04. Aisu

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Hayo~
Coba tatapi 4 dan hrurf A-nya yang di judul. Pasti pusing.
Eh nggak? Ah ya sudah.
Nih aku update lagi. Entah mengapa chao ini udah kebayang saat menuntasi chap lalu. Dan entah kenavah, ane lanjutin ceritanya dalam semalam dalam waktu beberapa jam. (Itu pas ceritanya yg udh ane ketik cmn 1 dialog :v).

Kekuatan itu muncul saat ada yang menanyakan... "kapan update"  dan beginilah XDDD

Warning!! Ati2 keselek ditengah membaca cerita X9

HAPPY READING!!!

.

.

.
Semua masih terdiam melihat ujung stik yang kutarik itu. Tiba-tiba Rinto merebut kaleng besi dari tangan Meito dan mengeluarkan stiknya dari kaleng itu. Lalu isinya.... sama semua.

"MEITO APA KAU MAU MATI?!" Tanya Mikuo sambil mencekram kerah baju Meito.

"Aku belum merasakan rasanya sekamar dengan [Y/N], aku belum melihat keimutan [Y/N] saat tidur dan wajah kawaiinya saat ngeblush jadi aku memilih tidak. Terimakasih." Kata Meito polos.

Sedangkan aku malah rasanya malu mendengar perkataan Meito. Kenapa aku harus malu? Itukah yang selama ini dipikirkan para cowok?

Tunggu! Imutan Len saat tidur.

"Siapkan pisau, rasanya aku mau melakukan oprasi skarang." Kata Gumiya datar tetapi menatap tajam Meito.

WHUUT?!

"Aku setuju." Kata Rinto.

Para cowok yandere...

"Ah maaf-maaf! Aku hanya bercanda!! Jangan lakukan lagi!!" Seru Meito mulai ketakutan tetapi senyumnya ada.

LAGIII?!

"Kapan Gumiya mengoprasimu? Seingatku Gumiya hanya pernah mengoperasi bebek." Kata maz Gakupo sambil mengingat-ingat.

TUNGGUUU... OPRASI YANG MENYEMBUHKAN KAN?! IYAKAN?!

"Ah, bebek itu memang enak rasanya." Kata maz Kaito.

Tunggu.. apa?

"Hei, sebenarnya kita membicarakan apa sih?" Tanya Len di belakang Gumiya bingung dan kesal.

"Oh iya... MEITO APA KAU MAU MATI?!" Tanya Minho sambil mencengkram kuat kerah baju Meito.

Aku menepuk dahiku sambil menunduk.

"Kau malah mengulanginya..." kata Len sambil ber-sweatdrop ria.

"Sudahlah. Meito, apa kau bisa mengatakan apa maksud ini?" Tanya maz Kiyoteru sambil melepas cengkraman Mikuo.

"Tentu saja. Stik itu yang memilihkan siapa yang akan menamani [Y/N] berbelanja." Kata Meito santai.

"Lalu kenapa semuanya merah?" Tanya Rinto kesal.

"Un? Tidak semua." Kata maz Gakupo tiba-tiba.

"Apa maksudmu? Bukankah semua ujung stiknya berwarna merah?!" Tanya Rinto kesal.

"Tidak semua sisi." Kata Gakupo sambil menunjukan sedikit garis yang berwarna jingga.

"Jadi..."

"Benar! Aku hanya menipu kalian hehehe..." kata Meito sambil menggaruk-garuk belakang kepalanya.

Semuanya menatap tajam Meito yang akhirnya speechless ditatap seperti itu.

"Jadi [Y/N], siapa yang terpilih?" Tanya Gumiya datar.

"Uh? Ah, maaf!" Seruku sambil melihat stikku.

Ah... sungguhkah?

"Kenapa [Y/N]?" Tanya maz Gakupo bingung.

"Apa hanya ada warna merah di sana?" Tanya Len.

Aku menggeleng.

"Lalu...?" Tanya Rinto.

Aku hanya melihat ke satu arah dan yang lainnya ikut-ikutan melihat arah itu.

"Un? Eh? Aku?" Tanya Kaito sambil menunjuk dirinya.

"Ya... di sini ada warna birunya." Kataku sambil melihat stik yang aku pegang dan maz Kaito secara bergantian.

"Sungguh? Bukan warna hijau?" Tanya Mikuo sambil mendekatiku.

"Hijau, biru dan merah tak sama." Kata Rinto kesal.

Mikuo melihat kesal Rinto yang melipat tangannya.
.
.
.
"Jadi... kau ingin membeli apa dulu [Y/N]?" Tanya maz Kaito saat sudah sampai di area pembelanjaan.

"Un... ah! Aku rasa maz Kaito... un... kau bisa meninggalkanku dulu." Kataku ragu sambil berhenti.

"Loh tapi...-baiklah... akan aku tunggu di cafe depan." Kata maz Kaito.

"Baik!"

Rasanya dia sadar saat berhenti di sebelah toko penjual pakaian dalam ahaha...

Akhirnya aku masuk ke dalam tanpa ada maz Kaito di sebelahku. Kalau dia masuk mungkin dia bisa mimisan parah...

Setelah beberapa menit, aku selesai memilih dan membeli barang yang aku pilih. Saat sudah melalui pintu luar, aku terdiam sejenak.

Maz Kaito sedang berbicara dengan Miku, Luka dan Rin. Entah mengapa hatiku sakit melihat maz Kaito tertawa bersama mereka bertiga. Luka menyadariku dan berbicara dengan maz Kaito sambil menunjukku.

"[Y/N]!" Panggil maz Kaito sambil melambaikan tangannya dan tersenyum.

Aku tersenyum simpul dan mulai berjalan. Tiba-tiba ada orang yang menabraku dan tas belanjaanku jatuh.

"Ah! Maafkan aku! Aku sedang terburu-buru. MAAFKAN AKU!" Kata orang itu merasa bersalah dan langsung berlari begitu saja.

Untung aja isi tasnya nggak keluar. Kalau keluar bisa-bisa aku nggak akan belanja lagi...

" [Y/N], kau tak apa-apa?" Tanya maz Kaito yang sudah mendekatiku dengan kawatir sambil membantuku berdiri.

"Ah, aku tak apa-apa. Terimakasih." Kataku sambil tersenyum lalu menepuk-nepuk kaki dan celanaku.

"Sungguh tak apa-apa?" Tanya maz Kaito yang masih terlihat sangaat kawatir sambil membawa tas belanjaanku tadi.

"Sungguh. Lihat, aku tak terluka." Kataku ceria untuk menghilangkan wajah cemasnya.

Akhirnya maz Kaito tersenyum walaupun masih terlihat alisnya tertekuk sedikit.

"Astaga... orang tadi kenapa ya?" Tanya Rin yang mendekatiku dan maz Kaito disusul Luka dan Miku.

"Seperti orang itu sangat terburu-buru." Kataku sambil melihat kearah orang itu pergi.

"[Y/N], kau terluka!" Seru Luka kaget.

Aku langsung melihat kearah yang dilihat Luka. Ternyata benar, sedikit tergores.

"Ah, kau benar. Ternyata aku terluka, tapi tidak apa-apa kok." Kataku cepat.

"Ah! Seingatku aku mempunyai hansaplas. (<-Ane lupa tulisannya...)" kata Miku sambil mencari sesuatu di tasnya.

"Dapat! Ini." Seru Miku sambil menyerahkan itu padaku.

"Terimaka....-"

"Biar aku saja." Kata maz Kaito yang langsung merebut hansaplas dari Miku dan langsung memakaikannya di kakiku.

KYAAAAA
KYAAAAA

COGAN NEMPELIN HANSAPLAS KE KAKIKUUUU

TEMPELKAN SAJA CINTAMU KE HATIKU MAZ~ AKU RELA~

"[Y/N]?"

"Eh iya?" Tanyaku yang baru sadar akan lamunanku.

"Apakah sakit?" Tanya maz Kaito kawatir.

"Ah nggak-nggak! Lihat ini. Sama sekali tak sakit." Seruku sambil menggerak-gerakkan kakiku yang terluka tadi.

"Syukurlah..." kata maz Kaito lega.

Di belakang maz Kaito berjejer 3 sekawan yang sedang menunjukan senyum penuh makna sambil menutup mulutnya dengan ujung jari. Aku yang sadar langsung merona.

" [Y/N], apa kau sakit? Apa kau demam?" Tanya maz Kaito kawatir.

"Aduh! Maz terlalu kawatir! Sudah aku 100% baik-baik saja." Seruku malu.

"Tetapi...-" (Rin)

"100%-nya lagi...-" (Miku).

"Sangat tidak baik-baik saja." Kata Luka yang mengakhiri kalimat itu.

"Benarkah?!" Seru maz Kaito panik luar binasa.

"AH SUDAHLAH!! KE TOKO SELANJUTNYAAA!!" Seruku sambil berjalan cepat.

"Ah, [Y/N] tunggu!" Seru Kaito sambil mengejarku.

Author POV

Tiga sekawan itu terkekeh pelan melihat tingkahmu.

"Ah jarang-jarang melihat pemandangan ini." Kata Rin ceria.

"Betul, bisa melihat BL secara LIVE!" Sahut Miku tak kalah ceria.

"Apalagi ternyata dekat dengan orang yang kita kenal." Sambung Luka yang masih terkekeh.

(Wah... fujo detec...
Un? Aku belum bilang ya?
Kaukan lagi pake wig cowok, apalagi berpakaian seperti cowok#dirajam).
.
.
Your POV

Setelah berjam-jam kemudian aku dan maz Kaito sudah membeli banyak baju.

"Wah bisa untuk beberapa bulan nih!" Seruku riang.

"Sungguh?" Tanya maz Kaito bingung.

"Iya! Ngomong-ngomong maaf memintamu untuk membawa tasnya, padahalkan isinya keperluanmu semua..." kataku yang tak enak dengannya.

"Tak apa, santai saja. Akukan cowok." Kata maz Kaito sambil tersenyum.

Aku tertawa tetapi aku tiba-tiba malah bersin.

Astaga... hidungku...

"Kau tak apa-apa?"

"Hmp! Coba kita hitung sudah berapa kali maz Kaito bertanya seperti itu hari ini..." kataku sambil menyiapkan jari untuk mulai menghitung.

"Maaf... aku benar-benar kawatir... memang aku cerewet ya..." kata maz Kaito sambil tersenyum garing.

Aku melihat maz Kaito sejenak.

"Mungkin memang cerewet, tetapi itu bukti dari perhatiankan?" Kataku sambil melihat lurus ke jalanan.

"Huh..."

"Maz, bagaimana kalau kita duduk di sana dulu?" Tanyaku sambil menunjuk ke arah cafe yang tak jauh dark arah kita berdiri.

"Baiklah, ayo." Kata maz Kaito.

Sesampainya kami menentukan kursi, maz Kaito langsung menaruh tas belanjaanku dan menepuk pundakku.

"Biar aku yang pesan. Kau ingin apa?" Tanya maz Kaito.

"Un... apa saja yang hangat. Aku rasa udaranya mulai dingin." Kataku sambil tersenyum.

Maz Kaito mengguk sebagai respon lalu berjalan pergi. Sedangkan aku duduk di kursi yang berhadapan dengan kursi kosong yang kemungkinan akan di duduki maz Kaito.

Tiba-tiba aku melihat syal yang langsung dipakaikan di leherku. Saat aku berputar ke belakang, aku melihat maz kaito tersenyum sambil melepaskan syalnya yang berada di leherku dan berbalik pergi.

Aku hanya bisa tersenyum lalu memegang syal maz Kairo yang kupakai ini.

Lembut...

Baunya maz Kaito.

huh?

DASAR [Y/N] MESUUUUM!!
.
.
"Ah! Enak sekali..." Seruku riang.

"Senang kau menyukainya." Kata maz Kaito.

"Pilihan maz Kaito memang top!" Seruku sambil mengacungkan jempol dan tersenyum puas.

"Hahaha... terimakasih." Kata Kaito sambil tertawa.

Aku kembali melihat kedepan sambil tersenyum senang. Tak sengaja aku melihat sesuatu saat berjalan. Seseorang... sedang... te...-telanjang dada... dia... cowok...

ROTI SOBEK VERSI LIVEE EMANG TIADA DUANYAAAA!!!

KYAAAAA!!

Serasa dipaku, aku hanya diam melirik roti sobek LIVE! Walaupun dia sudah melihatku, aku sadar. Tetapi mataku tak bisa lepas dari roti sobek yang di sebelahnya. Ah maksudku... bukan roti itu, tapi SIXPACNYAAAAAA

ASTAGA...

ASTAGA...

UDARAAAA UDARAAAA!!!

AKU BUTUH UDARAAAA!!!

Tiba-tiba pandanganku sedikit gelap dan badanku terasa hangat. Saat aku melihat keatas, bisa terlihat maz Kaito yang terlihat kesal dan sedih bercampur jadi sat.

"Un... maz Kaito?"

"Jangan..."

"Huh?"

"Jangan melihat ke orang lain..." kata Maz Kaito sambil memelukku lebih erat.

"Eh? Maz cemburu?" Tanyaku girang walau sudah aku usahakan tak terdengar seperti itu.

"...."

"Maz Kai...-"

"Ya... aku rasa aku cemburu..."

"Ah bukan itu maksudku..."

Maz Kaito mulai menegakkan kepalanya dan melihat sekelilingnya. Terlihat para cewek sebgaian ada yang fangirling,  sebagian orang lainnya melihat aneh, dan sisanya diam saja.

Maz Kaito menarik tanganku dan berjalan dengan pipi yang merona.

Maz Kaito ngeblush?!

Hp mana hp?
.
.
.
Sesampailah kami di sebuah Taman. Kenapa harus Taman? Tidakkah kita harus pulang sekarang?

"Maaf... aku..." kata maz Kaito sambil menarik dan menghembuskan nafasnya berat.

"Oke, santai aja santai..."

Yah sudah terbayar dengan foto tadi sih hehehe...

Akhirnya hening. Tak ada yang berbicara. Aku tak tau ingin berbicara apa dengan melihat maz Kaito yang sedang menunduk.

"[Y/N]!" Panggil maz Kaito sambil memegang kedua pundakku.

"Ya?" Tanyaku yang sedikit kaget.

"Mau...-"

Deg
Deg.

"Un... kau...-"

"Ya?"

Deg.
Deg.

"Kau mau...-"

Deg.
Deg.

"Kau... mau es krim?" Tanya maz Kaito dengan mata berbinar-binar.

"He?"

Akhirnya maz Kaito membelikanku es krim yang ada di depan tempat duduk ini. Aku kira apa...

AKU MIKIRAN APA COBAAA?!

maz Kaito kembali dan memberikanku satu con es krim rasa mint.

"Terimakasih." Kataku sambil menerimanya.

"Sama-sama, ayo kita kembali sebelum gelap." Kata maz Kaito sambil mengambil semua belanjaanku dengan satu tangan.

EH SUDAH BALIK?!

Dengan pasrah, aku berdiri dan mengikutinya dari belakang.

"Maaf, aku menarimu ke Taman hanya untuk membeli es krim." Kata maz Kaito yang berada di depanku.

"Iya nggak papa." Aku rapopo kok maz... asalkan ada kamu.

"Apa rasa mint enak?" Tanga maz Kaito sambil berhenti.

"Ya... menurutku enak." Kataku.

Tiba-tiba saja maz Kaito menjilat es krim yang aku pegang.

"Wah! Diluar dugaan rasanya enak!" Seru maz Kaito sedangkan aku masih membatu.

"Ada apa?" Tanya maz Kaito bingung.

"Ah... ti-tidak...-"

"Apa karena... ciuman tidak langsung?" Tanya maz Kaito.

ITU TAU!

"Maaf..." katanya sambil cengar-cengir ria. Mungkin karena melihat ekspresimu yang sedikit marah karena dia tau. Tapi nanyak!!

Maz Kaito diam melihatku serius.

"Ada ap...-" lagi-lagi ucapanku terpotong.

Kali ini karena maz Kaito mencium dahiku selama 3 detik. Setelah itu ia langsung berbalik dengan cepat.

"Ayo pulang." Katanya sambil melirikku dengan wajah merona.

Akupun mengikutinya.

"Maz Kaito."

"Ya?"

"Bolehku foto lagi nggak?"

"Eh?! Lagi?!"
.
.
.
Sampailah kami di rumah.

"Tadaimaaa..." ucap maz Kaito.

"Okaeri! [Y/N].... TIDAAAAK!!" Jerit Rinto histeris yang membuatku melotot kaget.

"Ada apa sih?" Tanya maz Kaito bingung.

"[Y/N] MEMAKAI SYALNYA KAITOOO!!" Jerit Mikuo yang baru sampai.

"Oh iya, maz Kaito terimakasih syalnya." Kataku sambil menlepas syal dari leherku dan menyodorkannya ke maz Kaito.

Maz Kaito mendekatkan wajahnya ke telingaku. "Terimakasih juga untuk datenya hari ini. Aku sangat senang." Bisik maz Kaito laku berjalan menjauh.

Aku mematung sejenak setelah selesai loading aku lansung jongkok dan menutupi wajahku yang terasa panas.

"KA-I-TO...." Panggil Rinto geram.

"Apa?" Tanya maz Kaito bingung.

"KAU APAKAAN [Y/N]?!" Seru Rinto kesal.

"Eh? Apa maksudmu?" Tanya mas Kaito yang terdengar sedikit panik dan bingung.

"LALU KENAPA [Y/N] SAMPAI BEGITU?!" Tanya Minho yang terdengar tak terima.

"Apa....- [Y/N]! KAU KENAPA?!"

"JANGAN DEKATI [Y/N]! DASAR PENGHIANAT ASRAMA!!" Seru Rinto dan Mikuo bersamaan.

"Heh?! Apa salahku?!" Tanya Kaito yang kaget, bingung dan panik.

Di tengah percekcokan, aku hanya bisa tersenyum kecil sambil menutupi wajahku yang masih terasa panas.

.
.
.

Author notenya.... udah ane abisin di atas hahahaha...

Hei, ntar selanjutnya mau sekamar ma siapa? Masih ditunggu nih.

Baru mau menuju malam ke-2 sama Len.

Vote'a diitung di setiap chap. Jadi nama plg banyak, itu yang terpilih...

Semoga pada ngerti :v.

Don't forget  to voment.

-(01/07/2016)-

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro