepuk dadaku pelan dan menutup mulutku.

"Ini! Tunggu... kau tertawa ya?" Tanya Rinto yang hampir menyodorkan segelas air tetapi di jauhkan lagi.

"Uhuk!" Akhirnya aku tersenyum juga walaupun sambil terbatuk-batuk dan mencoba merebut gelas dari tangan Rinto.

Setelah mengapai gelas yg di pengang Rinto, aku langsung meneguk semua air di dalam gelas itu lalu menghela nafas.

"Sudah?" Tanya Gumiya datar yang membuatku hampir tertawa lagi.

"Hei, kau sudah berjanji tidak tertawakan?" Tanya Gumiya.

Aku mulai mengangkat wajahku dan mulai melihat para cowok itu merona merah. Ada yang menutup matanya, ada yang melirik ke samping dengan kesal, ada yang berbalik dengan kuping merah plus belum pakai baju.

Benar-benar deh... apa dia nggak takut masuk angin?

Aku menarik nafasku lalu menghembuskannya pelan.

"Baiklah, aku minta maaf." Kataku sambil tersenyum yang dibalas tatapan oleh ketiga cowok didepanku.

"Ada apa? Oh iya, maz Gakupo makasih ya untuk makanannya. Ini enak." Kataku sambil tersenyum lebar.

"Ah iya..."

"Eh, hampir aja lupa... maz Gakupo punya buku dengan kertas polos?" Tanyaku yang baru ingat.

"En... sepertinya masih ada. Tunggu di sini." Kata maz Gakupo sambil melepas celemeknya dan berjalan menjauh.

Mimpi apa ya gue semalem bisa liat roti sobek maz Gakupo beberapa kali....

"Ah, aku mau ke kamar mandi dulu. [Y/N], tunggu di sini sebentar ya. Kalau kau diserang Gumiya langsung saja lari kepadaku." Kata Rinto dengan wajah pd-nya.

"Sudah! Pergi sana!" Usir Gumiya kesal.

Rinto berjalan menjauh sambil terkekeh kecil. Setelah Rinto pergi Gumiya berdiri dan berbalik mengambil minum.

Tegang banget suasanya.....

"Aku iri dengan mereka." Kata Gumiya tiba-tiba setelah jeda beberapa detik.

"Eh?"

Gumiya menoleh kearahku dengan alis tertekuk dan mulut tersenyum.

ADA APA DENGAN SUASANA INI?!
KENAPA DRAMATIS BANGET?!?!

"Ke..-kenapa?" Tanyaku hati-hati.

Gumiya kembali melihat kedepan lalu menghela nafas. "Mereka bisa akrab dengan orang baru secara cepat."

HAH?!
ITU AJA?!?!
#Gubraks...

"Itu saja?" Tanyaku bingung.

"Hahaha... aneh ya..." kata Gumiya sambil berbalik lalu tersenyum miris.

BUANGET!

Aku menarik nafas dan menghembuskan pelan.

"Yah, itu aneh banget." Kataku datar.

Gumiya malah menunduk.

"Hmpf!"

Gumiya mulai melihatku bingung.

"Maaf-maaf, sebenarnya itu lucu juga."

"Lucu?"

"Iya lucu! Kau terlihat seperti anak kecil." Kataku sambil terkekeh.

"Ap...-?!"

"Habisnya... umunya yang aku temui dan jarang bisa beradaptasi itu anak-anak." Kataku yang masih terkekeh.

"Hah....."

"Ah! Sifat tsunderemu lucu juga."

"A-a-apa? Tutututu-tunggu! Si-siapa yang tsun-tsundere?!" Tanya Gumiya dengan wajah full merona.

"Kau" jawabku cepat lalu tertawa lagi.

"En? Ada apa ini?" Tanya maz Gakupo yang baru datang.

"Ah, bukan hal penting kok... hanya.... Hmpf!"

"[Y/N]!"

"Hehehehe... maaf-maaf..."

"Hm... sepertinya Gumiya sudah bisa beradaptasi nih..." kata maz Gakupo.

"Iya dong!" Kataku semangat.

"Baiklah ini hadiahnya." Kata maz Gakupo sambil meletakan sesuatu di atas kepalaku.

"Huh? Wah! Terimakasih!" Kataku senang.

Ternyata yang diberikan maz Gakupo adalah buku gambar.

"Sama-sama. Tetapi kau ingin memakainya untuk apa?" Tanya maz Gakupo.

"Ada deh." Kataku sambil tersenyum lebar.

"[Y/N]! Kau kangen denganku tidak?" Tanya Rinto yang tiba-tiba datang.

"Tidak." Kata Gumiya datar.

"Hei! Bukan ke kau!" Kata Rinto kesal.

"Hahaha... baiklah, aku kembali ke kamar ya." Kataku sambil berdiri.

"Hah? Kembali ke kamarku saja." Kata Rinto dengan senyum liciknya.

"Maaf, kalau Len bangun dan aku tidak ada di kamar ia pasti akan kawatir. Jaa." Kataku sambil sedikit berbalik dan melambai.

"Ugh... baiklah..." kata Rinto yang terdengar pasrah.
.
.
Sesampai di kamar aku langsung mencari pensil di meja Len.

Dapat!
Len, aku pinjam sebentar ya...
.
.
.
Terdengar suara tirai terbuka lalu disusul sinar matahari datang. Aku membuka mataku pelan-pelan.

"Ah! Maaf maaf maaf maaf maaf! Aku terbiasa membuka jendela setelah bangun! Maaf!" Seru Len cepat.

"Sudahlah tak apa, ini sudah waktunya bangun bukan?" Kataku setengah sadar.

Ah bukan mimpi ternyata... aku kira mimpi Bagus selama 1000 tahun sekali...

"Tetapi tetap saja..." kata Len bersalah.

"Tak apa..." kataku sambil tersenyum dan mengambil posisi duduk.

"Un... huh? Kau sudah menganti pakaianmu." Kata Len sedikit kaget.

"Un? Ah iya, tadi... subuh aku membersihkan diriku." Kataku.

"Kenapa memilih kaus itu?" Tanya Len sambil menunjuk kaus yang sedang kupakai.

Yah, memang kaus yang aneh sih... kaus putih dengan sablon hatsune miku di bagian lengan kiri dan kanannya.

"Sebenarnya... tadi malam eh salah, subuh! Aku bertemu maz Gakupo, Rinto dan Gumiya. Lalu aku mengambil kaus ini dari beberapa baju berenda itu." Kataku lalu terkekeh pelan.

Akhirnya aku mengambil jaketku dan memakainya.

"Ayo, kita ke ruang makan. Mungkin mereka sudah menunggu kita." Kataku sambil berbalik.

Author POV

"Un..." kata Len pelan sambil menundukkan kepalanya lemas.

Kau yang sadar Len tak berjalan langsung berhenti lalu membalikkan badanmu.

"Ada apa?" tanyamu bingung.

"Ah, bukan apa-apa." Kata Len sambil tersenyum lebar lalu mulai berjalan ke sebelahmu.

Akhirnya kalian berjalan bersama ke ruang makan.
.
.
.
Your POV

Aku dan Len berjalan berdampingan. Sebenarnya kalau dia tidak mulai jalan tadi pasti aku akan menggandeng tangannya.

Ehehehe... jarang-jarang bisa ngandeng tangan orang yang putih mulus itu...

Rasanya aku jadi kayak orang gila. Mungkin lebih tepatnya mesum.

"Ah... Len dan [Y/N], selamat pagi." Sapa maz Kaito sambil tersenyum.

"Selamat pagi [Y/N], Len." Sapa maz Kiyoteru.

"Pagi." Sapaku.

"Selamat pagi." Kata Len sambil duduk di salah satu kursi.

"Selamat pagi Len, [Y/N]. [Y/N] apa kau masih lapar? Mau makan dengan porsi normal atau setengah?" Tanya maz Gakupo yang baru keluar dari dapur.

"Ah setengah saja." Seruku kaget.

"Baiklah." Kata Gakupo sambil berbalik lagi.

Ah... bener-bener suami idaman... eh suami? KYAAAAA AKU MIKIRIN SUAMI!!!

Un... kok rasanya aku ngenes banget ya? Haha... hahaha...

Tiba-tiba aku merasa ada seseorang yang langsung melingkarkan lengannya di atas pundakku.

"Selamat pagi [Y/N]." Sapa seseorang di belakangku.

Kalau bukan Rinto yang Mikuah... eh salah Mikuo deng.

"Meito, kau mengganggu sekali." Seseorang yang terdengar judes.

"Gumiya!" Seruku refleks sambil tersenyum senang.

"Selamat pagi." Sapa Gumiya sambil tersenyum lalu berjalan ke salah satu kursi.

"Ah mukamu merah Gumiya, apa kau demam?" Tanya maz Kiyoteru bingung.

"Berisik!"

Huh? Dia... nge-blush?! Imutnya!!!
Mau liat dong!!!!

"Selamat pagi..." kata sebuah suara yang terdengar masih mengantuk.

Dengan kelonggaran yang krisis, aku mencoba melirik siapa yang Baru saja datang. Ternyata itu Rinto sambil menggaruk-garuk belakang kepalanya dengan wajah yang setengah sadar. Matanya terbuka lebar saat melihat ke arahku dengan posisi masih dipeluk Meito dari belakang.

"Pagi Rinto." Sapa Meito sambil mengeratkan pelukannya yang membuatku semakin tak bisa bergerak.

Sejenak aku merasakan aura tak enak dari belakang.

"Meito, apa yang kau lakukan?" Tanya Rinto seram.

"Un? Seperti yang kau lihat Rinto." Kata Meito jail.

"Sampai kapan kau akan memeluknya huh?" Tanya Mikuo yang datang tiba-tiba dengan aura tak enak juga.

"Sampai selamanya!" Seru Meito girang lalu mengucup pipiku agak lama.

3 SEC! 3 DETIK!!! MIMPI APA AKU SEMALEM?! APA INI KARMA KARENA UDAH MAININ PIPINYA LEN?!?!?!

"Meito, duduk. Sekarang." Ucap semuanya bersamaan dengan aura tak enak sambil menunjuk ke kursi kosong di sebelah Gumiya dengan tajam.

"Ugh... galaknya..." kata Meito sambil melepaskanku.

"Maaf ya." Bisik Meito.

"Uh! I-iya!" Jawabku cepat sambil mengangguk.

Meito akhirnya berjalan ke kursinya.

"[Y/N], kau tidak terluka bukan?" Tanya Rinto kawatir.

"Hah?"

"Ugh... kau jahat sekali Rinto." Kata meito lalu terkekeh.

Rinto menatap Meito tajam, sedangkan Meito tetap melanjutkan aktifitasnya dengan santai.

Ah... aku bisa melihat salju turun di dalam rumah ini... bahkan membeku.

"Oh iya, [Y/N] apakah kau mau membeli keperluanmu?" Tanya maz Gakupo saat aku sudah duduk di salah satu kursi kosong.

"Ah! Aku tidak ada uang." Kataku dengan gaya sedikit menolak.

Nanti klo di beliin kan nggak enak juga...

"Ah soal itu, aku menemukan itu di tempat surat." Kata maz Gakupo sambil menyerahkan sebuah amplop coklat.

Aku menerimanya dan langsung membukanya. Terlihat kertas kecil dengan tulisan:
.
.
Untuk [Y/N] tercintah = ̄ω ̄=
Dari manusia.
.
.
Ah udah pake wujud manusia toh, authornya.

Author POV
#disisi lain.

"GLEK! Dia tau..."

Your POV

"Jadi, kau akan membeli keperluanmu?" Tanya maz Kiyoteru sambil memberhentikan kegiatan makannya sejenak.

"Un... ya... aku rasa begitu." Kataku ragu.

"Kalau begitu ayo kita undi!"

"LAGI?!" Teriak semuanya (minus Meito).

Lagi?

Meito berjalan kearahku dan menyodorkan kaleng besi dengan beberapa stik.

Aku melihat kaleng besi itu dan melihat Meito untuk memberi penjelasan.

"Kau ambil salah satu dan stik yang kau ambil akan memberi jawaban siapa yang akan menemanimu." Kata Meito sinis.

Aku kembali melihat kaleng itu. Menarik dan menghembuskan nafas dengan pelan untuk menenangkan diriku. Setelah beberapa detik aku sudah mengumpulkan keberanian untuk memilih satu diantara sekian stik.

Sekaligus berdoa siapa yang akan menemaniku nanti.

Aku mulai menyentuh salah satu stik.

Aku bisa merasakan banyak yang melihat ke sini.

Aku mulai memegang stik itu sambil menutup mata.
.
.
.
Baiklah... akan aku ambil...
.
.
.
1. . . .
.
.
2. . . .
.
.
3!

Terdengar hembusan nafas mencekat di sekitar sini.

Apa?! Ada hantu?!

Aku mulai membuka mataku untuk mengetahui kenapa...
.
.
.
"Merah?"

.
.
.
Ketebak siapa yang saya tunjuk? = ̄ω ̄=
Ada kok. Pasti ada :v
Silahkan saja kalau mau menebak apa arti merah itu = ̄ω ̄=
Ah... untuk updatean selanjutnya... nggak bisa terpikaran.
WRITER BLOCKKK!!
Baiklah, don't forget to voment.
Ps: masi belum di tentukan siapa yang akan menjadi teman sekamarmu nanti :v

-(16/06/2016)-

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro